Selamat Membaca
"Kenapa harus sedih Zio! Bukankah ini memang sudah isi kontrak nya! Lagian yang kamu cintai hanyalah Alena saja!"
Sekuat hati Zio berusaha menepis kembali rasa di hatinya.
"Zi!" Sapa ibunya yang melihat Zio sepertinya melamun.
"Iya Bu!" Zio terperanjat, sadar kalau dirinya tadi melamun.
"Ada apa? Kamu sedang memikirkan apa?" Ibunya memang peka, dia bisa menyadari kalau ada sesuatu yang tengah dipikirkan anaknya itu.
"Tidak ada Bu! Baiklah untuk memastikan saya akan membawa Naya ke tempat praktek dr.Rita teman ku." Ujar Zio dengan yakin, dia menoleh sekilas kearah Naya.
Naya yang juga sedang menoleh kearahnya sedikit merasa malu.
Dengan cepat dia menundukkan pandangan nya dengan pipi bersemu merah.
Zio tersenyum kepada kedua orang tua nya untuk menutupi rasa tidak nyaman yang tiba-tiba saja memenuhi hatinya.
"Baiklah, semoga saja dugaan ibu benar." Ibunya menatap Zio dan Naya bergantian dengan tatapan penuh harap.
Mereka pun berbincang cukup lama, hingga sampai waktunya makan siang.
Selesai makan siang, orang tua Zio pamit pulang.
"Jaga dirimu baik-baik ya Nay, siapa tahu ada janin dalam rahim mu itu. Dan kamu Zi perhatikan lah istrimu ini dengan baik. Cepatlah kalian ke foktr kandungan agar tahu apakah Naya benar-benar hamil atau tidak."
Ujar mamanya sebelum pulang, dia begitu berharap Naya memang hamil.
"Iya bu, terimakasih." Ujar Naya dengan senyuman ceria.
"Zi jaga baik-baik kedua isteri mu itu. Kamu harus bersikap adil dan bijaksana dalam menyikapi hal apapun dalam rumah tangga mu ini." Bisik ayahnya pada Zio, sebelum pulang.
"Iya yah terimakasih." Zio tersenyum hangat.
Mereka pun pulang dengan naik mobil yang di bawa sopir.
"Sore ini kita pergi ke dokter kandungan ya." Zio tersenyum hangat. Tangan nya merengkuh bahu Naya posesif.
Naya sampai merasa heran dengan sikap Zio yang terkesan perhatian dan manis.
"Ah ini pasti karena gak ada nyonya Alena saja, dia berani bersikap manis. Kalau nyonya ada dia pasti akan dingin lagi." Pikir Naya.
"Naya bagaimana?" Tanya Zio yang melihat Naya seperti sedang bengong itu.
"Eh heheheh." Naya nyengir dia salah tingkah.
Pipinya langsung bersemu merah.
Tadi dirinya memang tengah melamun.
"Iya, bagaimana apanya?" Tanya balik Naya bingung, tadi dia kurang menyimak.
"Ck ck, ke dokter kandungan!" Jawab Zio malas sambil geleng-geleng kepala heran.
"Oh itu ya. Tapi sekarang kan hari Minggu, dokter kandungan biasanya tutup." Ujar Naya.
"Memang tutup sih tempat praktek teman ku itu, tapi kita bisa buat janji ke rumah nya. Dia kan teman ku, dia pasti mau memeriksa mu."
Zio berkata dengan penuh keyakinan.
"Kalau begitu boleh." Naya mengangguk.
"Ada apa?" Zio memang peka, lagi-lagi dia bisa merasakan kalau Naya seperti ingin mengatakan sesuatu namun dia tahan.
"Idiih peka banget sih! Tahu aja kalau aku lagi ingin menahan sesuatu." Gumamnya pelan.
Zio bisa mendengar perkataan Naya barusan meski pelan. "Kamu ngomong apa barusan?" Menatap Naya dengan memicingkan matanya.
Naya tersenyum, tangannya mulai berani bermanja-manja di lengan Zio.
Dia memeluk lengan Zio dengan posesif dan menyandarkan kepalanya di bahu Zio.
Zio tersenyum gemas dengan tingkah Naya yang dirasanya begitu menggemaskan itu.
Mereka kini sudah duduk di sopa di tiang keluarga.
"Apa boleh aku minta sesuatu?" Tanya Naya malu-malu.
"Tentu, katakan saja." Zio menoleh sekilas. Dia bisa melihat raut wajah Naya yang malu-malu.
Lagi-lagi Zio merasa gemas kepada Naya. Seharian ini, Naya bersikap manja dan selalu menempel padanya.
Apa jangan-jangan dia memang hamil! Dan dia sekarang sedang ngidam! Ngidam ingin dimanja-manja dan di perhatikan oleh nya. Itulah yang ada di dalam pikiran Zio saat ini.
"Ah apa aku ini sudah tidak waras! Sepertinya aku benar-benar sudah menyukai Naya!" Zio mengesah dalam hati.
Semakin dia berusaha menolak hatinya untuk tidak menyukai Naya, tapi rasa itu justru semakin kuat menjadi-jadi.
Berusaha menepis perasaannya, namun tetap saja gagal. Kini Zio mulai menyadari kalau dirinya memang sudah jatuh hati pada Naya.
"Katakan mau apa?" Zio tersenyum tipis menatap Naya yang tampak sangat manis di matanya.
"Saya mau menginap di rumah ibu, tadi saya dapat kabar katanya ayah sudah boleh pulang besok. Boleh ya please!" Raut wajah Naya tampak menghiba.
Naya mendongakan wajahnya menatap Zio lekat.
"Huuh." Zio tampak sedang berpikir keras.
"Bagaimana?" Naya kembali bertanya setelah beberapa saat Zio masih bungkam.
"Baiklah, tapi cuma satu hari saja ya." Zio sebenarnya tidak rela Naya menginap, dia ingin tidur sambil memeluk nya. Zio menatap Naya lekat.
Naya balas menatapnya, dia bisa melihat binar mata Zio yang penuh cinta untuknya.
Lagi-lagi Naya menepis perasaannya itu. " Mana mungkin tuan Zio mencintai aku, dia itu sangat mencintai nyonya Alena! Jangan Geert kamu Naya! Jangan baper juga kamu!" Gumamnya dalam hati.
"Iya saya hanya akan menginap satu hari saja." Naya tersenyum sekilas.
Zio kembali merengkuh bahu Naya, menariknya dan membuat Naya menyender di dadanya.
Menciumi puncak kepalanya berulang kali. Membuat Naya heran dengan kelakuan Zio.
Tapi dia diam saja menikmati setiap sentuhan Zio yang penuh kasih sayang itu. Sore nya Zio membawa Naya mengunjungi rumah Dr. Rita teman nya.
Dia tadi sudah membuat janji. "Ini siapa Zi?" Tanya Dr. Rita dengan heran. Pikir nya Zio akan datang dengan Alena.
Dia kenal baik dengan Zio juga Alena. "Hemm, dia isteri kedua ku." Zio menjawab pelan, mungkin dia merasa malu punya dua isteri.
"Apa!" Dr. Rita terkejut mendengar perkataan Zio. "Gila kamu Zi! Kamu menduakan Alena! Setahuku kamu sangat mencintai dia, kok bisa kamu menghianati ya!" Dr. Rita menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Sedangkan Naya jadi salah tingkah mendengar perkataan Dr. Rita. "Aaah aku merasa jadi pelakor! Dan itu pasti anggapan Dr. Rita padaku." Gumam nya dalam hati dengan perasaan dongkol.
Zio bisa merasakan kalau Naya mulai gelisah. "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan Ta, sudahlah tidak usah di bahas lagi. Sebaiknya sekarang kamu periksa Naya, apa ada bayi dalam perutnya!"
Zio berkata datar dengan raut wajah yang dinginnya. Melihat Zio yang terlihat kesal padanya, Dr. Rita segera meminta Naya untuk masuk ke ruangan khusus pemeriksaan.
Sedangkan Zio menunggunya di sopa yang ada diruang tunggu. Tempat praktek dr. Rita memang masih di samping rumah nya sendiri.
Sebenarnya Zio ingin masuk dan menemani Naya, tapi Naya memintanya untuk menunggu di luar saja.
Dia masih merasa malu kalau harus ditungguin Zio.
"Kenapa kamu jadi pelakor! Tega banget sih!" Dr. Rita mendengus sebal pada Naya.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
DiJodohkan dengan Om om
RomanceNaya terpaksa menikah dengan Zio, Karena butuh uang untuk pengobatan ayahnya yang kecelakaan. Dan Zio membutuhkan Naya, untuk melahirkan anak nya. Sehingga mereka melakukan pernikahan kontrak. Awalnya Zio menolak, namun karena Alena isterinya terus...