Momen Terakhir

5.7K 153 1
                                    

Selamat Membaca

Chup

Naya menempelkan bibirnya ke bibir Zio.

Dengan menepis segala rasa malunya, Naya memulai nya duluan.

Naya ingin membuat momen yang indah untuk yang terakhir kalinya. Sebelum dirinya pergi dari hidup Zio esok hari.

Ya, Naya sudah memutuskan akan pergi menjauh demi kebaikan rumah tangga Alena dan Zio.

Tak mau menjadi benalu dalam rumah tangga mereka.

Meski terkejut dengan apa yang Naya lakukan, Zio merasa bahagia dan begitu menikmatinya.

Akhirnya, Naya benar-benar memimpin permainan malam ini.

Bukan hanya membuat Zio terpuaskan dan bahagia, tapi juga dirinya sendiri begitu terpuaskan.

Mereka saling menyalurkan rasa yang ada, entah apa yang terjadi pada hati mereka saat ini.

Tapi yang Zio rasakan saat ini adalah dia bisa merasakan betapa Naya mencintainya dalam setiap sentuhan yang Naya berikan padanya.

Dan Zio pun bisa menyadari, kalau dirinya sudah jatuh hati pada isteri kontrak nya itu.

Sehingga rasanya ingin selalu berdekatan dengan Naya dan tak ingin berpisah.

Malam ini pun benar-benar mereka lalui dengan penuh cinta dan kobaran gairah yang membara.

Begitu panasnya hingga membuat keringat bercucuran membasahi tubuh polos mereka.

Jangan lupakan napas mereka yang terengah-engah, karena lelah bercampur nikmat.

Hingga akhirnya mereka mencapai puncak bersamaan, kemudian terlelap di alam mimpi usai pergulatan panas itu.

Paginya

Jam menunjukkan pukul enam pagi. Naya dan ibunya sudah selesai berkutat membuat sarapan di dapur.

Usai sarapan, Zio dan ayah Naya mengobrol sebentar.

Naya tersenyum, mereka terlihat begitu akrab.

"Kenapa tersenyum sendiri." Zio yang melihat istrinya itu berdiri di ambang pintu sambil tersenyum sendiri, langsung saja menghampiri nya.

Dia melingkarkan tangannya di pinggang Naya.

Rasanya bahagia tinggal di rumah kecil ini, bisa bebas memeluk Naya tanpa takut Alena marah.

"Sepertinya aku harus membeli rumah baru untuk mu, agar kalian berdua tidak serumah." Bisik Zio.

Naya menatap suaminya lekat." Untuk apa?" Naya mengernyit heran.

"Supaya kalian tidak bertengkar." Zio tersenyum tipis.

Naya masih bingung.

"Aku tak akan merasa tidak enak hati pada Alena jika aku ingin bersamamu, dan aku tidak akan merasa tidak enak hati pada mu jika aku sedang bersama Alena." Mengecup pipi Naya sekilas.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, Naya langsung merona. Malu bercampur bahagia.

Merasa di cintai dan di inginkan.

Naya mendongakan wajahnya menatap suaminya itu.

Zio balas menatapnya.

Mereka saling bertatapan, lalu tiba-tiba saja mereka tertawa bersama. Merasa lucu dengan apa yang terjadi.

Zio mendekap tubuh Naya erat, begitupun Naya yang memeluk suaminya penuh sayang.

"Aku ingin kita tetap bersama selamanya. Anak ini akan bahagia bisa memiliki ayah dan dua ibu yang mencintai nya. Kamu dan Alena akan menjadi ibunya." Zio mengusap perut Naya yang terlihat sedikit membuncit meski usia kandungannya masih muda.

DiJodohkan dengan Om omTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang