Dua insan itu saling berpandangan satu sama lain. Ini adalah pertemuan kedua setelah berpapasan di gerbang sekolah. Terakhir kali bertemu Diandra, sekitar satu tahun yang lalu, setelah kelulusan kelas dua belas, dan Reivant saat itu baru naik ke kelas sebelas.
Ya, Diandra dan Reivant beda dua tingkat. Setelah kelulusan, Diandra memutuskan untuk langsung bekerja saja. Bersyukur jika tabungannya saat ini bisa cukup untuk kuliah selain mengurus berbagai keperluan lain, termasuk memberikan separuh gajinya kepada kedua orang tua Diandra yang kurang mampu.
Diandra juga anak tunggal, sama seperti Adara. Namun sebenarnya, Diandra punya satu kakak. Sayangnya, sewaktu kakaknya masih berumur empat bulan, dilanda demam tinggi mencapai empat puluh derajat. Demamnya tidak kunjung turun, hingga Allah memanggil malaikat kecil itu.
Karin menyela keheningan diantara mereka. "Kalian saling kenal?"
Diandra mengangguk canggung. "Iya. Dulu kita teman baik."
Saling diam lagi. Karena diselimuti rasa canggung, Reivant akhirnya angkat bicara.
"Gimana kabarnya, Diandra?"
Mendengar Reivant memanggilnya biasa, membuatnya tersenyum tipis. Dahulu, Reivant selalu memanggil dirinya 'Dee'. Bisa dibilang, itu adalah panggilan kesayangan dari sahabat masa oroknya. Kini, karena sudah jauh, Reivant jadi tidak terbiasa memanggil dirinya seperti itu, apalagi sekarang Diandra sudah bekerja dan lebih tua.
"Alhamdulillah, baik. Rei sendiri, gimana kabarnya?" Diandra bertanya kembali.
"Baik juga," jawabnya. "Gimana kabar mama sama ayah?"
"Mama sehat. Tapi kalau ayah, sedang menjalani pengobatan. Ayah kena struk."
Mendengar kabar ayah Diandra yang diserang struk membuat Reivant berempati. Pasalnya, dahulu ia begitu dekat dengan orang tua Diandra, bahkan sewaktu kecil Reivant sering mandi dan makan di rumahnya.
"Kalau ibu Rei, gimana kabarnya?" tanya Diandra.
"Aku dengar dari om Arif, katanya ibu sering ngeluh kecapekan karena kerja. Jadi, aku mulai kerja ringan di toko buku, bantu ibu."
Mereka adalah anak yang sesama prihatin akan keadaan. Diandra tidak memaksa untuk meneruskan kuliah dan lebih memilih menjadi karyawan di salah satu pabrik besar yang bertempat di Karawang. Diandra termasuk murid pintar, sehingga waktu penyeleksian yang teramat ketat, ia berhasil lolos, dan tanpa waktu lama, ia diangkat menjadi karyawan tetap.
"Kak Dian, ayo pulang," rengek Karin sambil menarik baju Diandra.
"Iya, iya. Ayo kita pulang."
Melihat keakraban antara Karin dan Diandra, Reivant jadi penasaran, apakah mereka berdua adalah keluarga? Namun mengapa sedari dulu, Diandra tidak mengenalkan Karin?
"Rei hebat. Yaudah, sekarang aku mau antar Karin pulang. Salam untuk bu Kirana, ya."
Setelah berkata seperti itu, Diandra dan Karin pergi meninggalkan Reivant menggunakan sepeda listrik. Sebenarnya, Reivant masih ingin berbincang lebih lama, tapi apalah daya, Karin sudah kebelet ingin pulang.
Sendirian di warung Ceu Iin membuatnya bosan, tapi ia belum mau untuk pulang dari sana. Reivant kemudian melihat-lihat aplikasi Whatsapp, senyumnya kembali terukir tipis melihat satu pesan dari gadis kesayangannya.
Dora:
Rei nyebelin, rambutku sampe kelas jadi berantakan, tahu!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Lo-waifu You!
Humor"Ra, ini permintaan terakhirku." "Maksudnya? Perasaan amalmu nggak seberapa, kok cepat banget." "Ini bukan surat wasiat. Dodol banget, ngerusak suasana saja," sanggah Reivant sembari mencubit pipi Adara. ... "I Lo-waifu You!" seru Reivant. ... "Mau...