alzheimer

514 169 79
                                    

"Sakit itu mengerikan. Jadi, bersyukurlah kau masih diberi kesehatan."

"Haikal Anta Abimana," Haikal berdiri dari duduknya saat mendengar namanya di panggil oleh Bu Shilvi, guru bahasa Inggris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haikal Anta Abimana," Haikal berdiri dari duduknya saat mendengar namanya di panggil oleh Bu Shilvi, guru bahasa Inggris.

Pemuda itu melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke meja guru guna mengambil lembar jawab ujian bahasa Inggris miliknya. Haikal mengulurkan tangannya, lalu beberapa saat kemudian lembar miliknya sudah berada di genggamannya.

"Bagus, tingkatkan lagi nilaimu ya, Haikal. Ibu yakin kalau kamu adalah anak yang pintar." tanggapan dari guru bahasa Inggris itu hanya mendapat anggukan dari Haikal.

Dalam hati, pemuda itu menertawakan dirinya sendiri. Anak pintar?

Setelah itu, Haikal langsung duduk ke bangkunya. Tak lama dari itu nama Juan di panggil oleh Bu shilvi. Sontak Juan segera berdiri dari duduknya, menghampiri meja guru seperti yang di lakukan oleh Haikal tadi.

Juan mengulurkan tangannya. Namun, bukannya lembar jawab yang ia terima malah panggilan namanya untuk yang kedua kalinya.

"Juan, kenapa nilai kamu menjadi turun drastis seperti ini?" pertanyaan itu hanya membuat seorang Juana diam tak membalas.

"Kamu kenapa, Juan? Apa kamu sedang ada masalah? Atau kamu sedang tidak enak badan? Kamu kenapa?" gelengan. Hanya itu yang dapat Juan berikan pada bu Shilvi sebagai respon.

"Apa karena Haikal?"

Juan mengerutkan keningnya tajam. "Apa maksud bu Shilvi karena haikal?" Bu Shilvi menghela nafas, lalu memperlihatkan buku rekapan nilai ujian dari semester satu pada Juan.

Rekapan nilai Haikal, yang dominan di tulis dengan tinta berwarna merah.

"Lihatlah, kamu berteman baik dengan Haikal 'kan? Kamu pasti sudah terpengaruh olehnya."

Juan menggeleng. Ia merasa tidak terima saat bu Shilvi seakan-akan berkata kalau Haikal dan pertemanan mereka lah yang menyebabkan nilainya turun.

"Ini tidak ada sangkut pautnya dengan Haikal. Saya memang berteman dengan Haikal, kami teman baik. Dan turunnya nilai saya sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Haikal."

Setelah itu Juan langsung mengambil lembar jawab miliknya lalu menuju ke tempat duduknya.

Aksa melirik Juan yang baru saja terduduk di sampingnya. "Bagaimana? Sempurna 'kan?" kemudian bertanya dengan antusias.

"Ya, sangat ..." gumam pemuda itu lalu mendorong lembar jawabnya ke meja. Tepat di depan Aksa.

"Bu Shilvi pasti salah mengoreksi. Ini sangat tidak mungkin bagimu. Kau tidak seperti biasanya, Juan." Aksa menatap tak percaya pada lembar jawab Juan yang bernilai lima puluh dua dengan tinta merah.

Amreta [N'Dream] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang