Keira memegangi tangga di depannya erat-erat. “Tahu-tahu udah mau ujian semester aja. Bukannya baru kemarin kita nangis-nangis di tempatnya Nana-senpai karena dia hampir dikeluarin, ya?”
“Keira, please, move on.” Aki menjawab, tangannya sibuk memilah-milah dan menggeser tumpukan buku. Sesekali gadis berambut hitam pendek itu terbatuk, tangannya mengibas udara. “Ingat, ya, Keira. Kalau nilai Matematika enggak lulus lagi, bisa-bisa kamu enggak bisa ikutan summer camp. Kapok.”
Keira meringis. “Kau tidak membantu,” sungutnya.
Memang benar, apabila ada nilai mata pelajaran yang berada di bawah satndar. Maka sekolah akan mengadakan kelas tambahan dan ujian ulang—remedi—untuk siswa tersebut. Bisa saja, Keira menyusul ke tempat latihan bersama setelah selesai ujian susulan. Namun, dia juga bisa jadi melewatkan hal-hal penting karena datang belakangan.
Lagian, liburan tapi malah pergi sendiri ... enggak asik banget. Terkadang Keira merasa dia jadi mirip Aki.
Summer camp yang dimaksudkan oleh Pelatih Akimoto adalah sebuah kegiatan tahunan yang diselenggarakan pada musim panas, sesuai namanya. Acara ini mempertemukan berbagai sekolah untuk latih tanding bersama, seperti yang pernah SMA Meisei lakukan dengan SMA Namori. Namun, lingkup kegiatan ini lebih luas karena mereka akan menginap di sekolah lain juga berlatih sepanjang libur musim panas.
Acara semacam ini hanya mungkin terjadi kalau sekolah punya koneksi besar dan hubungan Pelatih Akimoto juga Shiro-sensei ternyata sangat baik dengan sekolah-sekolah lain. Jadi Meisei tetap dapat kesempatan untuk bergabung.
Keira melamun, bertanya-tanya apakah dia akan bertemu Ayumu di sana atau tidak. Dia tidak menanyakan sekolah mana saja yang berpartisipasi dalam acara tersebut pada Pelatih maupun seniornya, Keira juga tidak lagi menghubungi Ayumu semenjak kekalahan tim mereka melawan tim Ayumu. Gadis itu membuang napas, merasa konyol.
Daripada memikirkan itu, aku masih harus selesai sama ujian semester ini.
Rencananya, hari ini, Keira dan murid-murid kelas satu teman seklubnya akan belajar bersama di rumah gadis itu dan sekarang, Keira dan Aki sedang mencari buku-buku referensi tambahan belajar. Sementara Hara dan Fuse sedang mengambil catatan lama milik para senior.
Dibandingkan sewaktu ujian tengah semester, jadwal belajar bersama klub berubah karena para senior juga ingin fokus belajar dengan yang sebaya. Jadi, jadwal kumpul bersama dibatasi tiga kali seminggu saja. Selain itu, pihak sekolah juga sudah meliburkan semua kegiatan klub sehingga masing-masing anggota hanya berlatih mandiri di rumah.
Tatapan Keira jatuh ke arah jendela perpustakaan yang mengarah ke halaman belakang. Kebetulan sekali, gadis berambut cokelat dan dikucir satu itu melihat Hideo sedang bersama gadis. Tanpa sadar, Keira malah jadi memperhatikan kedua orang itu.
Walau tidak bisa mendengar percakapan mereka, Keira yakin bahwa gadis yang tengah bersama Hideo tersebut sedang menyatakan perasaan. Terlihat dari gelagat dan ekspresi wajahnya. Selagi gadis itu membungkuk, menanti jawaban Hideo. Laki-laki itu malah menatap ke arah lain dan terhenti pada Keira.
Keduanya bertatapan.
Keira yang menyadari hal tersebut sontak melakukan gerakan split membuatnya tak lagi menatap Hideo karena kini tubuhnya juga terhalangi dinding perpustakaan.
Aki yang ada di atas tangga terkejut mendengar bunyi badan Keira yang mendadak menekan lantai. “Kenapa?” Dia bertanya pelan karena mereka masih ada di lingkup perpustakaan.
“Ada Takeuchi-san,” balas Keira berbisik. Aki tidak dapat melihat Hideo karena dia ketinggian.
Sial bagi Keira, temannya itu malah menuruni tangga untuk melihat si model. “Mana?” Aki terlihat antusias.
Spontan saja Keira menendang tangga yang digunakan Aki, membuat tangga yang awalnya terbuka dua jadi tertutup. Aki melotot, bukannya melompat dia malah memegangi rak buku erat-erat.
Keira yang yakin bahwa temannya akan jatuh langsung berdiri dari posisi awal dan menahan tangga. Rak yang dipegangi Aki sedikit bergoyang, seperti akan jatuh ke depan. Buru-buru Aki berusaha menstabilkan lemari buku itu dengan merentangkan tangan.
“Wah, refleks yang bagus, Keira.” Dia mengacungkan jempol. Berhasil memposisikan kembali rak yang sempat sedikit miring.
“Kau harusnya lompat.” Keira gregetan. Dia hampir saja tertimpa tangga, Aki, dan lemari buku sekaligus.
Suara bunyi ketukan jendela membuat kedua gadis itu menoleh. Hideo sedang mengetuk jendela dua kali, dia tersenyum lebar sambil melambaikan tangan.
Semenjak diberitahu kalau klub basket melarang anggotanya berpacaran, Keira jadi sedikit menjauhi Kento dan Hideo. Dia sudah menceritakan soal itu aturan klub itu pada Kento dan berkata bahwa dirinya tak mau dianggap memiliki hubungan istimewa dengan siapa pun oleh siapa pun, terutama Pelatih Akimoto. Menghindari kemungkinan muncul perasaan pada Kento, Keira memilih untuk ambil jarak aman. Dia tidak mau dikeluarkan dari klub atau membuat performa timnya menurun, tidak setelah perjuangan mempertahankan Nana.
Syukurnya, Kento mengerti dan malah bersyukur karena dia sempat mengira Keira menjauhinya karena dia berbuat kesalahan.
Namun, aturan itu tidak Keira sampaikan ke Hideo. Rasanya aneh saja kalau tiba-tiba dia bilang, klub basket putri melarang anggotanya pacaran. Bisa-bisa Hideo malah mengira Keira ingin atau berpikir kalau mereka berdua sedang dalam tahap menuju pacaran. Bayangan itu membuat tubuh Keira bergidik dan dia cringe sendiri, akhirnya point guard tersebut memilih ambil langkah langsung untuk tidak terlihat terlalu dekat dengan Hideo. Dia juga malas kalau harus berurusan sama fan laki-laki itu.
Perlahan, Keira menyandarkan tangga Aki ke lemari dan berjalan kaku meninggalkan lorong lemari buku tersebut tanpa menoleh lagi ke arah Hideo.
Gadis itu mengabaikan panggilan Aki yang minta ditunggu, begitu hilang dari pandangan Hideo. Keira langsung berlari keluar perpustakaan diiringi teriakan penjaga perpustakaan yang menyuruhnya diam.
Di tengah-tengah perjalanannya menuju gerbang sekolah, tempat janji bertemu Fuse dan Hara. Gadis itu berpapasan dengan Manajer Risa alias Amarisa Mitsuru.
“Oh, Hanazawa. Senang bertemu denganmu juga,” balas Risa saat Keira menyapa. “Bagaimana belajarmu?” Gadis itu berbasa-basi.
“Parah,” jawab Keira sekenanya, membuat senior berkacamata di depannya tertawa singkat.
“Berusahalah, ya. Cukup ingat soal summer camp tiap kali kau merasa malas.”
Keira mengangguk singkat, dia mengingat acara itu hampir di setiap lamunan. “Senpai sedang apa?”
“Aku baru dari ruang guru, mengumpulkan tugas. Oh, ya, jadi teringat.” Sepasang mata gadis itu membulat senang. “Sebenarnya, aku sudah lama mencari calon manajer pengganti. Aku juga, kan, sudah kelas tiga. Jadi setidaknya nanti setelah lulus, ada seseorang yang menggantikanku. Kebetulan, tadi ada yang mengajukan diri.”
Kocak banget kalau sampai Takeuchi-san. Enggak mungkin dia.
“Namanya Kento Nozomi-kun. Dia sekelas denganmu, kan? Soalnya, dia bilang asalnya dari kelas 1-4 ... Hanazawa, kamu enggak apa-apa?”
Dunia pasti lagi bercanda. Keira tersenyum pasrah. “Iya, dia ... teman sekelas.”
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable!
Teen FictionKlub basket SMA Meisei terancam dibubarkan akibat kekurangan anggota dan minim prestasi. Padahal, Keira Hanazawa yang terobsesi terhadap bola basket, menggantungkan impian pada klub bekas idolanya tersebut. Bersama Tim Meisei, gadis itu berjuang ke...