bad

282 68 89
                                    

"Tanpa kau sadari, luka-luka kecil itu yang akan membawamu kepada kebahagiaan yang tak pernah kau sangka sebelumnya."

Hari-hari berlalu dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Tidak terasa tiga bulan lagi Aksa dan kelima sahabatnya akan melaksanakan acara perpisahan. Iya, mereka sudah akan menempuh kehidupan yang nyata.

Minggu ini keenamnya sangat disibukkan dengan persiapan untuk ujian yang akan mereka laksanakan sekitar lima hari lagi. Bahkan, mereka terlalu sibuk hanya untuk berkumpul seperti sebelumnya.

Terakhir kali, saat mereka menginap bersama di rumah Haikal saat Agra belum pindah dari sana.

Sibuk. Benar-benar sibuk. Apalagi dengan pemuda di sebuah ruangan bernuansa abu-abu yang tengah berusaha mengasah otaknya dengan beberapa soal di depannya.

Pemuda itu berdecak kala semua materi yang ia pelajari kemarin lenyap entah hilang ke mana. Jika saja dirinya bisa melihat otaknya, mungkin saat ini bagian tempat penyimpan memorinya sudah tampak mengepulkan asap.

"Juan, istirahat. Kau bahkan sudah menghabiskan empat jam untuk belajar." perkataan dari Aksa Juan abaikan. Saat ini Juan benar-benar frustasi dengan semua materi yang ia coba hafalkan lagi.

Sulit. Bahkan ketika sudah hafal, beberapa menit kemudian hilang kembali. Sangat menguras kesabaran seorang Juana.

"Juan ..." panggil Aksa lagi, kakinya melangkah mendekat pada Juan yang sedang mengetuk kepalanya dengan sebuah pensil. Pemuda itu meletakan mug bening yang berisi susu hangat di atas meja belajar Juan.

Juan mendongak sekilas, lalu menyesap susu berasa coklat itu sekali. "Terima kasih," ucapnya, lalu kembali berkutat dengan banyak lembaran di depannya.

"Kau tidak bosan belajar terus? Aku saja yang hanya melihatmu sudah muak." Aksa melempar tubuhnya ke atas kasur Juan,  membenamkan wajahnya pada bantal.

Juana menghentikan coretannya pada lembar kosong, ia beralih menatap Aksa datar. "Walaupun memoriku perlahan dihancurkan oleh penyakit sialan ini, aku harus tetap mencoba untuk belajar, kan?" setelah kata itu terucap, Juan kembali pada coretan yang belum usai itu.

"Terserah. Aku hanya ingin kau baik-baik saja, Juan."

"Aku baik-baik saja,"

Juan kembali menatap Aksa, matanya lebih tajam sekarang. "Aku lelah dipukul Ayah, tubuhku sudah tidak kuat jika terus seperti ini. Apa kau melarangku belajar karena ingin aku terus dipukul sabuk oleh pria itu?" ucapnya.

Aksa yang semula berbaring di atas kasur kini telah duduk di pinggiran. Pemuda itu menghembuskan nafas panjang. Menatap Juan yang masih saja berkutat dengan soal pertama.

Amreta [N'Dream] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang