Di Mana Kamu

6.6K 162 0
                                    

Selamat Membaca

"Dia gak ada tuh!" Senyuman mulai terbit dari sudut bibir Alena.

"Yes! Rupanya kamu udah pergi Naya!"Gumamnya dalam hati, dia sangat bahagia.

"Yang bener Al!" Terdengar kecemasan dari nada suara Zio.

"Iya gak ada, lagian kenapa kamu harus sepanik itu sih Zi!" Alena meremas telpon yang di genggam nya.

Tut Tut

Zio tak menjawab pertanyaan Alena, dia langsung saja menutup panggilannya.

Alena mengeram kesal dari rumah.

***

Rumah Orang tua Naya

"Bagaimana?" Tanya ibu Naya dengan cemas.

Zio menggelengkan kepalanya dengan raut wajah penuh kecemasan.

"Bagaimana ini pak, ibu sudah merasakan hal aneh saat Naya bawa koper besar!" Ibu mulai terisak, takut terjadi sesuatu dengan Naya.

"Tenanglah Bu, kita tanyakan pada teman-teman kuliah nya dulu." Ayah Naya menenangkan.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Naya bisa seperti itu? Apa kalian bertengkar sebelumya?" Cecar ayah pada Zio.

"Tidak, tidak sama sekali. Kami tidak bertengkar sama sekali. Justru hubungan kami sangatlah baik akhir-akhir ini." Zio berkata dengan yakin.

"Lalu apa ini? Kenapa Naya menghilang begitu saja? Pasti ada alasan di balik itu semua?" Ayah kembali mencecar Zio, dengan nada yang ketus.

Zio tampak gusa.

" Tolong saya minta nomor telepon dan alamat yang kira-kira akan Naya datangi!" Ujar Zio dengan cemas.

Dan ibu memberikan beberapa nomor telpon serta alamat teman Naya.

Namun setelah menghubungi mereka, ternyata hasilnya nihil.

Tak ada satu pun yang mengetahui keberadaan Naya saat ini.

Zio terus berusaha mencari Naya ke tempat-tempat yang mungkin di datangi Naya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Zio saat ini baru sampai di rumah.

Wajahnya tampak lesu tak bergairah. Kepergian Naya seolah sudah membawa separuh nyawanya.

"Kamu pulang juga akhirnya Zi!" Alena memasang raut wajah tidak suka nya.

"Naya hilang." Jawab Zio, dia masuk kedalam rumah dengan langkah gontai.

"Zi! Sudahlah jangan di pikirkan, lagian Naya itu bukanlah anak kecil lagi! Dia sudah dewasa!" Alena masih bertahan dengan nada ketusnya.

"Cukup Al! Aku sedang tak ingin berdebat!" Zio berkata dengan emosi, suaranya setengah berteriak.

Alena tersentak kaget mendengar bentakan dari suaminya itu.

Zio nya berkata dengan kasar padanya! Ini sungguh luar biasa!

"Zi, kamu membentak ku karena dia!" Lirih Alena dengan mata yang berair.

"Maafkan aku Al, aku capek. Aku mencarinya kemana-mana tapi belum ketemu, aku capek Al. Capek hati dan juga raga ku. Aku ingin sendiri, maaf jika aku ternyata menyakiti hati mu Al."

Zio tak menoleh kearah Alena lagi, dia langsung masuk ke kamar Naya.

Alena mengekori nya dari belakang. Menatap punggung Zio yang melewati kamarnya dan menghilang di balik pintu kamar Naya.

Setetes air mata mengalir di pipi mulusnya. "Kamu Sepertinya sudah mencintai dia Zi!" Alena tersenyum kecut.

Untung saja dia bergerak cepat untuk mengusir Naya, kalau tidak maka Zio akan semakin dalam mencintai Naya. Pikir Alena.

DiJodohkan dengan Om omTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang