29 🔸 Membatalkan Pernikahan

16 4 5
                                    

    Blush

    Kedua insan itu tampak memerah pipinya. Lagi-lagi, kebiasaan buruk Adara, yaitu bereaksi dengan menyiksa lawan bicaranya. Ia mencubit lengan Reivant berkali-kali, sampai kelimpungan cowok itu, tak bisa menghentikan serangan cubit bertubi-tubi.

    "Aw! Sakit tahu! Nggak jelas!" keluh Reivant, sambil mengusap area bekas cubitan Adara.

    "Kamu yang nggak jelas! Tiba-tiba bilang kayak gitu!" balas Adara, tidak mau disalahkan.

    "Mending kamu ikut WWE aja deh."

    "Apa itu WWE?"

    "World Wrestling Entertainment. Kompetisi gulat."

    "Maksudnya apa?!"

    Reivant terkikik melihat Adara naik pitam. Ah, mengapa Reivant senang sekali menggoda gadis ini. Cepat naik darah, tapi tetap menggemaskan, batin Reivant.

    "Sekali banting, langsung beda dunia, beda semesta, dan beda keyakinan."

    Serangan dari Adara semakin menggebu. Kini, Reivant bagaikan samsak tinju. Kata pepatah populer, jangan lihat seseorang dari sampulnya. Dan, itu memang benar. Buktinya, luarnya nampak seanggun bidadari, tapi hobinya menikmati peristiwa adu pedang di dalam komik berseri, juga tenaga yang hampir menandingi seorang binaragawati.

    Tapi tak apa. Semua akan budak cinta pada waktunya. Segala kelebihan maupun kekurangan, akan ia terima.

    "Udah malem, sekarang kita pulang, yuk," ajak Reivant.

    "Nggak mau pulang," ujar Adara sambil menggelengkan kepalanya.

    "Maunya digoyang."

    "BERISIK DEH, REI!"

    Sekali lagi, tawa membahana dari Reivant menyambut segala keheningan malam. Puas sekali ia menjahili Adara hingga gadis itu sulit berkata-kata lagi.

    "Lagian, kamu ngomongnya gitu."

    "Kamu kepalanya kemasukan belut listrik kali ya. Konslet!"

    "Bukan." Reivant tersenyum tipis. "Tapi kemasukan Adara," lanjutnya.

    Merona pipi Adara. "Apa sih. Mulai, nggak jelas lagi."

    "Iya ya, nggak jelas. Mana muat, kamu masuk ke dalam kepalaku."

    "Rei, sekali lagi kamu ngomong, aku cincang lidah kamu. Kujadikan  sop."

🔅

    Sudah hampir jam sembilan malam, Adara tak kunjung ditemukan. Pras menunggu di rumah dengan keadaan panik. Ia takut terjadi sesuatu hal yang buruk kepada puterinya.

    Tak lama kemudian, datanglah Reivant, bersama seseorang yang tidak asing, tidak lain adalah Adara.

    "Adara?! Kamu ke mana aja, jam segini baru pulang?" tanya Pras, cemas.

    Gak ada balasan teruntuk pertanyaan ayahnya. Adara langsung pergi ke arah kamar.

    Reivant langsung menelpon Salsa dan Marvin, meminta mereka untuk berhenti melakukan pencarian. Marvin dan Salsa akhirnya menurut.

    "Ya ampun itu anak ...," gumam Pras sambil membersihkan kacamata. "Terima kasih, Rei."

    Lidah Reivant terasa kelu. Rasanya, ia ingin membahas tentang rencana pernikahan kedua orang tuanya, namun ia belum terlalu dekat dengan Pras. Selain itu, Kirana juga belum menyetujui lamaran dari Pras. Masih menggantung.

I Lo-waifu You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang