"Pada akhirnya, kebahagiaan yang selama ini ditunggu tidak pernah singgah dalam hidupku."
[Baca pelan-pelan ya, sayangkuu. Part ini panjang banget dan isinya penting buat bikin kalian feel dikit.]
Tapi aku ragu bakal nge-feel. Jadi, jangan terlalu berharap sama cerita ini ya..
'''
Hari silih berganti. Pagi ini, cahaya matahari berusaha untuk menerobos masuk lewat jendela hotel. Agra, pemuda penyuka alam itu terbangun karena posisi tidurnya paling dekat dengan jendela.
"Ngrhh," Agra mengucek mata kanannya, kemudian melirik lima pemuda yang masih setia dengan tidurnya. Beranjak dari ranjang, Agra beralih untuk langsung mandi. Tidak peduli jika seharusnya ia mandi urutan keempat sesuai permainan.
Agra menutup pintu kamar mandi, lalu memandang pantulan dirinya di cermin. Mengusak rambut yang berantakan, Agra malah tersenyum konyol di depan cermin.
"Oh, Agra. Mengapa wajahmu tampan nan rupawan, hm?" tanya Agra pada dirinya sendiri. Lama terdiam, pemuda itu menggelengkan kepala, Agra kini mulai melakukan aktivitas mandi pada umumnya. Entah kenapa pemuda itu menjadi rajin.
Di sisi lain, Haikal sudah terduduk di atas ranjang dengan mata setengah terbuka. Melirik jam dinding, Haikal menyibakkan selimut berwarna putih tersebut.
Kaki jenjang pemuda itu mengarah menuju kamar mandi dengan nyawa yang belum terkumpul. "Ck, siapa di dalam?" tanya Haikal, tangan kanannya mengetuk teratur pintu berbahan kayu tersebut.
"Agra! Kenapa?! Aku sedang mandi!" sahut Agra dengan suara lantangnya. Haikal hanya mengangguk kecil, kemudian melanjutkan acara tidurnya di sofa. Hingga akhirnya, Agra keluar dari sana.
"Dasar pemalas," cibir Agra saat mendapati Haikal yang meringkuk di atas sofa hotel. Pemuda itu menepuk kecil pipi Haikal, membuat sang empu terusik bahkan sesekali berdecak dengan mata tertutup rapat.
"Hey, Haikal. Bangun. Kau tadi yang mengetuk pintu kamar mandi, kan? Ayo, bangun. Jangan di tahan jika ingin ke kamar mandi." Agra terus menepuk kecil pipi Haikal sembari menggoyang-goyangkan tubuh pemuda itu.
Lima menit lamanya, akhirnya Haikal terbangun. Pemuda dengan rambut berantakan seperti sarang burung itu beranjak dari sofa karena sudah tidak tahan ingin ke kamar mandi. Agra bernapas lega. Akhirnya Haikal terbangun juga.
Namun, penderitaan Agra belum selesai sampai di situ. Ia harus membangunkan empat raga lagi yang sama-sama mempunyai jiwa malas seperti Haikal.
Pemuda itu mulai membangunkan Sean. "Sean, bangun. Ayo mandi dan bersiap. Ini sudah hampir pukul tujuh." hanya dengan ucapan seperti itu saja Sean sudah bangun. Dengan wajah panik tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amreta [N'Dream] ✔️
Teen Fiction❗FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗ tinggalkan jejak (vote, comment) sebagai pembaca aktif. walau udah end, tetep vote dan komen ya! biar AMRETA jadi cerita yang bisa menginspirasi banyak orang. atau mungkin.. kamu salah satunya? - Apa jadinya bila tujuh raga...