Setelah berlarian akhirnya Jean menemukan taksi untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah dia melihat Rayyan yang sedang tertidur dengan posisi duduk.
Jean menatap iba ke arah suaminya itu, rasa bersalah semakin menyeruak di hatinya. Tanpa ia sadari, air matanya sudah menetes membasahi wajahnya.
Jean terkejut kala merasakan usapan lembut di wajahnya. Dia menatap Rayyan yang sudah terbangun dari tidurnya.
"Kenapa kamu menangis,hm?" tanya Rayyan lembut.
Jean meremas jari tangannya sekuat mungkin agar tidak menangis karena perlakuan manis suaminya itu. Namun pertahanannya seketika runtuh saat Rayyan menggendongnya layaknya seorang balita.
"Tidak apa kalau kamu tidak mau cerita dengan saya, saya tidak akan pernah memaksa kamu. Sekarang sebaiknya kamu mandi dan ganti pakaianmu yang kotor itu." ucap Rayyan sembari tersenyum.
Jean memejamkan matanya digendongan Rayyan, sementara itu Rayyan memandangi wajah Jean yang berada digendongannya.
Kegiatan keduanya harus terhenti karena sudah sampai di depan pintu kamar. Rayyan pun menurunkan Jean dari gendongannya, Jean tampak sedikit kecewa karena harus turun dari gendongan Rayyan.
"Ya sudah kamu mandi sana, saya tunggu di ruang makan." ucap Rayyan sambil melangkah ke ruang makan.
"Tu-tunggu dulu!" teriak Jean dengan terbata-bata.
Rayyan segera menoleh menatap Jean. Dia menaikan satu alisnya, memberikan isyarat kepada Jean untuk menjelaskan apa maksud dia memanggilnya.
"Anu... Itu... Gue mau anu... Itu apa ya?" ucap Jean sambil menggaruk tengkuknya.
"Anu? Kamu mau anu yang gimana?" tanya Rayyan dengan wajah kebingungan.
"Maksud gue itu, makasih." ucap Jean malu.
"Oh, makasih doang?" kekeh Rayyan
"Emangnya lo berharap apaan? jangan-jangan lo mau minta jatah ye? Hayo ngaku?" goda Jean sambil mendekati Rayyan.
"Nggak tuh, tapi kalau kamu sendiri yang nawarin ya nggak ada salahnya." kekeh Rayyan seraya menarik pinggang Jean.
Jean langsung salah tingkah karena tindakan suaminya itu. Rayyan yang melihat ekspresi Jean seketika terkekeh.
"Ih... Ih... ustadz ih! Aku kan cuma bercanda," rengek Jean sambil memukul Rayyan pelan.
"Ciee udah aku kamu, nggak lo gue lagi?" kekeh Rayyan
"Eh enggak-enggak, maksud yang tadi tuh gue." ucap Jean
"Hahaha, andai kamu ingat kelakuan kamu pas mabuk kemarin. Pasti kamu malu," ucap Rayyan sambil melepaskan pelukannya di pinggang Jean
"What? Bentar-bentar, kemarin gue ngapain?" tanya Jean sambil menahan tangan Rayyan yang ingin pergi.
"Kepo banget ya? Entar kalau saya kasih tau, pasti kamu malu deh." ucap Rayyan sambil senyam-senyum.
"Ih pelit banget ih! Kasih tau sekarang atau gue gigit." ancam Jean
"Hah, baiklah. Saya akan kasih tau, tapi inget ya! Jangan salahin saya kalau kamu malu," ucap Rayyan sambil memegang tangan Jean.
Jean menatap bingung ke arah
Rayyan. Sementara itu Rayyan perlahan mengarahkan tangan Jean ke 'Chiko' alias pusaka ghaibnya.Tap...
Tangan Jean tepat berada di bagian sensitif tubuh Rayyan, Jean seketika membulatkan matanya.
"Huaa... Mama... Pak Ustadznya jail!" teriak Jean
"Loh, kan kamu sendiri yang mau tau. Orang kemarin kamu sendiri yang maksa-maksa buat pegang 'itu' saya." kekeh Rayyan
"Nggak ah, nggak mungkin!" bantah Jean
"Ya sudah kalau nggak percaya, tapi coba kamu inget sendiri apa itu 'Chiko'." ucap Rayyan sambil berlalu pergi ke ruang makan.
'Chiko? Bentar deh, kok gue Inget sesuatu soal itu.' batin Jean
Plakk...
Jean menepuk kepalanya sendiri kala mengingat kelakuannya kemarin saat mabuk.
"Mampus, rusak sudah image gue sebagai cewek kalem nan santun. Bisa-bisanya gue megang 'anu' nya pak ustadz, astaga harga diri gue udah ancur, terlempar, terjungkal, terpijak, Angus lagi." ucap Jean yang merutuki kebodohannya.
"Hm, jadi gimana? udah ilang amnesianya?" kekeh Rayyan yang tiba-tiba di samping Jean.
"Ih, diem nggak!" kesal Jean
"Chiko-chiko, Pak ustad aku mau chiko hiks...." ledek Rayyan sambil memperagakan gaya Jean waktu itu.
Jean yang kesal melihat ledekan Rayyan pun segera menjewer telinga Rayyan.
"Awwhh... Iya... Iya maafkan saya," kekeh Rayyan sambil menahan sakit.
"Gue lepasin, tapi inget ya! Kalau masih ngeledek, gue jadiin lo transgender." ancam Jean
"Iya nggak lagi kok, hehe." balas Rayyan
"Nah gitu dong," ucap Jean sambil melepaskan jewerannya.
"Tapi kalau kangen mau megang juga gak papa, kamu boleh reques langsung ke saya," teriak Rayyan sambil berlari kabur.
"Ustad Rayyan!" teriak Jean
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Istri Ustad Dadakan - (END)
FanfictionTERSEDIA VERSI PDF CERITA LENGKAP DI APLIKASI KAYA BISA JUGA ORDER VIA WA DI DM Ustadz Rayyan dan Jean Adicct! Dilarang keras mengcopy,meniru dan lain sebagainya. Ini Cerita real dari pemikiran saya Rank 1 in #Taennie 3 juni 2022 Rank 1 in #Jennie 8...