Tujuh hari telah berlalu, pencarian Rayyan masih belum membuahkan hasil. Di lokasi kejadian dan tempat hilangnya Rayyan, hanya ditemukan jam tangan milik Rayyan.
"Selamat siang, pak. Kami dari kepolisian ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin berat untuk bapak dan keluarga terima. Tapi ini harus saya sampaikan, saya mohon izin untuk menyampaikannya." ucap Kepala polisi
"Silahkan sampaikan apa yang mau bapak sampaikan." jawab Kiai Hanan
"Baiklah, atas kasus hilangnya Saudara Rayyan Al-Ghifari dalam kecelakaan beberapa hari yang lalu. Kami segenap kepolisian menetapkan bahwa Saudara Rayyan Al-Ghifari telah meninggal dunia, dengan penemuan sebuah jam tangan yang dia kenakan saat kecelakaan terjadi. Untuk itu dengan sangat berat hati, kami resmi menutup pencarian Saudara Rayyan Al-Ghifari." jelas Kepala polisi
Seketika rumah kediaman Kiai Hanan langsung riuh oleh tangisan histeris dari anggota keluarga yang belum siap menerima kenyataan atas kematian Rayyan.
"Enggak pak... Saya mohon pak! Lanjutkan pencarian anak saya pak, saya mohon pak!" isak Umi Hasna sambil berlutut di depan kepala polisi.
"Mi, ayo berdiri. Sabar mi sabar," ucap Kiai Hanan sambil memeluk istrinya itu.
Kepala polisi itu pun mendekati Umi Hasna, dia melepaskan topi polisi miliknya.
"Bu, jangan bersedih. Saya hari ini menghadap ibu sebagai orang biasa, tanpa jabatan atau status kepolisian saya. Saya juga sangat menyesalkan atas kepergian Rayyan." isak Kepala polisi itu sambil berlutut di hadapan Umi Hasna.
Umi Hasna terus menangis terisak, dia begitu hancur mendengar putranya dinyatakan meninggal dunia.
***
"Selamat siang permirsa di rumah! Tepat setelah tujuh hari pencarian korban kecelakaan berinisial R, akhirnya pihak kepolisian resmi menutup pencariannya karena dia dinyatakan telah meninggal dunia. Pernyataan itu di dasarkan dengan penemuan jam tangan milik korban."
Jean menutup mulutnya erat-erat, dia mencoba untuk menahan diri agar tidak berteriak saat ini juga. Mendengar kabar meninggalnya Rayyan, Jean menangis histeris.
"Nggak... Ini nggak mungkin! Ma-mas Rayyan masih hidup, hiks... Mas Rayyan!" teriak Jean
Alvin yang berada di dapur segera menghampiri Jean, dia pun memeluk Jean.
"Je, kamu kenapa?" tanya Alvin
"Hiks... Mas Rayyan, Vin. Dia dinyatakan meninggal." ucap Jean sambil menunjuk ke televisi.
Tak jauh berbeda dari Jean, Alvin terdiam sejenak dengan wajah kaget.
"Me-meninggal?" tanya Alvin
Jean mengangguk pelan, Alvin seketika meremas kuat rambutnya sendiri.
"Ya Allah, dosa apa yang telah hamba perbuat! Kenapa orang baik seperti Rayyan yang menerima ganjaran dari perbuatan hamba?" teriak Alvin
Alvin terus menyalahkan dirinya sendiri sambil memukul tembok. Sementara itu, Jean yang tidak sanggup menerima kenyataan pun pingsan tidak sadarkan diri.
"Jean! Je, kamu kenapa? Jean bangun!" teriak Alvin saat melihat Jean pingsan.
Dengan cepat dia menggendong Jean ke mobil, lalu melajukan mobilnya ke rumah sakit.
Di perjalanan, Alvin terus menangis. Dia sangat menyesali perbuatannya, dia benar-benar frustasi atas kabar kematian Rayyan.
"Bang, maafin gue. Gue tau ini semua kesalahan gue, tapi gue mohon jangan hukum gue seperti ini. Gue nggak sanggup hidup dengan rasa bersalah seumur hidup." ucap Alvin
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Istri Ustad Dadakan - (END)
FanficTERSEDIA VERSI PDF CERITA LENGKAP DI APLIKASI KAYA BISA JUGA ORDER VIA WA DI DM Ustadz Rayyan dan Jean Adicct! Dilarang keras mengcopy,meniru dan lain sebagainya. Ini Cerita real dari pemikiran saya Rank 1 in #Taennie 3 juni 2022 Rank 1 in #Jennie 8...