Rapuh

4.7K 141 0
                                    

Selamat Membaca

.

Alena masih diam mematung.

Zio segera membawa Alena kedalam pelukannya. "Maafkan aku ya, I love you." Zio mencium puncak kepalanya lembut.

Alena kembali tersenyum. "Aku tahu Zi, rasa cintamu tetap untuk ku." Alena berkata dengan lirih, ada senyuman terbit dari bibirnya.

"Tentu sayang, Zio berkata pelan tapi dalam hatinya merasa tak enak hati saat berucap.

Tak seperti biasanya, sungguh aneh pikir nya.

Zio berjalan beriringan menuju kamar Alena, tangan nya tak lepas dari merengkuh bahu Alena penuh sayang.

Sementara tangan Alena melingkar di pinggang Zio posesif.

Mereka tidak tahu kalau Naya memperhatikan mereka dari pintu yang belum di tutup.

"Maaf jika aku membuat hubungan kalian jadi retak. Tak ada niat dihatiku untuk membuat kalian bertengkar. Mungkin benar perkataan Dr. Rita kalau aku ini pelakor, perusak rumah tangga mereka." Gumam Naya dengan tetesan air mata yang berderai.

Naya pun melangkahkan kakinya menuju pintu, lalu menutup rapat pintu kamar nya kemudian segera mengunci nya.

Malam ini Naya melanjutkan tidur nya sendirian lagi seperti biasanya. Hanya bantal dan guling yang menemani.

Sedangkan Alena tertidur pulas dalam dekapan Zio.

Mata Zio rasanya enggan terpejam, dia hanya menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang mengembara.

Zio merasa aneh karena terus memikirkan Naya, kasihan dia tidur sendirian padahal sedang hamil.

Apalagi kini Naya punya kebiasaan ingin selalu menyentuh dadanya dan juga juga menghirup aroma tubuhnya.

"Apa dia bisa tidur?" Pikir Zio.

Sebenarnya, Zio sangat ingin menemui Naya kembali. Tapi dia tak mau membuat Alena sedih dan marah.

Paginya


Mereka baru saja selesai sarapan.

"Nay apa yang kamu inginkan hari ini?" Tanya Zio lembut dengan senyuman yang terbit dari sudut bibirnya.

Alena menatap Zio lekat. Dia melayangkan tatapan tidak sukanya pada Naya, karena mendapatkan perhatian dari Zio suaminya.

"Saya tidak ingin apapun tuan, saya hanya ingin menginap di rumah ibu." Ujar Naya.

"Mana mungkin mau minta sesuatu lihat saja nyonya Alena sepertinya sudah ingin memakanku saja!" Dalam hati Naya.

Alena tersenyum tipis. "Baguslah, biar Naya jauh-jauh dari suami ku!" Dalam hati nya.

Zio terdiam sejenak, ada rasa tidak rela berjauhan dengan Naya sebenarnya.

"Baiklah tapi hanya dua hari saja." Zio berkata dengan tidak rela. Aah jauh dengan Naya rasanya membuat nya tidak nyaman.

Dari perkataan Zio, Alena bisa menangkap kalau Zio tak mau berjauhan dengan Naya.

"Zi! Aku tak rela kalau kamu mencintai dia!" Alena meremas ujung dres yang dipakainya.

"Biasakan panggil aku dengan panggilan yang lain! Jangan terus manggil aku tuan!" Zio mulai tak suka Naya terus memanggilnya tuan.

Naya tampak bingung. " Lalu saya harus memanggil anda apa?" Lebih baik bertanya daripada salah, pikirnya.

"Panggil aku....."

Belum selesai Zio berkata, Alena sudah menyelanya dengan nada tinggi.

"Zi! Biarkan dia terus memanggilmu tuan dan aku nyonya, toh dia bagi kita tak lebih dari karyawan! Dia hanya wanita yang dikontrak untuk melahirkan anak untuk kita!" Suara Alena memekik, bahkan dia langsung berdiri dari duduknya.

Sepertinya Alena semakin menyadari satu hal, suaminya benar-benar sudah menyukai Naya isteri kontrak nya.

"Al! Dia juga punya posisi sama dengan mu, dia isteriku juga!" Zio berkata dengan nada rendah, namun penuh penekanan.

Mengisyaratkan kalau saat ini dia sedang marah pada Alena.

Alena tersentak kaget mendengar apa yang dikatakan Zio. Apalagi Zio seperti sedang memarahinya saja.

"Zi, apa kamu sedang memarahiku?" Mata Alena mengembun, memperlihatkan sesuatu yang kemungkinan akan tumpah.

Hatinya sakit, karena suaminya sepertinya mulai selalu membela Naya.

"Sialan! Kamu harus segera menyingkir dari hidup kami Naya!" Dalam hati Alena.

Zio berdiri, dia menghampiri isteri pertamanya itu. Mulai merengkuh Alena dan membawanya ke dalam pelukan.

"Maafkan aku Al, aku sama sekali tak ada maksud begitu." Mengecup puncak kepalanya cukup lama.

Naya hanya menundukkan wajahnya, rasanya hatinya sakit melihat kemesraan mereka.

"Ah apa aku sedang cemburu! Sungguh tak tahu diri kamu Naya!" Naya sekuat hati menahan agar jangan sampai memperlihatkan kesedihannya.

Naya bukanlah siapa-siapa, dia hanyalah isteri kontrak yang sebentar lagi akan segera berpisah dengan Zio. Memikirkan perpisahan, hatinya langsung sedih dan gelisah.

"Wahai hati kenapa kamu harus sedih dan sakit, sudah kubilang kan dari awal agar kamu jangan sampai jatuh hati pada tuan Zio. Dia hanya milik nyonya Alena saja." Naya terus menasehati dan memarahi dirinya sendiri.

Naya memang terlihat tegar diluar, hal itu hanya untuk menutupi kerapuhannya saja.

Setitik air mata jatuh dari pelupuk matanya, secepat mungkin dia menghapusnya agar Zio dan Alena tak melihat kesedihan nya itu.

Sayangnya Alena sempat melihatnya barusan. Dia tersenyum sinis dan mengejek.

"Kamu tak akan mampu merebut suamiku! Karena aku tak akan membiarkannya terjadi, aku akan mendepakmu secepatnya." Gumam Alena dengan tatapan mata yang tajam kearah Naya.

"Naya, ayo aku akan mengantarmu ke rumah orangtuamu. Aku tunggu di mobil ya!" Zio menoleh kearah Naya.

Naya belum menjawab perkataan Zio barusan. Dia menoleh kearah Alena, tak ingin Alena marah jika Zio mengantar nya.

"Kenapa menatapku? Ya udah pergi saja diantar suamiku! Aku mengijinkan." Alena berkata dengan nada bicara yang ketus dan tatapan sinis nya.

Alena tahu kalau Naya sedang meminta izin padanya. Sebenarnya dia mengijinkan, karena tak mau bertengkar dengan Zio. Dia yakin, Zio akan marah jika dirinya melarang.

Zio tersenyum. "Makasih Al. Aku tunggu di mobil ya." Zio pun pergi dengan Alena yang melingkarkan tangannya di pinggang suaminya itu.

Naya hanya menatap punggung mereka berdua, yang berjalan saling merengkuh dengan mesranya.

"Kalian memang serasi." Naya tersenyum getir.

Zio sudah masuk ke mobilnya, sedangkan Alena kembali ke dalam.

Alena sengaja menghampiri Naya di kamarnya.

Tanpa mengetuk, Alena langsung saja masuk ke kamar Naya. Tampak Naya sedang berkemas.

"Bawa sekalian baju kamu yang banyak!" Ujar Alena dengan senyuman sinis nya.




Bersambung......



DiJodohkan dengan Om omTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang