Panggil aku sekali lagi!

934 185 17
                                    

Setelah selesai shalat Dzuhur, Jean tampak masih duduk diam di atas sajadah. Rayyan yang melihat hal itu tampak tersenyum kecil. Dia pun mendudukkan dirinya di samping Jean.

"Adek, apa kamu ada masalah?" tanya Rayyan lembut.

Jean yang mendengar pertanyaan Rayyan barusan tampak terkejut.

"H-hah? Ada a-apa?" tanya Jean balik dengan wajah kebingungan.

Rayyan terkekeh melihat ekspresi menggemaskan Jean yang tampak kebingungan itu.

"Adek, tadi saya tanya sama kamu. Kamu kenapa? Apa ada masalah?" jelas Rayyan seraya memegang wajah Jean.

Jean hanya menggelengkan kepalanya lalu menunduk. Rayyan yang melihat hal itu pun memegang dagu Jean lalu mengangkat wajahnya.

"Tatap saya!" perintah Rayyan

Dengan ragu Jean pun menatap wajah Rayyan. Rayyan pun memegang satu tangan Jean lalu meletakkan di dadanya.

"Apa kamu bisa merasakan debar di dada saya? Sangat cepat, bukan? Itu semua karena kamu. Karena kamu adalah belahan jiwa bagi saya, dan detak jantung saya." ucap Rayyan

"Untuk itu ceritakan semua masalah kamu kepada saya. Karena bukan cuma kamu yang sakit tapi saya juga yang sesak di sini." ucap Rayyan lagi

Tes... Tes... Tes...

Air mata perlahan mulai membasahi wajah Jean. Namun, belum sempat air mata itu jatuh ke lantai. Rayyan segera menempelkan wajahnya di wajah Jean.

"Jangan pernah menangis di depan saya, karena selama ada Rayyan tidak akan ada satu pun air mata kamu yang akan jatuh mengenai lantai. Itu janji saya," ucap Rayyan sambil mengusap air mata Jean dengan wajahnya.

Air mata Jean semakin mengalir deras karena perlakuan Rayyan. Rayyan yang melihat hal itu segera merengkuh tubuh istrinya itu ke pelukannya.

"Menangislah sebanyak yang kamu mau, tapi ingat menangislah hanya jika ada saya di sisi kamu."ucap Rayyan

'Nggak, gue nggak bisa nyakitin Rayyan lebih jauh lagi. Gu-gue harus kasih dia sedikit kesempatan juga.' batin Jean

"I-iya m-mas, makasih." ucap Jean pelan

Rayyan terdiam sejenak saat mendengar Jean memanggilnya dengan panggilan 'Mas', Dia tersenyum sekaligus meneteskan air mata.

"Coba ulangi sekali lagi apa yang kamu katakan barusan," pinta Rayyan

"Mas Rayyan!" panggil Jean lembut sambil menatap mata Rayyan.

Rayyan seketika memeluk Jean erat lalu menggendongnya. Dia merasa benar-benar bahagia saat ini.

"Ya Allah terimakasih banyak," teriak Rayyan sambil memutar tubuh Jean.

"Mas, mas turunin aku! Kepala aku pusing!" kekeh Jean

"Nggak akan, nggak mau, nggak boleh pokoknya nggak!" kekeh Rayyan

Jean menatap lekat wajah bahagia Rayyan, sementara itu Rayyan masih terus tersenyum lebar layaknya balita yang baru saja mendapatkan mainan baru.

'Setidaknya untuk sekarang, aku bisa membuat Mas Rayyan tersenyum. Walaupun pada akhirnya dia akan benar-benar hancur lebur karenaku.' batin Jean

Di sisi lain, Alvin yang baru saja lewat dari kamar keduanya tampak mengepalkan tangannya.

'Lo boleh aja ketawa-ketawa sekarang bersama Jean. Tapi setelah tiga bulan, Gue nggak akan biarin walaupun sekedar bayangan Jean ada di dekat lo!' batin Alvin

Alvin pun berlalu pergi dari sana dengan perasaan kesal.

***
"Huh, melelahkan sekali hari ini!" ucap Jean yang kini sedang berada di pasar malam bersama ustadz Rayyan.

"Kalau capek bilang dari tadi," ucap Rayyan sembari berjongkok.

"Naiklah!" perintah Rayyan

"Apasih mas, Malu tau!" ucap Jean dengan wajah memerah.

"Naik atau saya tinggal di sini!" ancam Rayyan

"Ih astaga iya mas iya!" kesal Jean sambil naik ke punggung Rayyan.

Rayyan terkekeh mendengar nada kekesalan dari istrinya itu. Rayyan pun akhirnya berjalan mengelilingi pasar malam sambil menggendong Jean.

Semua orang menatap kagum ke arah keduanya. Banyak pasang mata yang berteriak histeris karena adegan itu.

"Mas, mau boneka itu dong!" rengek Jean sambil menunjuk sebuah boneka berbentuk panda.

"Iya sayang, sebentar ya." ucap Rayyan sambil menurunkan Jean.

"Dek, kamu tunggu di sini ya! Jangan kemana-mana, oke?" jelas Rayyan

Jean mengangguk patuh. Rayyan pun datang ke penjual boneka yang berada tidak jauh dari mereka.

"Aishh, kok gue mau pipis!" ringis Jean

"Ah, yaudah deh gue cari toilet aja di dekat sini." ucapnya lagi

Jean pun segera berlari dari sana mencari toilet umum. Akhirnya setelah mencari beberapa saat, dia pun menemukan toilet dan segera masuk ke sana.

Setelah selesai buang air kecil, Jean pun berniat kembali ke tempat tadi. Namun tiba-tiba, dia di kelilingi oleh sekelompok anak remaja yang berpenampilan berandal.

"Wah ada cewek cantik nih bro!" ucap salah seorang remaja berbaju merah di sana.

"Iya nih, enak kalau jadi mainan kita malem ini!" timpal remaja berbaju hijau.

"Ka-kalian jangan macem-macem!" gugup Jean sambil mengarahkan sebuah kayu kecil ke arah mereka.

"Hahaha, dia pikir kita akan takut dengan sebuah kayu kecil." ledek remaja bertubuh besar dengan baju hitam.

"Ya udah bro, langsung bawa aja ke markas." ucap remaja berbaju hijau.

Dua orang remaja itu berusaha menarik paksa Jean, Jean yang ketakutan terus berteriak histeris. Namun, salah satu remaja itu membekap mulutnya.

Akhirnya setelah beberapa saat, mereka berhasil membawa Jean. Di sebuah tenda yang tampak hanya diterangi oleh sebuah lampu. Mereka menidurkan Jean, Jean terus terisak sambil berusaha melepaskan diri.

"Lepasin gue! Jangan berani sentuh gue brengsek!" teriak Jean

Saat salah seorang remaja itu berhasil menarik kemeja Jean, sebuah pukulan tepat menghantam remaja itu.

Bughh...

"Jangan pernah berani menyentuh istri saya!" bentak Rayyan dengan wajah penuh amarah.

Ustadz yang tampak berwibawa itu kini berubah menjadi sosok mengerikan saat marah. Dia memukul remaja-remaja itu dengan membabi buta.

"Ini untuk tangan yang berani menyentuh istri saya!" ucap Rayyan sambil menginjak satu persatu tangan remaja itu.

"Ini untuk mulut yang berani merendahkannya!" ucap Rayyan lagi seraya memukul wajah mereka satu persatu.

"Dan ini, untuk tangisan istri saya!" teriak Rayyan sambil menendang semua remaja itu.

Remaja itu pun segera berlari dengan ketakutan. Rayyan menatap ke arah istrinya yang tengah menunduk dengan tubuh bergetar.

Dengan cepat dia meraih tubuh Jean lalu memeluknya. Air mata Rayyan seketika menetes saat melihat istrinya yang ketakutan.

"Maafkan saya, saya hampir gagal melindungi kamu. Kalau akan seperti ini kejadiannya, saya tidak akan pernah menurunkan kamu dari gendongan saya walaupun sedetik pun." isak Rayyan

"M-mas a-aku takut..." isak Jean

"Jangan takut, saya ada di sini. Ayo pulang!" ucap Rayyan

"Tapi pakaianku?" ucap Jean sambil menatap pakaiannya yang sudah robek.

Rayyan pun melepaskan sorban di bahunya lalu menutupinya ke tubuh Jean.

"Sudahkan?" ucap Rayyan

Jean mengangguk pelan, lalu memeluk Rayyan erat. Dia menelungkupkan wajahnya di dada bidang suaminya itu.

Jadi Istri Ustad Dadakan - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang