Prolog

3.1K 122 0
                                    

Nada dering ponselku memecah keheningan kamar tidurku. Saat ini, aku sangat lelah untuk mengacuhkannya dan membiarkannya tetap berbunyi nyaring walaupun tampaknya si penelepon bersikeras terus meneleponku.

Tidak terlihat ada cahaya matahari masuk dari balik jendela. Ini masih malam. Kuintip jam digital kecil di nakas. Aku baru saja memejamkan mataku beberapa menit yang lalu setelah memeriksa tugas para mahasiswa yang harus segera kukembalikan. Tapi, panggilan telepon itu terus mengusikku, membuat kepalaku sedikit sakit.

Kuraba meja nakas dan menemukan sebuah benda persegi bergetar di samping jam. Dengan gusar aku menekan telepon jawab, "Halo?"

Terdengar suara desahan di seberang telepon. Aku mendengarkannya beberapa lama untuk mencerna apa yang sedang kudengarkan. Terasa seperti mimpi, aku mengerjap-ngerjapkan mataku memastikan bahwa suara itu nyata.

"Halo?" Aku menarik ponselku dari telinga dan menemukan bahwa aku tidak mengenali nomor ponsel yang tertera di layar. "Kamu siapa?"

Tidak ada jawaban. Hanya terdengar desahan yang semakin berat.

"Salah sambung--"

Sebelum kucoba menutup telepon, tiba-tiba si penelepon bersuara. "Riana." Suaranya rendah dan hampir tidak terdengar.

Aku terkejut dan langsung menutup telepon.

Dia masturbasi sambil membayangkanku?

(Note: Chapter ini merupakan chapter tambahan yang disisipkan penulis untuk kepentingan publikasi.)

PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang