"Aku masih menunggu datangnya secercah kebahagiaan itu."
[Tolong baca pelan-pelan agar feel dari AMRETA sampai kepada kalian.]
'''
Tepat pukul tiga sore, enam raga itu telah sampai di kamar hotel mereka. Sengaja memesan satu kamar dengan dua ranjang agar mereka tidak berjauhan. Karena tujuan mereka berlibur untuk mengistirahatkan pikiran dan meluapkan rasa rindu.
Keenamnya sudah seperti saudara. Itulah dream. Tujuh raga tak sempurna yang mencoba untuk saling melengkapi dan saling menyayangi. Menurut Aksa, tidak ada rumah yang lebih nyaman dibanding mereka.
Walaupun berkurang jumlahnya.
"Lautnya tidak kelihatan, ya?" tanya Juan, matanya terus menatap jendela tembus pandang di sampingnya. Mencari-cari lautan yang akan menjadi tempat bermain mereka nantinya.
"Yaa, seperti itulah. Hotel yang lokasinya dekat dengan laut sudah terisi penuh. Tapi hotel ini sudah menyediakan bus menuju ke laut, kok. Hanya saja membutuhkan waktu sekitar ... kurang lebih sepuluh menit lamanya." Mahen menjelaskan tanpa Juan tanya. Pemuda itu mengangguk, lalu kembali menatap jendela.
"Kapan kita akan keluar?" pertanyaan itu dari Agra. Pemuda itu tak kalah antusias dengan Juan. Malah, ia ikut melihat jendela di samping Juan.
Mereka lucu.
"Bagaimana jika kita sekarang bersih-bersih dan memasukkan pakaian ke dalam lemari dulu?" usulan Aksa langsung mendapat anggukan dari kelimanya.
"Lalu, mandinya siapa dulu?"
Pertanyaan dari Sean mambuat mereka semua menatap sinis satu sama lain dalam hitungan detik, sembari menyembunyikan tangan kanan mereka di dalam saku hoodie yang mereka pakai masing-masing.
"HOM PIM PA ALAIHUM GAMBRENG!" Juan menginstruksi yang lain. Lalu di detik selanjutnya enam raga itu mengeluarkan tangan kanan mereka dari saku hoodie masing-masing.
Semuanya mengeluarkan punggung tangan, sedangkan Haikal mengeluarkan telapak tangan. Sontak pemuda itu berteriak kegirangan sembari menyambar pakaiannya, lanjut berlari masuk ke dalam kamar mandi.
"Aku setelahmu!" ucap Juan. "Mana bisa? Harus hom pim pa dulu!" protes Agra, lalu menginstruksi sama seperti yang Juan lakukan tadi. Hingga kali ini, Aksa yang mendapat giliran mandi setelah Haikal.
"Menyebalkan." cibir Juan, saat permainan itu selesai. Sialnya, Juan mendapatkan urutan terakhir.
Aksa terkekeh melihat bagaimana saudaranya menggerutu. "Mau bertukar? Aku malas jika harus mandi dengan tergesa." Juan menoleh, lalu memeluk Aksa dengan erat. "Aaa~ perhatian sekali pada kembaranmu ini!" Aksa mengangguk kaku dalam pelukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amreta [N'Dream] ✔️
Teen Fiction❗FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗ tinggalkan jejak (vote, comment) sebagai pembaca aktif. walau udah end, tetep vote dan komen ya! biar AMRETA jadi cerita yang bisa menginspirasi banyak orang. atau mungkin.. kamu salah satunya? - Apa jadinya bila tujuh raga...