Puasa

949 172 6
                                    

Rayyan terkekeh pelan melihat tingkah istrinya itu, dia pun menarik Jean kepelukannya. Jean pun tersenyum kecil saat merasakan pelukan hangat di tubuhnya.

"Tolong, Shaka kehabisan nafas!" pekik bocah kecil yang berada di tengah-tengah keduanya.

"Astagfirullahalazim, maafin sayang." kekeh Rayyan saat menyadari keberadaan Sakha.

"Mas, kita lupa ya kalo sudah ada jagoan kecil di hidup kita." kekeh Jean sambil bermanja di dada bidang Rayyan.

"Ya, karena Suatu saat anak-anak kita akan pergi dengan pasangan hidupnya dan yang tersisa hanya kita berdua." ucap Rayyan lembut sambil mencium kening Jean.

"Ninu... Ninu... Ninu... Film ini tidak lolos sensor untuk anak-anak." celetuk Sakha

Jean dan Rayyan pun seketika tertawa mendengar ucapan Sakha barusan. Keduanya mendekati bocah kecil itu lalu memeluknya bersama.

"Ayo kita pulang!" teriak ketiganya

***
Suasana malam ini tampaknya masih sangat panjang untuk dua orang yang kini sedang memandangi satu sama lain.

"Jadi, Apa mas bisa jelaskan kemana saja mas selama ini? Dan apa maksud semua ini?" tanya Jean

Rayyan pun tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Baiklah dengarkan ini baik-baik!" ucap Rayyan.

"Waktu saya kecelakaan tiga tahun lalu, saya di selamatkan oleh Bima. Saya di rawat di rumah sakit cukup lama, di sana saya tidak sengaja bertemu dengan Alvin. Alvin menemui saya saat itu, dia meminta maaf kepada saya dan menjelaskan semuanya. Di sana saya sudah memaafkan Alvin, tapi saya memilih agar kabar saya yang masih selamat di rahasiakan." ucap Rayyan

Baru saja Jean ingin menyela ucapan Rayyan, Rayyan segera meletakkan telunjuknya di bibir Jean.

"Sstt... Dengarkan dulu dan jangan menyela, hm? Setiap kali kamu akan menyela saya, saya pastikan bibir saya yang akan menyela ucapan kamu." ucap Rayyan

Jean langsung tersipu malu mendengar ucapan Rayyan barusan. Dia pun mengangguk patuh kepada suaminya itu.

"Saya merahasiakan semua itu, karena saya ingin tahu seberapa sabar kamu menanti saya kembali. Saya mencintai kamu begitu besar, tentu saja saya juga harus tahu apa kamu pantas saya cintai sebesar ini." ucap Rayyan

"Dan kamu berhasil membuktikan ke saya, kalau kamu memang pantas saya cintai sebesar ini." ucap Rayyan lagi

"Lalu, apa mas beneran lupa ingatan?" tanya Jean

Rayyan tersenyum kecil lalu memegang pipi gembul Jean. Dia pun mendekatkan wajahnya ke wajah Jean.

"Bagaimana saya bisa melupakan kamu, sementara kamu sendiri adalah jati diri saya. Bahkan jika saya beneran lupa ingatan, saya akan tetap jatuh cinta berkali-kali hanya kepada kamu." ucap Rayyan sambil menciumi pelan wajah istrinya itu.

"Huh, tapi mas tidak tahu kesulitanku tanpa mas!" cibir Jean

"Kamu saja yang tidak sadar, saya selalu di dekat kamu. Saya selalu mengawasi kamu, semua keperluan yang Alvin siapkan untuk kamu adalah perintah dari saya. Dan pertemuan kamu dengan saya juga saya yang merancangnya." ucap Rayyan

"Hah, aku nggak tau maksud semuanya apa. Tapi aku sangat senang mas ada di sini sekarang!" ucap Jean sambil memeluk Rayyan erat.

Rayyan membalas pelukan istrinya itu, keduanya pun saling tersenyum.
Kerinduan yang sudah tertahan selama tiga tahun ini seakan tercurahkan malam ini.

Rayyan menggendong Jean ke kamar tamu, sebelum ke kamar tamu keduanya mengecek Sakha terlebih dahulu.

Saat sudah di kamar tamu, Rayyan menurunkan tubuh Jean di kasur. Rayyan pun naik ke kasur dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Jean.

"Adek, mas kangen banget sama kamu." ucap Rayyan sambil mencium wajah Jean.

"Um, aku nggak kangen tuh!" kekeh Jean

"Serius kamu nggak kangen?" tanya Rayyan sambil menatap Jean dengan wajah serius.

"Hahaha, aku kangennya sama 'Chiko' ini." kekeh Jean sambil memegang bagian sensitif Rayyan.

"Oh ya, kamu godain saya ya sekarang?" goda Rayyan sambil merapatkan tubuhnya ke Jean.

"Eng-nggak kok hehe," jawab Jean gugup

"Katanya kangen? Kenapa di diemin aja 'Chiko' nya?" kekeh Rayyan

"Jail ih!" ucap Jean malu

"Dek, ini tegang loh!" bisik Rayyan

"Aku lagi dapet mas," bisik Jean balik.

"Ih adek mah! Masa harus puasa sih!" ucap Rayyan dengan wajah cemberut.

"Ululu, tayang! Ya udah peluk aja ya!" kekeh Jean

"Hum, ya sudah." ucap Rayyan pasrah sambil memeluk Jean.

"Sabar ya mas, hehe." kekeh Jean

"Iya dek, lagian saya nggak terlalu nafsuan kali." ucap Rayyan lembut.

"Ih jangan-jangan mas udah coba sama cewek lain ya?" tanya Jean

"Sudahlah, tidak ada wanita seagresif kamu. Saya suka yang bar-bar kaya kamu ini contohnya." kekeh Rayyan

"Nyenyenye, di suguhi cewek montok baru mangap-mangap tuh!" ketus Jean

"Astagfirullahalazim dek, apa harus saya jelaskan detail kalo kamu itu sudah montok." ucap Rayyan sambil menutup mulutnya sendiri yang baru saja keceplosan.

"Wah-wah, aku montok ya mas? Hm? Hm?" kekeh Jean

"Eng-nggak kata siapa," bantah Rayyan

Jean pun membuka piyama miliknya dengan sengaja.

"Ah, ku rasa aku ini nggak montok." ucap Jean dengan nada dramatis.

"Adek, jangan godain mas mulu!" rengek Rayyan sambil memeluk Jean dari belakang.





Jadi Istri Ustad Dadakan - (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang