Sehabis pulang dari syukuran atas kepulangan Alisa, Jean tampak mengabaikan Rayyan. Rayyan pun menatap bingung ke istrinya itu
"Dek, kamu kenapa sih kok diem mulu?" tanya Rayyan sambil menyengggol bahu Jean dengan bahunya.
Jean yang mendengar pertanyaan Rayyan barusan langsung membuang wajahnya, Rayyan pun merubah posisinya tepat menghadap wajah Jean.
"Adek, ngomong dong!" goda Rayyan sambil mengedipkan matanya.
Jean yang melihat hal itu menggigit bibirnya kuat, dia berusaha mati-matian menahan diri agar tidak luluh.
"Hah, masih nggak mau ngomong ya." ucap Rayyan
Rayyan pun berdiri di hadapan Jean lalu mengangkat kakinya sambil menjewer telinganya.
"Dek, maafin saya. Saya nggak tau salah saya dimana, tapi saya mohon maaf banget!" ucapnya
Belum sempat Jean ingin menjawab Rayyan, tiba-tiba Alvin menarik tangannya.
"Bang, gue pinjem Jean dulu ye." ucap Alvin sambil menarik Jean pergi.
Rayyan hanya mengangguk kaku, dia masih terdiam di tempat. Dia hanya ingin Jean memaafkannya, itu saja tidak lebih.
"Baiklah Rayyan, tidak masalah kalau kamu harus berdiri seperti ini sampai Jean kembali." ucap Rayyan sambil tetap mengangkat kaki dan menjewer telinganya.
***
Dengan emosi Jean menghempaskan tangan Alvin. Alvin yang melihat Jean kesal langsung menatapnya dingin."Kamu apa-apaan sih, Vin!" bentak Jean
"Kamu yang apa-apaan, Je! Kamu di sana bermesraan dengan Rayyan, seakan-akan kalian pasangan yang saling mencintai." bentak Alvin tak kalah sengit.
"Ya, aku dan Rayyan emang nggak saling mencintai. Tapi apa kamu tau? Ustadz Rayyan itu cinta banget sama aku! Terus kamu dengan seenaknya, narik aku pas dia mau minta maaf." teriak Jean
"Oh, ya udah kalo gitu balik sana. Balik ke dia dan maafin dia!" teriak Alvin
Jean yang kesal pun memutuskan untuk kembali ke Rayyan, namun satu ucapan Alvin berhasil menghentikannya.
"Satu langkah lagi kamu balik ke dia, kamu bakal liat aku mati." ancam Alvin
Jean yang mendengar hal itu berbalik melihat ke Alvin yang sedang memegang pisau. Dengan frustasi, akhirnya Jean berbalik ke Alvin.
"Hiks... Mau kamu apa sih, Vin? Ak-aku nggak bisa di tekan begini! Kamu tau kan aku itu cinta banget sama kamu, terus kenapa kamu lakuin ini sama aku?" isak Jean sambil melemparkan pisau di tangan Alvin.
"Aku tau, Je. Kamu itu cuma cinta sama aku, untuk itu kamu pasti akan tetap memilih aku di bandingkan suami bodoh kamu itu!" ucap Alvin sambil memeluk Jean erat.
Jean terus terisak mendengar hinaan Alvin untuk Rayyan. Hatinya hancur karena suaminya itu dihina habis-habisan, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena nyatanya, dia memang masih mencintai Alvin.
***
Rayyan tampak memandang jam di dinding. Sudah satu jam sejak kepergian Jean dan alvin, tapi mereka tak kunjung kembali.Rayyan menghela nafas, dia benar-benar sudah tidak kuat menahan kakinya. Perlahan baju kokoh putih itu benar-benar basah oleh keringat.
"Mas, aku sam-" ucapan Jean terhenti saat melihat suaminya itu.
Jean menjatuhkan tas belanjaannya, dia terpaku melihat Rayyan yang masih berdiri sambil mengangkat satu kakinya.
Dengan langkah cepat dia mendekat ke Rayyan, dia menatap wajah yang tampak begitu kelelahan itu.
"Ma-mas, kamu kok masih berdiri?" tanya Jean sambil menahan tangisnya.
"Tadi saya minta maaf sama kamu, kamu belum memaafkan saya. Jadi saya tidak akan berhenti, sebelum kamu maafkan." balas Rayyan
Jean yang sudah tidak bisa menahan air matanya segera memeluk tubuh Rayyan.
"Hiks... Udah cukup mas, aku udah maafin. Harusnya mas nggak usah kayak gini," isak Jean
Rayyan menurunkan kakinya, lalu membalas pelukan Jean.
"Dek, saya jauh lebih menderita kalau kamu mendiami saya seperti tadi daripada ini." ucap Rayyan
Jean semakin terisak sambil memukul dada bidang Rayyan pelan.
"Dasar suami bodoh! Jangan lakukan itu untukku, aku tidak butuh itu!" ucap Jean
"Saya akan melakukan apapun untuk kamu, walaupun kamu tidak membutuhkannya." balas Rayyan
Jean meremas kuat baju kokoh Rayyan, hatinya terasa tercabik-cabik mendengar ucapan Rayyan.
"Hm, udah mau Maghrib bang. Masa mau peluk-pelukan mulu," tegur Alvin dengan nada bercanda.
"Ah iya, Vin. Ya udah dek, ayo siap-siap Maghrib." ucap Rayyan sambil melepaskan pelukan.
Namun Jean yang masih merasa bersalah, enggan melepas pelukannya dari Rayyan. Rayyan terkekeh pelan, lalu menggendong Jean ke kamar.
"Abang, ke kamar dulu ya Vin." ucap Rayyan sambil berlalu ke kamar.
Alvin menggertakan giginya, dia benar-benar benci melihat kedekatan Rayyan dan Jean.
***
Di kamar, Rayyan pun berniat menurunkan Jean ke kasur. Namun, reaksi Jean tetap sama. Dia tidak mau turun dari gendongan Rayyan."Turun, dek. Kan kita mau mandi, masa mau gini terus." ucap Rayyan
"Nggak mau!" bantah Jean
"Ya sudah, kamu ikut saya mandi aja!" kekeh Rayyan
Jean menelan ludahnya dengan susah payah, Mendengar ucapan Rayyan barusan. Namun karena gengsi dia lebih memilih untuk tetap bertahan tidak turun dari gendongan Rayyan.
"Oh, tetap nggak mau ya. Baiklah, kita mandi bareng!" kekeh Rayyan sambil menggendong Jean masuk ke kamar mandi.
Jean hanya memejamkan matanya saat memasuki kamar mandi, sementara itu Rayyan terus menertawakan aksi konyol istrinya itu.
"Adek, ayo turun. Saya kasih kesempatan terakhir buat keluar." ucap Rayyan
Jean tetap diam sambil memejamkan matanya. Sementara itu Rayyan menghela nafasnya pelan, karena gugup.
"Baiklah kalau begitu, ini mau kamu sendirikan." ucap Rayyan
Rayyan pun menyalakan shower sambil menggendong Jean di bawah shower. Perlahan tubuh keduanya basah kuyup karena guyuran air shower.
Rayyan menatap Jean intens, dia tampak mengagumi kecantikan istrinya itu. Jean yang merasa sangat gugup tetap memejamkan matanya, dia meremas kuat baju kokoh Rayyan.
"Dek, ada cicak di baju kamu dek!" teriak Rayyan
Jean seketika langsung turun dari gendongan Rayyan, sambil celingak-celinguk mencari cicak yang Rayyan maksud.
"Hahaha, kena prank!" ledek Rayyan sambil tertawa terbahak-bahak.
Jean menatap tajam ke arah Rayyan, dia pun berniat memukul suaminya itu. Namun dia menghentikan niatnya itu, karena pemandangan didepannya.
'Shit, Kok gue baru tau kalau Mas Rayyan ada roti sobeknya.' batin Jean
Rayyan menatap Jean yang sedang bengong. Dia menepuk bahu Jean pelan, namun jean tetap tidak meresponnya. Akhirnya Rayyan pun mendekatkan wajahnya ke wajah Jean.
"Adek, kok ngelamun?" tanya Rayyan tepat di depan wajah Jean.
"Allahuakbar, roti sobek!" pekik Jean
Rayyan langsung tercengang mendengar ucapan Jean barusan, sementara itu Jean langsung menunduk malu menyadari ucapannya itu.
"Hahaha, kamu ngintip perut saya ya? Hm?" goda Rayyan
"Eng-enggak kok, dih kepedean banget kamu mas!" bantah Jean sambil tetap menundukkan pandangannya.
"Hm, saya kepedean ya? Ya sudah!" ucap Rayyan sambil membuka baju kokohnya.
Seketika Jean langsung jongkok sambil memejamkan matanya.
"Mas Rayyan, jail ih!" ucap Jean
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Istri Ustad Dadakan - (END)
FanfictionTERSEDIA VERSI PDF CERITA LENGKAP DI APLIKASI KAYA BISA JUGA ORDER VIA WA DI DM Ustadz Rayyan dan Jean Adicct! Dilarang keras mengcopy,meniru dan lain sebagainya. Ini Cerita real dari pemikiran saya Rank 1 in #Taennie 3 juni 2022 Rank 1 in #Jennie 8...