Naya Pergi

7.2K 178 0
                                    

Selamat Membaca

Naya begitu sedih sebenarnya. Membayangkan jauh dari kota kelahirannya, jauh dari keluarga dan jauh dari suami yang dia cintai.

Tapi tak ada pilihan lain. Dia sadar diri dengan posisinya. Dirinya hanyalah isteri kontrak yang akan segera di depak setelah anak dalam kandungan nya lahir.

Teringat perkataan Zio yang begitu lembut penuh kasih sayang, yang mengatakan ingin hidup bersama dan bahagia bersama hatinya makin berdenyut nyeri.

"Mana mungkin nyonya Alena setuju, yang ada dia ngamuk jika tahu suaminya bilang begitu padaku!" Naya bergumam diiringi tawa kecut nya.

Baru melihat Zio sedikit perhatian saja, Alena sudah mengusirnya. Apalagi jika Zio benar-benar merealisasikan perkataannya. Pasti Alena akan mengamuk. Pikir Naya.

Naya memejamkan matanya, hingga ia terlelap dalam tidur.

Taxi membawanya pergi ke luar kota. Dia tidak tahu akan tinggal dimana dan di kota mana. Dia tak punya kerabat di luar kota.

Taxi berhenti di depan sebuah hotel di kota B.

Naya turun dari taxi. Dia berniat istirahat dulu di hotel ini, lalu nanti akan melanjutkan perjalanan ke kota lain yang lebih jauh.

Saat Naya sedang mengeret kopernya hendak mencari nomor kamarnya, terdengar suara sapaan seseorang yang dia kenal.

"Nay!" Sapanya.

Naya menoleh. "Arga!" Terkejut melihat Naya ternyata ada di tempat ini.

"Sedang apa kamu di sini?" Tanya Arga heran, apalagi saat matanya melihat koper besar yang Naya bawa.

"Aku..." Naya bingung harus menjawab apa.

"Baiklah jawab nanti saja. Kamar mu di mana?" Tanya Arga.

Naya masih terlihat bingung.

"Sini kopernya!" Arga langsung saja merebut koper dari tangan Naya.

Naya pasrah saja, dia kemudian memberitahukan kamar nya.

Arga mengantarkan Naya sampai di depan kamarnya.

"Aku boleh masuk kan?" Tanya Arga.

"Iya." Jawabnya pelan.

Dia tahu Arga sebenarnya tidak sedang bertanya, tapi lebih memintanya mengijinkan masuk.

Kini mereka sudah duduk di sopa yang ada di kamar Naya.

"Katakan ada apa sebenarnya, Nay?bKanu baik-baik saja kan? Suamimu itu tidak berbuat jahat kan?" Cecar Arga dengan tajam.

Naya masih diam membisu, bingung harus memulai dari mana untuk menjelaskan semuanya.

Arga menatap Naya dengan tatapan penuh persahabatan berusaha meyakinkan dan memberi ketenangan kepada Naya.

"Jangan sungkan padaku, bukankah kita berteman." Arga melembutkan nada bicara nya.

Naya mengesah dalam hati. Dia menghela napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Sebenarnya, bla bla bla bla bla." Naya mulai menceritakan semuanya kepada Arga.

Dia percaya kepada Arga teman nya itu. Dia dan Arga sudah saling memahami satu sama lain.

Dan Arga tetap menerima Naya sebagai teman baiknya, meski nyatanya itu menyakiti hati nya. Karena rasa untuk Naya tak semudah itu pergi.

"Nay maafkan aku, kamu menahan beban yang begitu berat ternyata. Maafkan aku karena tak berada di samping mu saat kamu kesulitan."

Mata Arga berkaca-kaca, dia menggenggam tangan Naya dengan erat.

DiJodohkan dengan Om omTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang