Reunian

904 161 17
                                    

"Uh kacian, pengen ya?" kekeh Jean sambil mengelus rambut Rayyan.

Sementara itu Rayyan pun hanya mengangguk layaknya seorang balita.
Jean yang tidak tahan melihat Rayyan yang begitu menggemaskan saat ini, langsung menarik Rayyan tiduran di pahanya.

"Adek, boleh mas tanya?" tanya Rayyan sambil memeluk perut Jean.

"Tentu, tanyakan saja." balas Jean sambil mengusap lembut kepala Rayyan.

"Apa kamu akan mencari pengganti saya jika saya memang benar-benar tiada waktu itu?" tanya Rayyan

"Tentu saja tidak, untuk apa aku menggantikan Mas Rayyan. Tidak ada laki-laki selembut dan seromantis Ustadz tampanku ini." jawab Jean sambil menciumi wajah Rayyan.

"Kalo mas sendiri, gimana?" tanya Jean balik

Rayyan tersenyum kecil mendengar pertanyaan Jean barusan. Dia pun mengubah posisinya menjadi duduk,lalu perlahan Rayyan meletakkan kedua telapak tangannya di pipi chubby milik Jean.

"Saya sangat mencintai kamu, bagaimana mungkin saya bisa membagi kamu dengan wanita lain,hm? Bahkan jika kamu pergi menemui Allah lebih dulu suatu saat nanti, saya tidak akan berhenti bersujud di hadapan Allah sampai Allah juga berkenan mencabut jasad yang sudah tidak bernyawa sejak kehilangan tulang rusuknya." jelas Rayyan dengan mata berkaca-kaca.

Jean mengusap air mata di sudut mata Rayyan. Dia mencium wajah yang tampak sedih itu.

"Jangan nangis mas, aku harusnya nggak mempertanyakan apa yang udah aku tau jawabannya." ucap Jean

Rayyan memeluk tubuh Jean erat, dia terisak dipelukan Jean.

"Sa-saya hanya sedang merasakan sedikit sesak di sini, di hati saya." isaknya

"Sesak? Kenapa hm?" tanya Jean sambil mengusap bahu Rayyan.

"Saya sudah tahu sejak awal kalo kamu dan Alvin waktu itu-" Rayyan menghentikan ucapannya dan semakin terisak.

"Apa mas? Apa yang mas udah tahu sejak awal?" tanya Jean sambil memegang wajah Rayyan agar menatapnya.

"Sa-saya tahu kamu dan Alvin pernah berciuman di kamar tamu waktu itu. Saat itu jujur saja hati saya sangat hancur, tapi saya tidak bisa Jean! Saya tidak bisa membenci kamu, saya malah semakin mencintai kamu." isak Rayyan sambil menunduk.

Jean terdiam sejenak lalu memeluk Rayyan.

"Aku tau aku sama Alvin salah, dan aku tau mas sangat terluka karena hal ini. Tapi percayalah, aku sama dia beneran udah nggak ada apa-apa." jelas Jean

Rayyan tersenyum lalu mencium wajah Jean lembut. Jean pun terkekeh kecil melihat tingkah suaminya itu.

"Uh tayang, besok kita ke rumah Alvin aja kalo gitu. Sekalian kita liat anaknya yang baru lahir." ucap Jean

"Iya adek, besok kita ke sana." balas Rayyan

***
Rayyan tidak berhenti melamun sejak Jean keluar dari rumah. Dia begitu terpesona melihat Jean mengenakan hijab dan cadar.

"Ck, mau sampai kapan melamunnya mas!" kekeh Jean

"E-eh iya, maaf dek." ucap Rayyan gelagapan.

Jean dan Shaka pun terkekeh melihat tingkah konyol Rayyan. Rayyan hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menjalankan mobil.

***
"Assalamualaikum!" ucap ketiganya saat sampai di depan rumah dengan tembok hijau muda itu.

"Wa'alaikumsalam," ucap Seorang pria dengan baju kokoh berwarna hitam, yang tidak lain adalah Alvin.

"Wah ganteng banget sih sekarang!" puji Rayyan saat melihat Alvin.

"Ah, abang ngeledek ya?" kekeh Alvin sambil memeluk Rayyan.

"Enggak kok, Vin. Orang emang cakep gitu!" kekeh Rayyan

"Eh, ada ukhty bercadar juga nih! Wah-wah sini salim dulu," ucap Alvin sambil bersiap salaman dengan Jean.

"Etss, bukan muhrim! Sini salaman sama abang aja perwakilan." ucap Rayyan dengan nada cemburu.

"Hahaha, orang bercanda aja bang!" kekeh Alvin

Plak...

Alisa menggeplak kepala Alvin pelan, otomatis sang empu yang kena geplak pun langsung menoleh ke Alisa.

"Nda baik toh mas ngerjain orang, entar Mas Rayyan ngambek lagi." ledek Alisa.

"Ah, dek lisa bisa aja. Salim dulu dek!" ucap Rayyan sambil berniat salaman dengan Alisa.

"Etss, bukan muhrim." ucap Alvin dan Jean bersamaan sambil menarik tangan pasangan masing-masing.

Keempat orang itu pun seketika tertawa bersama. Jean pun segera memeluk Alisa dan begitupun dengan Alvin dan Rayyan.

Oek ... Oek ... Oek ...

Seketika keempat orang itu pun langsung melepaskan pelukan dan bergegas masuk melihat asal sumber suara tangisan bayi tersebut.

"Halo adek cantik, Shaka cinta sama adek. Entar kalo udah gede kita pelukan juga ya kaya Mama Papa kita!" ucap Shaka sambil berusaha menaiki keranjang bayi.

"Eh, astaghfirullahalazim Shaka!" ucap Jean sambil cepat menurunkan Shaka dari atas keranjang.

Sementara itu Alisa pun mengambil bayinya, Alvin pun menghampiri Shaka lalu tertawa.

"Oh, jadi ini ya orang yang bikin anak om nangis? Dia nangis karena di lamar dadakan nih." kekeh Alvin

"Om dengerin aku dulu," ucap Shaka sambil memegang tangan Alvin.

"Aku itu suka sama anak om, nanti kalo udah besar kita boleh nikahkan om?" ucap shaka sambil terus memegang tangan Alvin.

"Tenang aja, om. Entar kalo dia mau makan, Shaka minta uang sama Papa kok!" ucap bocah kecil itu.

"Kamu boleh nikahin anak om hanya jika kamu sama kayak papa kamu! Dia orang yang baik dan lemah lembut, kamu harus belajar banyak dari dia." ucap Alvin

"Siap laksanakan, om!" ucap Shaka sambil memberikan hormat.

"Eh, itu namanya anak kalian siapa?" tanya Jean

"Namanya Asyifa Senjana," jawab Alisa

"Ih gemesnya, liat pipinya kayak bakpao." heboh Jean

"Bang, dengerin tuh kata Jean. Ajakin bikin lagi yang kayak bakpao." bisik Alvin

"Lagi puasa, Vin. Dia lagi dapet, entar kalo udah baru ehem." Kekeh Rayyan

"Psstt... Pstt.. kalian ngomongin apa?" tanya Shaka yang tiba-tiba berada di tengah keduanya.

"Astaghfirullahalazim Shaka!" teriak Keduanya

"Hehe, shaka cuma mau denger kok." ucap Shaka dengan wajah malu.

Jadi Istri Ustad Dadakan - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang