Pentas seni berakhir jam enam sore, namun para panitia tetap berada di sekolah untuk membereskan tempat dan rapat evaluasi. Sungguh, menjadi OSIS itu sangat melelahkan, apalagi ada banyak anggota yang tidak melaksanakan tugasnya.
Reivant sampai rumah jam delapan malam. Sampai rumah, ia disambut oleh Kirana. Wajah ibunya masam karena tidak diberi kabar seharian. Untung saja, Reivant membelikan dua bungkus martabak—manis dan telor—untuk mereka, jadi ketiga perempuan di rumahnya itu senang, terlebih Irish, si penyuka coklat.
"Bohong ah, Aa mah, paling ge,, habis jalan-jalan sama Teh Dara," sindir Syafa.
"Ih, sok tahu. Aa habis babantu, terus evaluasi. Fitnah dajjal, ulah dipercaya."
"Wah, parah, Ma, masa aku dikatain dajal? Sok henteu difilter heula ari nyarios teh." (Suka nggak difilter dulu kalau ngomong tuh)
"Dih, kan memang benar, fitnah Dajjal itu nggak boleh dipercaya? Kamu sendiri yang anggap kalimat tadi ditujukan untuk kamu."
"Ah, Aa yang salah! Nggak jelas!"
Syafa mengambil potongan martabak yang paling besar, membuat dua saudaranya yang telah mengincar itu dari tadi, naik pitam. "Gue duluan, wek."
Dua bungkus martabak telah ludes dimakan tiga makhluk kelaparan, sedangkan Kirana hanya memakan dua potong saja. Ia beralasan sudah kenyang.
Tidak mungkin hanya memakan martabak beberapa potong, membuat perut aduhainya menjadi bergelambir. Reivant termasuk orang yang rajin berolahraga. Tubuhnya atletis dan kuat. Ia sedang body building, supaya tubuhnya sekuat tatapan Om Pras.
Mengingat tatapan ayah Adara, Reivant jadi termotivasi. Selain harus tajir melintir, ia juga harus ganteng dan macho. Perwujudan Pras, sama seperti bapak-bapak CEO berkepribadian es batu. Seorang pemimpin perusahaan yang hobinya memecat pegawai satu hari satu.
Namun melihat kebersamaan Adara dengan Pras, Reivant menjadi rindu sosok ayahnya. Alifin berbeda 180 derajat dengan Pras. Ayahnya itu lembut dan lucu. Meski masalah sedang menghadang, Alifin tetap memiliki guyonan untuk menertawakan kebodohannya sendiri. Bahkan, ketika menderita karena penyakitnya, ia masih sempat-sempatnya menunjukkan selera humornya.
Album pernikahan dan album keluarga Arifin, tersusun rapi di rak gantung. Setiap halaman album, Reivant perhatikan lamat-lamat wajah saudara kembar itu. Sejak kecil, Alifin dan Arifin selalu bersama. Bahkan ada satu foto yang menampilkan dua bocah kembar sedang berpose, hanya dibalut celana dalam senada. Benar-benar mirip, karena mereka kembar identik.
Cukup lama bernostalgia, akhirnya Reivant memutuskan untuk melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Jadwal buka toko adalah jam delapan pagi, sedangkan Reivant sudah datang dari jam tujuh. Kini, Reivant pun sendirian. Farhan izin tidak bekerja karena sakit.
Sambil menunggu pelanggan, sepertinya ia bisa membuat konten. Reivant sudah lama tidak membuat konten di Youtube.
"Mau live streaming aja deh."
Ponsel Reivant sudah diperbaiki. Butuh jungkir balik membantu pekerjaan Arifin dua kali lipat demi kenaikan gaji. Ketika Kirana menawarkan bantuan untuk mendanai perbaikan LCD, Reivant menolak. Ini kesalahannya, jadi Kirana tidak perlu membantunya. Terlebih, sekarang Reivant bisa cari uang sendiri.
Jas Reivant ada di rumah. Oleh karena itu, ia meminjam jas milik Arifin. Om-nya heran, mengapa jaga toko, pakaiannha seperti persiapan wisuda. Pakai jas segala. Padahal, Reivant ingin mempertahankan ciri khasnya dalam dunia maya, seorang menantu idaman om.
![](https://img.wattpad.com/cover/309122418-288-k38314.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Lo-waifu You!
Humor"Ra, ini permintaan terakhirku." "Maksudnya? Perasaan amalmu nggak seberapa, kok cepat banget." "Ini bukan surat wasiat. Dodol banget, ngerusak suasana saja," sanggah Reivant sembari mencubit pipi Adara. ... "I Lo-waifu You!" seru Reivant. ... "Mau...