"Rasa sakit itu pasti akan membaik seiring berjalannya waktu."
"Sesuap lagi, setelah itu sudah."
"Aku tidak mau, Aksa!"
Aksa menghela nafas, berkali-kali pemuda itu memaksa Juan untuk makan agar perutnya terisi. Namun, berkali-kali juga Juan menolaknya dengan alasan kenyang.
"Kau harus minum obat, Juana. Dan tentu saja perutmu harus terisi. Ayo, hanya sekali lagi." bujuk Aksa lagi.
Sebenarnya sedikit lelah membujuk saudaranya yang tak kunjung mau menerima suapan terakhirnya. Namun, Juan benar-benar harus ia jaga dengan sepenuh hati. Mengingat alzheimernya sudah menginjak stadium dua.
Aksa tidak akan melewatkan apapun demi kesehatan Juan.
"Perutku akan meledak jika di paksakan!" ucap Juan, kedua tangannya memegangi perut sambil mengaduh kesakitan.
Tapi Aksa tahu saudaranya hanya berpura-pura saja. Karena Juan tipe orang yang sulit untuk makan. Berbanding terbalik dengan Aksa.
"Sesuap saja, aku janji."
"Sedari suapan pertama kau terus berkata seperti itu! Kau menjengkelkan." Aksa kemudian terkekeh, lalu memakan suapan terakhir itu dengan terpaksa. Ia menyerah sekarang.
"Yasudah, aku makan. Kau jangan tidur dulu, ya? Biarkan makananmu turun. Setengah jam lagi kau akan minum obat." Juan mengangguk, pemuda itu menghembuskan nafas kasar.
"Kupikir mereka akan mengamuk setelah mengetahuinya ..." gumamnya, saat Aksa sudah tak terlihat dalam pandangannya. Juan kembali mengingat kejadian kemarin malam.
Saat Haikal menjebaknya dengan pertanyaan yang Juan takuti.
Juan pikir, dirinya akan di jauhi oleh teman-temannya saat mereka mengetahui penyakitnya ini. Namun, semua pikiran buruk itu tersingkirkan saat malam itu, mereka menangis.
Iya, menangisi Juan dan Sean yang harus menerima takdir kejam ini. Jika mengingatnya lagi, Juan semakin sedih dengan keadaannya sekarang.
Apalagi ia jadi merepotkan Aksa. Pemuda itu bahkan rela membelikannya bubur sebelum berangkat sekolah lalu menyuapinya dengan telaten.
Sebenarnya, Juan sudah kesulitan menelan makanan sejak lama. Hanya saja setelah alzheimernya menginjak stadium dua, pemuda itu menjadi semakin kesulitan untuk menelan makanan.
"Apa ini artinya ajalku semakin dekat?"
"Jangan bicara yang tidak perlu!" Juan menoleh, lalu mendapati Aksa yang sudah berdiri tegap di ambang pintu. Pemuda itu lantas meringis pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amreta [N'Dream] ✔️
Teen Fiction❗FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗ tinggalkan jejak (vote, comment) sebagai pembaca aktif. walau udah end, tetep vote dan komen ya! biar AMRETA jadi cerita yang bisa menginspirasi banyak orang. atau mungkin.. kamu salah satunya? - Apa jadinya bila tujuh raga...