35 || Tangisan Ana dan Risya

48.7K 7.4K 171
                                    

Tampaknya hujan akhir akhir ini selalu turun didaerah perkotaan. Contohnya sekarang, Ana diguyur hujan lebat tepat dipinggir jembatan.

Derasnya hujan merendam suara tangis Ana.

Perempuan itu mengingat bagaimana ayahnya memperkenalkan ia dengan calon ibu baru untuknya, ayahnya bilang calon ibunya itu memiliki seorang anak perempuan yang akan menjadi adiknya.

Awal pertemuan anak dari calon ibunya itu tidak hadir dengan alasan sakit. Namun hari ini, Ana tahu, jika anak dari calon ibunya adalah orang yang ia benci. Dinda, perempuan paling munafik menurutnya.

Tentu bertambah munafik jika perempuan itu bertemu ayahnya, yang pasti ayahnya adalah target Dinda yang baru, agar ia menderita.

Tahukah Dinda jika ia butuh kasih sayang?

Diawal ia bertemu Dinda bersama ayahnya saja, Ana sangat tahu jika ayahnya lebih memperhatikan Dinda.

Ana lelah.

Ia ingin bertemu ibu kandungnya.

Seseorang dibelakang Ana berdecak, membuka turun dari motor lalu berlari, helm yang dikenakannya pun dibuka cepat dan langsung dilempar asal.

Ana sudah ancang ancang ingin menjatuhkan diri kebawah jembatan, padahal musim hujan membuat sungai yang ada dibawah terlihat menyeramkan.

"Bego!" Orang itu menarik kencang Ana hingga perempuan itu terjelembab kebawah.

"Apa apaan sih, Lo!?" Ana berdiri mencoba kembali kenekatan nya, meski lagi dan lagi digagalkan.

"Lo yang apa apaan!"

"Loh, Ana?"

Ana berhenti bergerak, melihat wajah cantik berkerudung disampingnya yang terlihat cengo. Ia lalu menangis kencang dalam deras hujan.

Ailin menghela napas, skenario ini sama persis seperti didalam novel, bedanya yang mencegah Ana bukan Regan, Haikal.

Disinilah kakak dari Fatih disebutkan, meski hanya sekali, namun Ailin begitu suka dengan ceramah panjang lebar Haikal untuk Ana.

Dan Ailin tahu... Sekarang, yang pasti, Ayah Ana sudah merencanakan menikah dengan ibu Dinda.

Mereka akan segera menjadi saudara, dan Ana akan lebih jahat karena merasa kasih sayang satu satunya dari sang ayah diambil Dinda.

Hari ini untuk keberapa kalinya Ailin mengantar Regan ke pesantren. Ia dengan mobil yang diberikan sang ayah dengan unsur paksaan, dan Regan dengan motor besarnya.

Ailin mengambil alih posisi Regan, ia juga meminta lelaki itu sedikit menjauh agar ia bisa menenangkan Ana.

"Kenapa kamu ngelakuin hal yang udah pasti salah kayak gini?" Ailin mulai bicara, tidak ada jawaban dari Ana selain suara tangis pilunya.

Kenapa pas sekali skenario nya berpindah antara Haikal yang malah terganti olehnya?

Ailin harus mengingat ingat apa yang Haikal ucapkan didalam novel.

"Saya tidak tahu apa yang kamu tangisin tapi kamu orang yang kuat, bukan?"

"Ailin gak tau Ana nangis gara gara apa, tapi Ailin yakin Ana orang yang kuat," maafkan ia yang tidak bisa sebaku Haikal.

"Kalo kamu lelah dengan takdir yang tuhan kamu beri, istirahat, bukan bertindak bodoh seperti ini. Kapan kamu bahagia jika kamu saja lebih dulu menyerah?"

"Kalo Ana cape sama takdir yang tuhan kasih, Ana boleh istirahat dulu, bukan nyoba buat bunuh diri kaya gini. Kalo Ana nyerah, kapan dong Ana bisa bahagia?" Kata beda dengan makna yang sama.

Dibalik Novel || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang