Aku bisa merasakan semua tatapan laki-laki tertuju ke arahku. Aku tidak merasa yakin apa yang mereka perhatikan. Mungkin pakaianku terlalu ketat hari ini ataukah dandananku yang terlalu menarik perhatian.
Tadi malam, aku harus begadang memeriksa semua tugas-tugas mahasiswa dan baru bisa mengistirahatkan mata sekitar jam 3 pagi. Hasilnya, aku terkejut saat terbangun dan melihat jam dinding menunjukkan pukul 7.35, 25 menit sebelum kelas pertamaku hari ini dimulai.
Aku berlari ke kamar mandi dan bergegas pergi ke kampus tanpa sarapan. Aku tidak sempat memilih dan mengatur pakaianku. Jadi, aku hanya menarik selembar blouse putih dan rok span panjang berwarna cream pas badan. Kuaplikasikan riasan tipis dan pemulas bibir berwarna merah tua agar wajahku tidak terlihat pucat akibat kurang tidur. Sebuah kerudung merah sederhana pun menjadi pilihan terakhir untuk menyempurnakan penampilanku.
Rumahku tidak begitu jauh dari kampus. Hanya perlu 5 menit dan sekarang aku sudah berjalan di koridor menuju ruang kelas. Heels-ku berkeletuk cukup nyaring saat memasuki kelas. Lagi-lagi semua pasang mata tertuju padaku.
Aku melihat ke sekeliling kelas setelah kuletakkan semua buku di tanganku di atas meja. Seperti biasa, yang memenuhi kelas rata-rata adalah mahasiswa laki-laki. Tatapan nakal mereka pun dimulai saat aku memulai kuliahku. Hanya beberapa mahasiswa yang benar-benar memperhatikan penjelasanku di depan kelas.
Di pertengahan jam kuliah, seperti biasa aku selalu memberikan tugas. Berharap fokus para mahasiswa beralih ke tugas, bukannya menelanjangiku dengan mata mereka. Sembari menunggu, aku pun pamit ke kamar kecil.
Aku menatap diriku di cermin besar di kamar kecil, mencari penyebab tatapan-tatapan itu terus beralih padaku. Tampaknya blouse putihku cukup menerawang dan aku bisa melihat bayangan bra hitam di baliknya. Bahkan cukup ketat untuk menunjukkan ukuran payudaraku kepada khalayak ramai.
Belum sempat aku merasa malu dengan diriku sendiri, seorang mahasiswa menerobos masuk ke dalam kamar kecil. Aku menatapnya terkejut dan sejujurnya aku cukup familiar dengan wajahnya. "Kamar kecil laki-laki ada di sebelah," kataku, mencoba tenang dengan pikiranku yang mulai takut akan terjadi hal buruk.
Aku melirik sedikit ke arah bilik-bilik kamar kecil. Semua bilik itu kosong. Kenyataan bahwa aku sendiri di kamar kecil ini bersama seorang mahasiswa yang 'mungkin' tidak mengetahui letak toilet kampus, membuat bulu kudukku berdiri. Cepat-cepat aku mencuci tangan dan harus segera keluar dari sini, karena mahasiswa itu tampaknya tidak berniat untuk keluar. Dia hanya berdiri di ambang pintu, menatapku.
Mahasiswa itu mengunci pintu kamar kecil di belakangnya. Aku terhenyak dan mundur perlahan. "Kamu sedang apa? Ini toilet wanita," kataku dengan suara bergetar.
"Aku tahu." Suara beratnya menggema di dalam kamar kecil ini. "Ada teman-temanku di luar menjaga pintu, kalau-kalau Anda mencoba kabur. Kunci itu hanya berfungsi agar mereka tidak menggangguku." Dia berjalan mendekatiku.
Aku ingat mahasiswa itu. Dia anak salah satu pejabat dan sangat berpengaruh di kampus.
"Ada perlu apa dengan saya?" Dinding menghalangiku untuk berjalan mundur lebih jauh lagi. Keringat dingin mengalir begitu saja membasahi dahiku. Rasa ngeriku semakin menjadi saat dia memepetkan tubuhnya dengan tubuhku. Tubuhnya yang tinggi dan cukup berotot itu membuatku tidak dapat bergerak.
Di tengah situasi darurat ini aku mencoba mencari celah agar bisa mengulur waktu. "Apa saya mengenalmu?" Wajahnya yang terbilang cukup untuk menggoda wanita itu mendekat. Dia membisikkan sebuah kalimat yang membuatku terkejut.
Layaknya film hitam putih, ingatan-ingatanku muncul begitu saja. Suaranya begitu mirip dengan pria yang selalu meneleponku setiap malam. Aku sangat mengingat napasnya yang terengah-engah di telepon, mengucapkan kata-kata vulgar yang membuatku risih. "Aku suka payudaramu." Kalimat itu yang selalu intens keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive
RomancePria itu hadir begitu saja ke kehidupanku. Panggilan private yang muncul tiap malam di telepon genggamku membawaku ke dalam peristiwa yang tidak terbayangkan. Note: untuk versi revisi bisa dibaca lewat aplikasi fizzo/kubaca dengan judul yang sama