"Tidak ada orang yang bisa menyembunyikan kebohongan dengan sempurna."
"Juan, penyakitnya sudah menginjak stadium dua dalam waktu satu bulan saja."
Perkataan dari dokter Dimas hari itu benar-benar mampu membuat Sean kesulitan tidur di malam hari.
"Stadium dua ini sangat di butuhkan perhatian ekstra dari orang terdekatnya. Karena lama-kelamaan Juan akan kesulitan untuk merawat dirinya sendiri. Aku memintamu untuk terus mengawasi anak itu dengan penuh perhatian, ya?"
"Sialan kau semesta!"
Sean mengambil ponselnya saat getaran dan nada dering terdengar. Tampak nama Juan tertera di sana.
"Kenapa, Juan?"
"Kau sedang melakukan apa, sih?! Ayo cepat jawab pesanku! Kau bukan selebritis, Seana. Tidak ada alasan untuk tidak menjawabnya! Aku tunggu!"
Belum menjawab apa-apa, panggilan itu terputus begitu saja. Yang membuat Sean melakukan apa yang di katakan oleh Juan tadi. Membuka pesan yang di kirim Juan padanya.
Setelah mendapat tiga gelembung pesan dari Juan, Sean dengan cepat menggerakan jari-jarinya untuk membalas pesan dari Juan.
Perasaannya campur aduk. Namun, setelah mendapat balasan dari Juan, Sean hanya bisa menghela nafas berat dan langsung mengambil jaket yang ia lampirkan di kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amreta [N'Dream] ✔️
Teen Fiction❗FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗ tinggalkan jejak (vote, comment) sebagai pembaca aktif. walau udah end, tetep vote dan komen ya! biar AMRETA jadi cerita yang bisa menginspirasi banyak orang. atau mungkin.. kamu salah satunya? - Apa jadinya bila tujuh raga...