21

6 2 0
                                    

Hari pertemuan orang tua dan murid tak terasa sudah tiba. Regu Meisei sudah membuat janji temu dengan kedua orang tua Nana, mereka sepakat untuk mengunjungi kediaman Shuichi siang itu.

Keira dan murid-murid kelas satu tiba paling akhir. Aki memimpin jalan menuju rumah keluarga Shuichi karena dia yang paling pandai membaca peta. Begitu tiba di depan jalan perumahannya, sudah ada Pelatih Akimoto, Shiro-sensei, dan para senior kelas dua. Mereka semua berdiri di bawah pepohonan rimbun di trotoar. Kemarin senior kelas tiga berkata bahwa mereka akan menemani Nana, jadi sudah ada di lokasi sejak awal.

Berkat permohonan gadis itu, orang tuanya tidak membawa persoalan mengenai klub basket ke pertemuan. Jadi status Nana masihlah sebagai anggota sekarang. Di sisi lain, apabila pembicaraan ini tidak berakhir mulus, maka dia bisa dikeluarkan dari klub kapan saja.

Padahal janji temu masih lima belas menit lagi, tetapi yang lainnya sudah berkumpul lebih dulu. Sedikit membuat Keira merasa tidak enak karena jadi seperti mereka---dia dan murid-murid kelas satu lainnya---yang ditunggu.

“Beritahu Kame kalau kamu sudah dekat,” pinta Pelatih Akimoto pada Naoka. Small forward itu langsung mengiyakan ucapan pelatihnya dan mengetik pesan.

Isamu Jun mendekati dan menyenggol Keira. “Oi, Kei! Kulihat kau dekat dengan Takeuchi.”

Aki yang mencium aroma gosip langsung cepat-cepat menyerobot dan malah menjawab ucapan yang ditujukan ke Keira tersebut. “Iya, Senpai. Mereka sering kelihatan dan ngobrol bareng, kan? Sepertinya ada se-su-a-tu.” Aki memicing sambil menaik-naikkan alisnya, sekilas dia kelihatan seperti rubah.

Jun tertawa keras-keras, membuat Nami menampar mulutnya---tidak terlalu keras---karena yang lain sedang berdiskusi. Gadis itu juga yang mengelus dan menepuk-nepuk mulut Jun sebagai permohonan maaf. Seolah tidak merasa sakit atau keberatan, Jun langsung menceritakan apa yang dia dengar dari Aki pada sahabat kecilnya dan Nami langsung menahan tawa.

“Bagus untukmu.” Nami mengedipkan sebelah mata. “Jun dan Shima, kan, sekelas dengan Takeuchi. Kalau ada apa-apa, kau bilang saja pada mereka. Supaya mereka yang menghajar orang itu untukmu.”

Jun langsung menunjukkan gestur pamer otot lengan. Membuat Nami menyenggolnya keras-keras.

“Kurasa tidak perlu,” tolak Keira halus. “Aku tidak berpikir kami---”

“Oh? Jangan-jangan, Tuan Putri menyukai Ketua Kelas, ya?” Fuse tiba-tiba memunculkan wajah di depan Keira.

He, Hanazawa. Apa kita sedang bersaing jumlah gebetan sekarang?” Hara berkacak pinggang. Merasa tertantang.

Keira menggeleng-geleng. “Jangan bicara yang tidak-tidak,” pungkasnya. “Itu tidak benar, astaga. Kami hanya berteman.”

“Biasanya yang bilang gitu malah jadian,” sahut Aki. Jun dan Nami mengacungkan jempol kompak.

“Tapi, Kei. Aku menanyakan itu bukan karena ingin mendukungmu atau apa.” Tiba-tiba Jun kembali tertawa, kali ini lebih pelan. “Justru sebaliknya, aku ingin kau hati-hati. Pertama, Takeuchi itu punya banyak penggemar, bisa-bisa kau dibenci oleh mereka kalau terlalu akrab dengannya. Kedua, di klub kita ada larangan berpacaran.”

Aki memekik, mulutnya ditampar Hara dan dibekap kuat-kuat. Sementara Keira dan Fuse memelototinya.

“Kalau mau gosip, jangan berisik,” tegur Pelatih Akimoto, menatap tajam anak-anak didiknya sambil menggeleng. Shiro-sensei hanya tersenyum masam.

Unstoppable!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang