24. Cutie.

1.2K 229 21
                                    

Sebelum baca, vote dulu, lalu komen, ok thanks.

Masih sepi sih komennya, capek deh:)

***
Haruto bangkit dari duduknya sambil berjalan ke depan sambil melihat kearah anak-anak kelasnya yang memang sudah siap mengejeknya mungkin.

Karma, iya Haruto kena karma karena selalu mengejek puisi buatan teman-temannya dan gak sadar diri kalau puisi buatannya itu sama jeleknya.

"Kan ibu tau sendiri kalo saya itu gak bisa buat ataupun baca puisi."

"Tinggal baca aja kenapa sih, terserah kamu deh mau bacanya gimana, intinya puisinya harus segera kamu baca," balas gurunya yang gak mau mendengarkan alasan apapun dari muridnya itu.

Sekalipun dia tau kalau Haruto anak pemilik sekolahan ini, semua murid itu sama gak ada yang harus jadi anak kesayangan hanya karena muridnya itu anak pemilik sekolah, lagipula orang tua Haruto sendiri yang bilang gak perlu membedakan anaknya dengan murid yang lain.

"Sebentar, saya mau lihat puisi buatanmu dulu," ucap gurunya membuat Haruto memberikan kertas berisikan puisinya itu ke guru yang berdiri di sebelahnya itu.

Gurunya itu tampak tersenyum, pasti jelek sih, Haruto tau, pasti gurunya itu sedang mengejeknya.

"Silahkan di baca, judulnya juga lupa di beritahu," suruh gurunya sambil mengembalikan kertas di tangannya tadi.

Haruto mendecih, sumpah ya, kalau bukan karena nilai bahasanya yang jelek, dia malas sekali harus buat ataupun baca puisi begini.

"Judulnya itu Cintaku, Untukmu," ucap Haruto yang membuat anak-anak kelas langsung tertawa.

Termasuk pacarnya yang ketawa mendengar judul puisi buatannya itu, Bahiyyih jadi mau mendengar puisi buatan pacarnya itu, lagipula reaksi guru bahasanya tadi membuat penasaran.

Apakah jelek? Apakah bagus? Dia ingin tau.

Haruto mau menutupi mukanya dengan kertas saja deh, malas melihat reaksi teman-teman sekelasnya.

"Ketika aku mengatakan aku mencintaimu, tolong percaya bahwa itu nyata."

Reaksi anak-anak kelas membuat Haruto menoleh kearah gurunya.

"Ah sudah bu, geli tau bacanya," ucap Haruto namun gurunya hanya menggeleng di sana.

Sialan, masa harus di lanjutkan sih, diakan gak pandai tentang romantisme.

"Ketika aku mengatakan selamanya, ketahuilah aku tak akan pernah meninggalkanmu."

Bukan Haruto yang kali ini di godain, melainkan Bahiyyih yang di tatap dengan menggoda oleh anak-anak kelas.

Lho, kenapa malah dia yang kena sasaran coba.

"Mata kalian kenapa sih? Cacingan?" tanya Bahiyyih yang muak melihat kedipan yang diberikan oleh teman-temannya saat ini.

Semuanya langsung mendengus, sialan enak sekali bilang kalau mereka cacingan.

"Ketika aku mengatakan selamat tinggal, berjanjilah kepadaku, kamu tidak akan menangis."

Haruto baru saja mau menyelesaikan puisinya, namun gurunya malah memotong ucapannya.

"Sebentar, Haruto yang baca puisi, kenapa kalian malah menggoda Bahiyyih?"

"Lho ibu gak tau? Bahiyyih kan pacarnya Haruto," balas Hikaru yang membuat Bahiyyih langsung melengoskan mukanya, malu.

Gurunya itu hanya diam, bukannya kemarin-kemarin, dua muridnya itu selalu berantem, sekarang sudah pacaran aja.

Haruto memutarkan bola matanya ketika di suruh melanjutkan puisinya itu.

"Karena hari dimana aku mengatakan itu adalah hari saat aku akan meninggal."

Class Leader || Haruto × Bahiyyih✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang