Cincin Nikah

4.4K 148 0
                                    

"Aku tidak akan membatalkan pernikahan ini." Ucap Naya dengan yakin.

"Tapi anda bisa membatalkannya jika anda mau, dengan begitu saya tidak perlu ganti rugi. Benar kan?" Tersenyum imut dengan wajah polos nya.

"Apa? Jadi ini tentang ganti rugi. Baiklah kalau begitu aku tidak akan membatalkan nya, karena nantinya harus mencari pengganti mu. Aku tak mau repot." Zio berkata dengan ekspresi yang tidak bisa di tebak oleh Naya.

"Aku juga tak mau batal, kalau batal bagaimana dengan pengobatan ayah ku." Batin Naya.

Saat suasana terasa canggung datang lah pelayan membawa buku menu.

"Untunglah pelayan itu datang. Kalau tidak, aku harus berkata apa lagi. Huuh." Dalam hati Naya.

"Silahkan tuan, nona. Mau pesan apa?" Dengan sopan nya sambil menyodorkan buku menu.

"Saya mau pesan Nasi goreng dan sosis panggang, minum nya teh manis hangat aja." Jawab Naya.

"Saya sama kan saja." Ucap Zio.

Pelayan pun mencatat nya, kemudian pergi untuk membawa kan pesanan mereka.

Zio melihat ponsel nya yang bergetar. Ada beberapa email masuk ke ponselnya. Dia memeriksa nya, semua urusan pekerjaan kantor nya.

Zio Pokus membalas setiap email yang masuk dan memeriksa file yang di kirim lewat email tersebut. Sehingga tak menyadari kalau Naya beberapa kali mencuri pandang pada nya.

"Emm, meski udah berumur aku tak bisa menyangkal kalau dia itu tampan dan berkharisma." Dalam hati Naya. Sehingga tercipta sebuah senyuman meski sangat tipis.

"Waktu muda wajah nya seperti apa ya?" Berkhayal membayangkan wajah Zio muda. Dalam pikirannya Zio muda berwajah tampan dan keren.

"Hehehe." Tanpa sadar Naya terkekeh sendiri.

"Kau kenapa?" Zio merasa heran karena Naya tiba-tiba saja tertawa sendiri.

"Hufft." Dengan cepat Naya menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.

"Ada apa? Apa yang lucu?" Menatap heran ke arah Naya.

"Gak ada. Gak ada yang lucu!" Dengan muka datarnya, untuk menyembunyikan rasa malu nya.

"Mana mungkin aku bilang sedang menghayal kan nya." Bergumam dalam hati.

Beruntung pelayan datang membawa pesanan nya. Sehingga, Naya tidak perlu menjelaskan lagi.

Mereka makan dalam diam. Naya makan begitu lahap, karena merasa sangat lapar.

Usai makan dan membayar tagihan, Zio segera membawa Naya ke sebuah toko perhiasan untuk membeli cincin nikah.

Mereka sudah berdiri di depan etalase perhiasan.

"Ayo pilih cincin nikah yang cocok untukmu." Ucap Zio, lalu dia pergi memilih untuk duduk di sebuah kursi yang di persiapkan untuk para pengunjung.

Pengunjung terhormat dan berkelas tentunya.

Naya menatap etalase perhiasan sederet cincin nikah couple terpampang di sana. Mulai dari yang sederhana sampai yang wah.

"Harganya pasti sangat mahal. Tapi, dia kan orang kaya. Dia pasti mampu membayar berapapun harganya" Dalam hatinya.

Naya memilih sepasang cincin nikah dengan desain simpel. Sebuah cincin emas bermata berlian ukuran kecil di bagian tengah nya untuk perempuan, sedangkan untuk pria nya hanya polos saja.

"Ini harga nya berapa?" Naya sedikit memelankan suara nya.

"Yang ini harga nya 100 juta nyonya." Pelayan itu tampak menyepelekan Naya.

"Dilihat dari pakaian nya saja yang tak bermerk, mana mampu dia membeli cincin berlian. Bahkan sepertinya cincin emas saja dia tak akan mampu untuk membeli nya." Dalam hati pelayan.

"Mahal sekali," gumam nya.

"Padahal cincin ini terlihat sederhana, apa lagi model yang lain nya." Gumam nya kembali yang ternyata terdengar oleh si pelayan.

"Jadi bagai mana nona? Apa nona jadi beli atau tidak?" Dengan nada mengejek.

"Saya mau cari yang lain aja, sebentar." Tersenyum malu.

"Judes amat nih pelayan." Gumam nya sangat pelan.

Hampir satu jam Naya hanya berdiri di depan etalase dan memilih tanpa membeli, membuat pelayan itu merasa kesal.

"Nona anda sudah terlalu lama memilih. Saya harus melayani pelanggan lain nya. Kalau tidak Mampu beli perhiasan berlian, silahkan ke etalase perhiasan emas atau perak. Harganya jauh lebih murah itupun kalau anda mampu membeli nya. Heh." Dengan ketus pelayan itu berbicara.

"Deg" betapa sakit sekali rasanya hati Naya.

"Aku memang tidak mampu membelinya, bahkan untuk perhiasan perak saja aku tak pernah memikirkan untuk membeli nya. Untuk apa? Uang ku hanya aku gunakan untuk yang lebih penting ketimbang perhiasan." Naya berkata dengan suara rendah namun penuh penekanan.

Pelayan itu tampak kesal mendengar perkataan Naya.

"Jangan suka menghina pelanggan nona. Pembeli itu adalah raja yang harus kamu hormati!" Tiba-tiba saja suara bariton seorang pria terdengar jelas dan tegas.

Naya menoleh, ternyata suara itu milik Zio dia tampak sudah berdiri di belakangnya.

"Biar aku yang pilih," tegas Zio.

Zio memilih satu Pasang cincin berlian untuk cincin nikah mereka. "Cobalah ukuran nya." Menarik tangan kiri Naya dan memasang kan nya di jari manis Naya.

Ternyata ukuran cincin itu pas untuk Naya. Kemudian mencoba cincin untuk nya, setelah di pastikan pas dengan segera Zio meminta pelayan tadi untuk membungkusnya.

Pelayan itu tampak malu, dia menundukkan pandangan nya. Zio adalah pelanggan tetap toko perhiasan ini, dia sering memesan perhiasan mahal untuk Alena dan juga ibunya.

Naya melongo ketika mengetahui harga cincin nikah nya seharga 300 juta. " Apa tidak salah? Semahal itu! Poya-poya, heh!" Bukan nya senang justru Naya merasa tidak suka.

"Kenapa? tanya Zio.

"Uang sebanyak itu bagiku sangat sayang di gunakan untuk hal yang kurang penting, lebih baik untuk keperluan lain nya yang lebih penting." Jawab Naya yang merasa tak enak hati akan memakai cincin nikah dengan harga pantastis itu.

"Hei, aku ini bukan orang sembarangan. Kamu harus menjaga kehormatan ku di depan orang lain. Jangan seperti tadi, kamu sama saja merendahkan ku." Zio berkata dengan datar dan ekspresi yang sedikit kesal.

"Maap." Naya tidak tahu harus berkata apa selain maap.

"Ya sudah lah, sekarang kita ke butik." Zio segera naik ke mobilnya setelah sampai di area parkir.

Naya mengikuti dari belakang, kemudian masuk ke dalam mobil.

"Pak Agus, ke butik." Ucap Zio.

"Baik tuan." jawab pak Agus, dia sudah tahu butik langganan keluarga Zio.

Bersambung...






DiJodohkan dengan Om omTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang