Rayyan pun memejamkan matanya saat tangan Jean terus menelusuri setiap inci tubuhnya. Sungguh, dia sangat menyukai momen ini.
Namun tidak beberapa lama, Rayyan dapat merasakan sapuan nafas istrinya itu. Rayyan pun segera membuka matanya, dia tersenyum kecil sambil menatap lembut Jean yang sudah terlelap di sampingnya.
"Istri kecilku yang nakal," ucapnya seraya merapikan rambut Jean.
Rayyan pun membenarkan posisi tidur istrinya itu. Lalu beranjak turun dari kasur.
"Menghadapi kamu itu benar-benar sulit, Saya terkadang di buat cemas dan kagum di waktu tertentu karena kamu." ucap Rayyan sambil tetap berdiri memandangi Jean yang tertidur pulas.
"Namun, tidak akan ada kata menyerah bagi saya untuk mendapatkan cintamu." sambungnya lagi.
***
"Awhh... Kepalaku... Sakit sekali!" ringis Jean yang baru saja bangun.
"Ini udah jam berapa sih?" ucapnya lagi sambil melihat jam di dinding.
"Astaga, ini sudah jam tujuh malam!" pekiknya
Jean pun segera turun dari kasur. namun saat turun dari kasur, kepalanya seperti berputar-putar karena pusing.
Langkah Jean terhenti saat melihat segelas air perasan jeruk nipis di atas meja. Jean pun mengambil gelas itu lalu melihat secarik kertas di sampingnya.
"Minumlah air perasan jeruk nipis ini, agar kepalamu tidak pusing. jangan lupa mandi dan shalat isya ya kalau udah bangun. Maaf, saya tidak izin dulu sama kamu. Saya harus berangkat ke bandung hari ini. Dan kemungkinan saya pulang besok pagi, kamu jaga diri baik-baik. Kalau kamu takut sendirian, kamu bisa menelpon saya. Saya pergi ke bandung karena harus mengurus peresmian panti asuhan baru di sana, Jaga diri baik-baik ya sayang."
Kira-kira itulah pesan singkat yang tertera di kertas tersebut.
Jean tertegun membaca pesan manis dari suaminya itu. Hatinya menghangat saat mengingat momen kebersamaannya bersama Rayyan.
"Ah, biarkan saja dia mau kemana juga bukan urusan gue." ucap Jean seakan tak perduli.
Jean pun meminum habis perasan jeruk nipis itu. Setelah habis, dia memutuskan untuk mandi dan shalat isya.
***
Pukul sudah menunjukkan jam sembilan malam, terlihat jean yang sedang duduk melamun sambil melihat keluar jendela.
"Huh, membosankan sekali!" gerutu Jean sambil melemparkan bantal ke lantai.
"Eum, apa gue ganggu aja ya si Rayyan? Ah iya mending gue ganggu dia aja." ucapnya sambil mencari nomor rayyan di ponselnya.
Dengan perasaan gugup, Jean pun menelepon Rayyan.
"Assalamualaikum, kenapa dek?"
Suara Rayyan barusan tiba-tiba membuat Jean salah tingkah.
"Dek? Ada apa?"
"Eh, eng-nggak kok hehe. Gue cuma mau bilang makasih." ucap Jean gugup.
"Oh iya, saya kira kamu kangen sama saya." Terdengar kekehan Rayyan di seberang sana.
"Idih, gue malah seneng kalo lo nggak ada." ucap Jean
"Ya sudah, kalau gitu. Saya bisa pulang dua hari lagi."
"Ih dasar menyebalkan!" kesal Jean yang mendengar respon Rayyan barusan.
Sebelum Rayyan sempat menjawab ucapannya, Jean sudah mematikan panggilan telepon tersebut.
"Huh, menyebalkan sekali!" ucapnya sambil terus melemparkan bantal ke lantai.
Jean pun meremas rambutnya sendiri, dia merasa bingung dengan apa yang dia rasakan sekarang.
"Gue kenapa sih? Arghh... Ustad sialan!" ucapnya frustasi.
Ting...
[ Je, gue kangen sama lo ]
sebuah pesan dari nomor tidak di kenal masuk ke ponselnya, Jean pun terdiam sejenak saat melihat isi pesan tersebut.
'Alvin' batinnya
"Astaga, kenapa gue bisa lupa kalau gue masih punya pacar. Apa Alvin udah tau ya soal pernikahan gue?" ucapnya sambil memukul kepalanya sendiri.
[ Alvin? Ini nomor kamu? ] - Jean
Sebuah pesan singkat ia kirim ke nomor asing tersebut untuk memastikan kalau itu benar-benar kekasihnya atau lebih tepatnya 'mantan' kekasih.
[ Iya, gue Alvin. Gue udah tau soal pernikahan lo kemarin dari tante Linda. Gue tau lo nggak mau nikahkan sama tuh ustad? Makanya gue berani hubungin lo lagi. ]
Jean menelan ludahnya dengan susah payah saat membaca balasan dari Alvin.
[ Vin, gue emang nggak ada niatan nikah sama dia. Tapi sebaiknya kita udahan aja di sini. ] - Jean
Walaupun sulit bagi Jean untuk melepaskan hubungannya bersama Alvin yang sudah berjalan selama tiga tahun itu, dia tetap melakukannya demi menjaga perasaan Rayyan.
[ Gue masih sayang sama lo, gue nggak mau kita pisah Je. Gue bisa bunuh diri kalau lo nolak gue ]
Jean terpaku di tempat saat membaca balasan dari Alvin yang berniat mengakhiri hidupnya.
[ Nggak Vin, gue mohon jangan lakuin itu. Gue sayang sama lo! Tapi gue nggak bisa gini Vin. ] - Jean
[ Kalau begitu tetap sama gue, Kita cukup menjalin hubungan di belakang suami lo. Nanti setelah tiga bulan, lo minta cerai sama dia dan kita nikah. Lo mau kan? ]
pertahanan Jean luruh saat membaca pesan yang barusan Alvin kirimkan padanya. Dia menangis sesenggukan, di sisi lain dia mencintai Alvin dan di sisi satunya lagi ada Rayyan yang bahkan terlampau sempurna jika harus di sakiti olehnya.
"Ya Allah, gue harus gimana?" isaknya
Ting...
[ Jangan lupa tidur, jangan terlalu malam begadangnya. Nanti kamu sakit, besok saya akan pulang. ]
Jean semakin terisak saat membaca pesan dari Rayyan. Dia benar-benar bingung, dia tidak tahu harus berbuat apa.
[ Lo nggak mau sama gue,ya? Ya udah nggak papa, gue dengan senang hati bakal bunuh diri malam ini. ]
Jean dengan cepat membalas pesan Alvin, karena dia tau Alvin itu sangatlah nekat.
[ Gue mau kok, please jangan bunuh diri Vin! ] - Jean
Jean meremas kuat jari-jari tangannya, dia tau kalau dia akan menciptakan luka yang teramat sangat untuk ustad tampan itu. Tapi dia bisa apa, dia mencintai Alvin.
Sementara itu di Bandung, terlihat Rayyan yang sedang tersenyum membayangkan wajah Jean. Dia benar-benar merindukan istrinya itu.
Semuanya benar-benar manis untuk Rayyan saat mencintai Jean, seorang ustad bisa sebucin ini dengan istrinya. Namun, dia tidak tahu kalau masalah besar telah menanti di depan sana untuk dia dan Jean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Istri Ustad Dadakan - (END)
FanfictionTERSEDIA VERSI PDF CERITA LENGKAP DI APLIKASI KAYA BISA JUGA ORDER VIA WA DI DM Ustadz Rayyan dan Jean Adicct! Dilarang keras mengcopy,meniru dan lain sebagainya. Ini Cerita real dari pemikiran saya Rank 1 in #Taennie 3 juni 2022 Rank 1 in #Jennie 8...