Menjelang sore, saat matahari mulai terbenam dan sinar jingga mewarnai pasir putih tempat tim Meisei berlatih. Pelatih meniup peluit sebagai tanda bahwa acara latihan mereka selesai dan gadis-gadis itu langsung luruh ke tanah seperti tanaman terlindas roda.
Keira sendiri baru merasakan capeknya sekarang, dia duduk sambil meluruskan kaki dan mengelus-elus permukaan kulitnya yang tidak mulus karena ditempeli pasar. Di depannya ada Hara yang menekan-nekan betis sama paha sambil meringis kecapekan, Aki merebahkan badan layaknya bintang laut di samping Hara, sementara Fuse tengkurap. Kondisi tak jauh berbeda juga dirasakan oleh para senior mereka, hanya Pelatih Akimoto dan dua manajer mereka yang masih berdiri.
“Jangan terlalu lama istirahat, nanti kalian keterusan dan malas kembali ke penginapan. Kita masih belum selesai, jadi jangan membayangkan makanan atau kasur dulu. Mulai besok kalian akan melawan sekolah lain, malam ini cukup saling mengevalusi perkembangan masing-masing dengan main bersama. Mengerti?”
Semua menjawab dengan nada tak semangat. “Baikkk.”
“Aku lapar.” Aki memegangi perutnya yang berbunyi. “Mau tidur, ngantuk.” Gadis itu melanjutkan sambil terpejam dan menguap lebar.
Keira berdiri dari duduknya, dia membersihkan sisa pasir dari bokong dan sejenak bertanya-tanya apa yang dilakukan tim sekolah lain untuk mengimprovisasi diri. Berlatih di lapangan itu hal lumrah, dulu waktu SMP dia sering melakukannya baik seorang diri maupun bersama tim. Namun, melihat kondisi pantai yang lenggang dengan hanya sedikit sekali pengunjung, gadis itu yakin bahwa sekolah lain tengah melakukan metode pelatihan berbeda.
Tentu saja, semua tim pasti punya kelemahan dan kelebihan mereka masing-masing dan yang paling utama untuk kami saat ini adalah stamina. Gadis itu berjongkok di depan kaki Aki dan memegangi pergelangannya, Aki yang merasa heran mengangkat setengah badan untuk melihat kelakuan Keira. Namun, Keira tidak menjawab saat Aki bertanya. Alih-alih, gadis itu malah berdiri sehingga kedua kaki Aki terangkat sementara dirinya masih rebahan.
“Kau mau apa?” Hara bertanya, keningnya berkerut samar.
“Kapten Kame sudah menyuruh kita siap-siap buat pulang, jangan terlalu lama tiduran. Nanti kau jadi malas bangun,” balas Keira.
Aki mengerang. “Aku sudah tidak sanggup jalan lagi," balasnya dramatis, lengan dinaikkan sampai menutup mata. "Coba bayangkan, balik dari sini kita masih harus lewatin tanjakan sama turunan. Turunan, sih, oke. Cuma, wow, tanjakan? Mendingan di sini."
Berikutnya yang Aki rasakan adalah tubuhnya ditarik maju mulai dari kaki. Awalnya pelan, tetapi tiba-tiba Keira berlari dan Aki bersumpah itu adalah pengalaman terburuknya di pantai seumur hidup. Dia sudah akan menangis kalau bukan karena ditenangkan oleh Fuse dan Hara. Keira sendiri jadi diomeli oleh Kame.
---
Pulang dari latihan di pantai, tim Meisei melanjutkan latihan mereka di lapangan indoor. Ada tiga lapangan di gimnasium besar milik Akademi Nishimachi ini. Setiap satu lapangan diisi oleh masing-masing sekolah. Tim Meisei melakukan sedikit peregangan, sebelum mulai latihan sesi kedua. Manajer Kento membagi mereka ke dalam tim yang terdiri atas masing-masing lima orang dan diminta bertanding lima menit lagi.
Di sisi lain, Pelatih Akimoto menerima pesan bahwa Nami dan Jun akan tiba paling lambat besok siang karena masih ada perbaikan satu mata pelajaran lagi. Dua orang itu menerima ceramah panjang dari Pelatih Akimoto melalui telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable!
Teen FictionKlub basket SMA Meisei terancam dibubarkan akibat kekurangan anggota dan minim prestasi. Padahal, Keira Hanazawa yang terobsesi terhadap bola basket, menggantungkan impian pada klub bekas idolanya tersebut. Bersama Tim Meisei, gadis itu berjuang ke...