Typo Jahanam

1.5K 266 36
                                    

Rayyan memandangi Jean yang tertidur pulas di atas sejadah. Dia menggelengkan kepalanya pelan, melihat tingkah istrinya itu.

Setelah selesai melaksanakan shalat isya tadi, Jean malah ketiduran dengan posisi tangan yang menggenggam erat sebuah buku tuntunan shalat lengkap.

Dengan hati-hati, Rayyan pun menggendong tubuh mungil Jean. Lalu memindahkannya ke atas kasur, tak lupa juga dia melepaskan mukena yang masih Jean kenakan sejak tadi.

"Wahai bidadari surgaku, semoga lekas lunak hatimu. Sungguh, saya telah jatuh cinta kepadamu. Saya akan selalu menjaga dan mencintaimu sepenuh jiwa dan raga saya." ucap Rayyan sambil mengecup kening Jean.

Setelah memastikan Jean tertidur dengan nyaman, Rayyan pun merebahkan tubuhnya di atas tikar yang sudah ia siapkan tadi. Dia pun perlahan ikut terlelap menyusul Jean yang sejak tadi sudah terlelap.

***

"Hoamm, jam berapa ini?" ucap Jean yang baru saja bangun.

Jean pun meraba ponselnya yang ada di atas nakas disamping tempat tidurnya. Nyaris saja jean terjungkal kala melihat sekarang sudah jam 10 pagi. Dengan cepat dia pun berlari keluar kamar.

"Jean, kamu udah bangun ya?" ucap Umi Hasna

"An-an-anu... Aku...." Belum sempat jean melanjutkan ucapannya Rayyan sudah menyelanya.

"Maklumi saja mi, kita pengantin baru dan bukankah semalam itu kita menghabiskan malam yang melelahkan." ucap Rayyan sambil terkekeh pelan.

'Hei, apa-apaan ini? Kenapa dia bicara seakan-akan gue sama dia habis ngelakuin itu.'  batin Jean sambil memandangi Rayyan dengan tatapan tajam.

"Ah iya, umi lupa. Jangan lupa jaga kesehatan ya sayang, biar cepat dapet momongan." ucap Umi Hasna sambil mengelus rambut Jean.

Jean hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Umi Hasna barusan. Sementara itu, Rayyan tampak menahan tawanya melihat Jean yang tampak kesal padanya.

"Ya sudah,Umi pulang dulu ya. Jangan lupa jagain Bian baik-baik ya!" ucap Umi Hasna seraya berlalu pergi.

"Oi, maksud lo tadi ngomong gitu sama umi apaan?" tanya Jean pada Rayyan.

Rayyan masih diam dan tidak menanggapi pertanyaan yang Jean ajukan padanya. Jean yang kesal pun segera menarik kerah baju Rayyan.

"Jawab gue! Maksud lo ngomong gitu ke umi apaan?" jangan-jangan lo bobol gue ye semalem?" tanya Jean lagi.

Rayyan yang mendengar pertanyaan Jean barusan pun mencoba untuk menahan tawanya. Lalu dengan santainya, dia menarik pinggang Jean agar mendekat padanya.

"Kalau 'iya' bagaimana? Bukankah itu hak saya?" ucap Rayyan dengan wajah yang dibuat seserius mungkin.

Jean yang mendengar ucapan Rayyan barusan langsung mendorong tubuh Rayyan menjauh darinya.

"Huaa... Mama Jean udah nggak perawan lagi!" Teriak Jean histeris.

Rayyan langsung tertawa terbahak-bahak melihat tingkah istrinya itu, Jean yang kesal ditertawakan oleh Rayyan pun segera memojokkan Rayyan ke tembok.

"Lo,ustad kan?" tanya Jean dengan tatapan tajam.

Rayyan hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaan tersebut.

"Kalau lo ustad, terus kenapa lo paksa gue? Lo u-udah ambil paksa hak lo dari gue? Hiks... Gue bahkan belum siap sama sekali untuk itu."  isak Jean seraya memukul Rayyan pelan.

Rayyan tertegun mendengar isak tangis istrinya itu. Dengan keberanian penuh, ia pun merengkuh tubuh Jean ke dalam pelukannya.

"Dengarkan saya baik-baik, saya sama sekali belum menyentuh kamu. Saya tidak sebejat yang kamu pikirkan. Bahkan diujung ajal saya sekalipun, saya tidak akan menyentuh kamu kecuali kamu sudah siap menerima saya." ucap Rayyan sambil mengusap rambut Jean.

Rayyan pun melepaskan pelukannya, lalu berlalu pergi ke ruang tamu. Jean terdiam mendengar ucapan Rayyan barusan.

"Apa gue tadi udah keterlaluan?" tanya Jean pada dirinya sendiri.

Jean pun berjalan menyusul Rayyan yang berada di ruang tamu. Jean menatap Rayyan yang sedang bermain dengan Bian.

"Hm, maafin gue. Gue nggak tau kalau lo niatnya bercanda doang." ucap Jean

"Sudahlah, itu salah saya." balas Rayyan

"Oh iya, saya izin keluar dulu. Ada pengajian di masjid, saya titip Bian ya." ucap Rayyan

Jean hanya mengangguk pelan. Rayyan pun tersenyum kecil, lalu berlalu pergi. Selepas kepergian Rayyan, Jean pun duduk di samping bian.

"Tante, badan aku panas banget." ucap Bian sambil menggenggam tangan Jean.

"Hah? Badan kamu panas?" Sini coba tante periksa," ucap Jean panik sambil menyentuh kening Bian.

"Astaga, kamu demam! Ya udah kamu diam di sini ya, tante cari obat dulu." ucap Jean seraya membaringkan tubuh bocah kecil itu.

Dengan cepat Jean mengambil kompres dan obat. Dia pun mengompres kepala bocah itu lalu memberikannya obat. Tidak beberapa lama kemudian, Bian pun terlelap tidur.

"Huh, hampir saja!" ucap Jean lega.

"Sepertinya gue harus kasih tau anggota keluarga yang lain soal kondisi Bian." ucapnya lagi sembari mengeluarkan ponselnya.

           Grup Kiai Hanan Family

[ Assalamualaikum, aku pengen kasih tau kalau bian tadi tiba-tiba demam tinggi ] - Jean read by 12 member

[ Ya Allah bian, terus sekarang gimana kondisinya sekarang ] - Umi Hasna read by 12 member

[ Je, gimana kondisi anak tante? Dia nggak papakan? ] - Tante Meydina

[ Alhamdulillah, dia udah meninggal ] - Jean read by 12 member

"Huh, seenggaknya gue udah bilangin kondisi Bian sama orang rumah." ucap Jean lega sambil mematikan ponselnya.

Dia tidak tahu kalau pesan yang barusan dia kirimkan akan menimbulkan kesalahpahaman.

***

"Dek, bangun!" ucap Rayyan sambil menggoyangkan bahu Jean pelan.

"Eunghh, ada apa sih?" ucap Jean yang masih setengah sadar.

"Adek, bangunlah dulu. Saya mau tanya sesuatu!" ucap Rayyan lagi.

Jean pun membuka matanya pelan, Jean langsung terlonjak kaget saat melihat seluruh anggota keluarga yang berada tepat di depan matanya.

"A-ada apa ini?" Ke-kenapa ramai sekali?" tanya Jean kebingungan.

"Nak, dimana Bian sekarang? Kenapa dia bisa meninggal? Tolong jelasin sama umi?" ucap Umi Hasna sambil terus terisak.

"Lah, siapa yang bilang meninggal?" ucap Jean kebingungan.

Rayyan pun menunjukkan pesan yang  ada di ponselnya. Jean langsung menepuk kepalanya pelan.

"Astaga, maafin aku mi. Itu pasti karena keyboard otomatis di ponselku, jadi tadi aku mau ketik 'mendingan' tapi sepertinya keyboardnya ubah otomatis jadi meninggal." ucap Jean dengan rasa bersalah.

"Astagfirullahalazim nak, kita semua udah panik." ucap Umi Hasna.

Jean pun menatap satu persatu anggota keluarga yang sudah datang. Dia menunduk malu karena ulahnya yang berhasil membuat kehebohan satu keluarga. Semua anggota keluarga pun tertawa bersama, melihat jean yang tampak malu.

"Istri kamu ada-ada saja ya tingkahnya," kekeh Om Herman

"Hah iya, om. Dia benar-benar manis." kekeh Rayyan sembari mengacak-acak rambut Jean pelan.

'Typo Jahanam' umpat jean dalam hati.












Jadi Istri Ustad Dadakan - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang