Suami-Istri

3.3K 261 3
                                    

Andre menuntunku untuk turun dari kursi dengan bibir kami yang masih berpagutan. Dia mengangkat tubuhku dan membuatku duduk di pinggir meja kerjanya. "Yang, kamu belum boleh angkat benda berat sama dokter." Kini dia menelusuri leherku dengan bibirnya.

Hanya deru napas berat Andre yang terdengar. Tangannya mencoba melepaskan cardigan-ku, memperlihatkan dress tanpa lengan di baliknya. Andre berhenti dan menarik tubuhnya, menatapku tidak percaya. "Kamu nggak pakai bra?" tanyanya. "Kamu jemput aku dari rumah sakit nggak pakai bra?" Dia mengulangi pertanyaannya seakan aku tidak mengerti pertanyaan sebelumnya.

Aku tersenyum kecut. "Nggak ada yang cukup. Aku belum sempat beli yang baru." Aku meneliti reaksi Andre. "Maaf, Yang."

"Jangan diulangi, ok? Kamu tuh sudah punyaku. Setelah ini semua baju ketatmu akan kubuang dan kuganti dengan baju longgar." Andre tampak sedikit kesal. "Tapi, entah kenapa yang di bawah sana langsung tegang banget." Dia kembali mencium bibirku dengan lembut. "Kamu cuma boleh pakai pakaian minim di depanku."

"Nanti kalau perutku tambah besar pasti tambah ketat." Aku membalas ciuman Andre. "Dibuang semua dong?"

"Kuseleksi dulu." Tangannya meremas payudaraku dari balik dress. "Kalau bajunya bikin aku on berarti harus dibuang."

Aku tertawa. Sikap posesif Andre memang luar biasa. Walaupun terkadang sangat menjengkelkan, tapi aku menyukai rasa cemburu di balik sikapnya itu. "Bagaimana kalau aku pakai baju longgar dan kamu tetap on?"

"Nggak akan kubiarkan kamu keluar rumah sebelum menunaikan tugasmu sebagai istri." Andre melepaskan kaus yang dipakainya, memperlihatkan bentuk tubuhnya yang akan membuat semua wanita tergila-gila padanya. Bahkan perban yang menutupi luka operasinya terlihat sangat sensual di tubuhnya.

Tanganku pun ikut bergerak melepaskan kancing celana Andre dan menurunkannya sedikit, lalu membantunya mengeluarkan benda tegang di balik celana dalamnya. Aku turun dari meja dan mendorong Andre untuk duduk di kursi. "Aku akan melakukannya." Kulepas dress-ku, membiarkan celana dalam seksi yang sengaja kupakai untuk mengejutkan pria di depanku.

Andre tampak tercengang. "Dari mana kamu dapat g-string itu?"

"Dari Mamamu. Beliau memberikan beberapa hadiah pernikahan." Aku ingat bagaimana aku terkejut saat membuka hadiah-hadiah itu. Tiga set lingerie dan beberapa dalaman yang sangat terbuka. Bahkan g-string yang kupakai saat ini hanya menutupi kemaluanku dengan aksen lace.

"Aku jadi ingin membelikanmu beberapa lagi."

Kali ini aku berlutut. Penis Andre langsung kukulum. Hanya sebagian yang bisa masuk karena mulutku terlalu kecil untuk mengulum semuanya. Aku melirik Andre yang juga sedang menatapku dengan napas berat. Aku menghisap dan menjilatnya, membuat benda itu semakin tegang di dalam mulutku.

"Kemarilah." Andre menuntunku berdiri dan duduk di atas pangkuannya. Andre menarik sedikit g-string milikku, membuat penisnya masuk dengan mudah ke dalam vaginaku. Aku sedikit tersentak saat benda itu berada di dalam tubuhku sepenuhnya.

Aku teringat sensasi ini. Walaupun hanya beberapa hari, rasanya seperti sudah sangat lama aku dan Andre tidak berhubungan seks. Aku berpegangan pada bahu Andre saat menaik-turunkan tubuhku. Aku menatapnya yang sangat fokus kepadaku. "Apa aku sudah melakukannya dengan benar?"

Sebuah senyum tersungging di wajah Andre. "Jangan memikirkan itu. Lakukan saja apa yang kamu inginkan."

"Baiklah." Aku mempercepat gerakanku. Penis Andre bergerak keluar masuk semakin cepat. Beberapa saat kemudian, tubuhku bergetar dan merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Aku menjerit dan mencengkeram bahu Andre sebelum akhirnya terkulai lemas di pelukannya. "Aku lelah." Baru beberapa menit lalu aku begitu bersemangat dan sekarang sudah sangat lelah.

"Itu karena kamu sedang hamil." Andre mengusap punggungku dan membiarkanku memeluknya. Dia tiba-tiba berdiri dengan menggendong tubuhku. Tubuhku dibaringkannya di sofa. "Aku akan ambil alih dari sini. Nikmati saja."

Tiba-tiba sebuah jilatan di klitorisku membuatku terkejut. Lidah Andre bertahan di area itu dan membuat tubuhku menggelinjang. Desahan keluar dari sela-sela mulutku, terutama saat lidah Andre mulai mencoba masuk ke dalam vagina. Tanpa sadar, aku mengangkat pantatku membuat Andre semakin leluasa melakukan seks oralnya.

Saat aku mulai terbiasa dengan lidah Andre di lubang vaginaku, dia mengangkat kepalanya. Kali ini penisnya yang menyerobot masuk, membuatku untuk ke sekian kalinya tersentak. Andre mengangkat kakiku ke bahunya, membuat tubuhku seperti sedang meringkuk. Entah kenapa itu membuat penisnya masuk sangat dalam, memenuhi vaginaku.

"Yang, dalam banget." Rasa lelahku tiba-tiba hilang begitu saja. Aku kembali bergairah dan tampaknya membuat Andre semakin bersemangat menggerakkan pinggulnya. "Yang!" Aku menjerit saat hampir mencapai klimaks.

Andre terus bergerak hingga beberapa saat kemudian kurasakan cairan hangat mengalir di bagian bawah tubuhku. Kami berdua saling bertatapan dengan napas berat yang masih tersisa. Dia menurunkan kakiku dan memelukku, mengecup leherku dan berbisik. "I love you so much,  Riana."

"Love you too." Aku sangat lelah dan memejamkan mataku. Pelukan Andre sangat nyaman hingga membuatku dengan cepat terlelap begitu saja.

***

Mataku terpaku pada pemandangan langit malam di luar jendela. Entah berapa lama aku tertidur. Aku terbangun karena beberapa saat lalu mendengar ponsel Andre berdering. Tapi, saat kubuka mataku tidak ada siapapun di ruangan kecuali diriku sendiri. Mungkin juga itu hanya mimpi.

Aku bangkit dari tidurku dan duduk bersandar menghadap jendela. Tampaknya Andre memakaikanku sebuah kemeja putih miliknya saat aku terlelap. Aku pasti tidur sangat nyenyak tadi.

Pintu terbuka pelan. Andre muncul dari balik pintu dengan beberapa tas di tangannya. "Sudah bangun?"

Aku mengangguk. "Dari mana?"

Dia duduk di sampingku dan menunjukkan beberapa isi tas tersebut. "Aku beli makan. Lalu, aku juga membelikanmu ini." Andre memberikanku sebuah tas. "Aku tadi ke pusat perbelanjaan. Kata mbak-mbaknya aku harus beli yang seperti ini, karena sebagian besar wanita hamil nggak nyaman dengan yang terlalu banyak renda."

Kuintip isi tas itu dan mengeluarkan beberapa set pakaian dalam sederhana. "Kamu beli ini sendiri?" Aku tercengang. Sebagian besar pria bahkan tidak mau memasuki area pakaian dalam wanita walaupun bersama pasangannya. "Kamu tahu ukurannya?"

"Aku tidak tahu. Aku hanya menjelaskannya dengan tangan." Andre mempraktekkan gerakan tangannya yang sering dia lakukan pada payudaraku.

"Kamu nggak malu?" Aku tidak tahu bagaimana reaksi si pramuniaga saat Andre menjelaskannya.

"Nggak juga. Apa salahnya kalau aku membelikan pakaian dalam untuk istriku?"

Aku mengecup pipi Andre. "Terima kasih."

Andre tersenyum. "Lagipula, aku tidak mungkin menyuruh bawahanku membelikannya. Bahkan aku hanya mengira-ngira ukurannya." Dia menatapku dan sedikit merapikan rambutku. "Tidurmu nyenyak?"

"Saat bangun tadi, agak sedikit mual." Kusandarkan kepalaku di bahu Andre. "Juga sedikit pusing."

"Nanti kita konsultasi lagi ke dokter. Aku akan membuat janji temu."

PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang