18. from step sister to enemy

44 9 1
                                    

"Hyun, ini jam berapa?"




Hyunjin otomatis melirik ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya untuk melihat waktu sekarang ini. "Jam sepuluh, Ra," balasnya kemudian.

Mendengar balasan Hyunjin itu, Ara menggigit bibirnya cemas. Jika ia pulang ke rumah jam segini pasti papanya akan marah besar. Apalagi tadi Ara hanya izin pergi tidak lebih dari jam delapan malam. Tetapi kan cuaca siapa yang tau ya.

Ia bukannya takut dimarah oleh papanya, hanya saja ia sedang malas mendengar ocehan dan Ara sedang malas berdebat. Dalam kondisi seperti ini yang Ara ingin hanya ketenangan dan secepatnya mengistirahatkan pikirannya di kasur.

Tau sendiri papa Lee bagaimana pada Ara akhir-akhir ini kan. Makanya Ara jadi enggan pulang ke rumah.

Omong-omong hujan sudah sedikit lebih reda daripada tadi. Hujan deras tadi benar-benar tidak berhenti-berhenti sampai sekarang ini. Untungnya tadi Hyunjin mengajaknya berteduh di sebuah warung makan dekat sana sambil memesan teh hangat, jika menunggu di halte sampai saat ini bukan hanya Ara tetapi Hyunjin juga pasti akan mandi hujan.

"Kenapa?" tanya Hyunjin seakan bisa membaca raut cemas si gadis.

"Kalo pulang udah pasti disemprot papa gak sih? Gue lagi males berdebat.."

"Tapi kalo lo gak pulang lo bakal lebih disemprot sama papa lo, Ra. Setidaknya ya bilang lah alesan kenapa lo pulang telat sama dia. Batre hp lo, cuaca hari ini. Dia pasti ngerti kok, gue yakin."

Ara menyebikkan bibirnya, "iya papa bakal ngerti, tapi itu sebelum dia nikah sama tante Jisoo dan sebelum punya anak lain selain gue!"

Papanya sudah berubah 180 derajat dari sebelumnya setelah menikah lagi. Dulu, jika Ara melakukan kesalahan papa tidak pernah memarahinya atau bahkan berani meneriakinya. Papa hanya akan menegurnya lembut dan memberitahunya untuk tidak melakukan kesalahan yang samasama lagi.

Tapi kali ini berbeda. Sedikit saja Ara berbuat salah pasti sudah naik itu kumis tipis papanya. Dan hal yang Ara takutkan adalah papanya yang pasti akan membanding-bandingkan dirinya dengan Lia secara tidak langsung.

"Hyun, tapi gue takut... Apa gue nginep di rumah Shuhua dulu kali ya?" cicit Ara yang mana membuat Hyunjin menghela sembari menggenggam erat tangan kanan gadis itu.

"Lari dari masalah gak akan buat semuanya jadi lebih baik, Ra. Jadinya bakal buat runyam keaadaan," ucap Hyunjin memberi nasehat yang mana membuat Ara menoleh ke arahnya.

Selanjutnya Hyunjin mengangguk meyakinkan gadis itu setelah dapat membaca raut ragu dalam wajah Ara yang mana hal itu membuat Ara menghela pasrah.

"Oke, gue pulang ke rumah!"




-----





"Gue masuk?"

"Yaiya lah lo masuk! Masa lo keluar?!"

Kok galak.

Mereka sekarang ini sudah ada di depan rumah Ara. Hyunjin yang mengantar gadis itu pulang.

Sebenarnya sih hujan masih turun, tapi mau bagaimana lagi. Menunggu hujan reda saat ini adalah hal yang mustahil. Jadi terpaksa keduanya pulang dengan motor hyunjin membelah jalanan kota sambil menerobos hujan.

"Hyun, lo mau langsung pulang?" tanya Ara yang diberi anggukan oleh Hyunjin.

"Iya nih. Batre hp gue juga habis trus gak sempet ngabarin orang rumah takutnya pada nyariin."

"Lo mau pinjem mantel gue dulu gak ini ma—"

"Gapapa, Ra, ini udah terlanjur basah semua juga. Lo mending cepet-cepet masuk terus mandi jangan lupa keramas biar gak sakit, ya."

Stuck On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang