Balas Dendam

34.4K 1.3K 8
                                    

Mobil Andre memasuki sebuah pagar tinggi dengan tanaman akar mengelilingi sisi-sisinya. Sebuah jalan yang cukup panjang mengarahkan mobil ke arah sebuah rumah besar dan taman yang telah dipenuhi banyak orang. Berbagai hiasan berwarna putih diletakkan di sana, menghiasi setiap sudut taman dengan sangat cantik.

Di sudut luar jalan masuk ke taman, terdapat sebuah tulisan cukup besar terbingkai sederhana. Y & D, tampak seperti sebuah inisial sepasang pengantin.

"Siapa yang menikah? Saudaramu?" tanyaku, mencoba mencari jawaban dari Andre.

Andre sama sekali tidak menoleh ke arahku. Dia hanya menggandeng tanganku dan berjalan lurus memasuki taman. Tak ada jawaban apa pun darinya. Bahkan rahangnya mulai mengeras saat dia tampaknya saling bertatapan dengan seseorang.

Aku mengikuti arah pandang Andre. Seorang pria berjas putih berjalan mendekati kami. Wajah itu tampak familiar, tapi aku tidak begitu bisa mengingatnya. Awalnya beberapa ingatan samar-samar memenuhi otakku, kemudian satu persatu kenangan masa lalu itu terkuak lebar.

Yoga. Pria yang tidak pernah kutemui lagi hampir 6 tahun. Perlu 3 tahun hingga aku bisa melupakannya. Dia adalah mantan pacar yang juga sempat bertunangan denganku. Saat itu masa awal-awal perkuliahan. Kami menjalin hubungan hampir satu tahun sebelum akhirnya kedua orang tuanya menemuiku untuk melamarku.

Berawal dari seorang sahabatku bercerita bahwa tidak sengaja melihat Yoga bersama beberapa orang di sebuah hotel saat di luar kota. Orang-orang itu tampak mencurigakan baginya, karena para wanitanya berpakaian sangat terbuka. Sangat jelas terlihat bahwa Yoga dan pria lain itu sedang bersama wanita nakal, menurutnya. Tentu saja aku tidak percaya sebelum aku melihatnya sendiri.

Sahabatku bertekad untuk membuatku percaya dengan ceritanya. Dia pun menyarankan agar kami diam-diam mengikuti Yoga saat dia ijin untuk hang out bersama teman-temannya.

Tak kusangka, aku dan sahabatku harus masuk ke sebuah diskotik dan menemukan Yoga sedang berciuman mesra dengan seorang wanita. Aku terkejut seketika saat itu. Selama aku mengikuti Yoga pun banyak hal yang tidak kuketahui, seperti dia merokok, minum-minum, dan merupakan seorang pemakai obat.

Untuk lebih meyakinkanku, aku mengikutinya selama seminggu. Semua hal buruk yang dilakukannya tidak seburuk dengan kebohongannya padaku selama 1 tahun. Dia hampir tidak pernah menampakkan cacatnya padaku dan aku merasa sangat dikhianati karenanya.

Di hari terakhir, aku melabrak Yoga. Tepat saat dia bersama seorang wanita berpakaian minim duduk di pangkuannya dan sedang mencoba meraba payudara di balik tank top wanita itu. Aku hanya ingat saat itu air mataku tidak bisa berhenti dan Yoga menatapku terkejut.

Aku memutuskan semua hubungan dengan Yoga, termasuk mengembalikan cincin pertunangan kepadanya. Kutolak semua alasan yang diberikan oleh Yoga. Aku memblokir kontak telepon dan semua akun sosial medianya. Semua sahabatku pun membantuku setiap kali Yoga ingin bertemu denganku di kampus.

"Riana?" suara Yoga mengembalikanku dari lamunan.  Dia tampak tidak percaya melihatku. Yoga pun menatap tanganku yang sedang bergenggaman dengan Andre. Yoga hanya terdiam dan tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Aku sama sekali tidak bisa membaca raut wajah Yoga. Tetap saja aku masih merasa panik karena pertemuan ini sama sekali tidak terduga. Andre pun tidak mengeluarkan sepatah kata pun, walaupun tangannya menggenggamku dengan sangat erat.

"Andre! Adek kecilku sudah di sini ternyata." Seorang wanita dengan gaun putih tiba-tiba memeluk Andre. "Wah! Tumben kamu bawa pacar." Wanita itu melirikku dan tampak sangat senang. "Siapa namamu?" tanyanya kepadaku.

Masih setengah panik, aku melirik Andre. Tidak ada respon. "Riana," jawabku lirih.

"Kenalin aku Diva. Aku kakak sepupu Andre. Terima kasih sudah datang ke pernikahanku." Diva menggamit lengan Yoga yang berdiri tidak jauh darinya. "Ini suamiku, Yoga." Senyum Diva merekah. "Silakan menikmati pestanya, Riana. Jaga adikku baik-baik, ya!" Dia menepuk bahu Andre dengan senang. "Aku akan ke sana sebentar." Diva menunjuk ke arah sekumpulan wanita yang baru saja datang.

PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang