■POM || PART 9■

204 62 12
                                    

Alice panik, bagaimana dengan Arga di sana yang sedang mengejar Stephan. Sedangkan Starla tidak bisa mengemudi mobil, harus apakah dia sekarang? Ini sangat mengkhawatirkan, sudah ada 2 korban yang ia lihat dengan tatapannya sendiri. Alice tidak mau ada korban selanjutnya di antara mereka jika begini.

Alice menatap penuh harapan kepada Starla. “Aku yakin kamu bisa mengemudi,” ujar Alice.

“Tapi aku tidak bisa,” lirih Starla.

Silvie dan Samuel berlari menghampiri mereka berdua, keadaan semakin tidak membaik setelah kumpulan kabut menutupi mereka semua sehingga penglihatan mereka terhalangi.

Samuel pun menyuruh ketiga perempuan itu untuk masuk ke dalam mobil, dan menyuruh salah satu dari mereka menyetir mobil. Tentunya sama halnya seperti Arga kepada Alice tadi awal. Samuel berharap, mereka semua selamat dan tidak ada lagi korban selanjutnya.

“Masuk kedalam mobil, siapa yang mengemudi kalian harus bawa mobil ini ke luar gerbang. CEPAT!” perintah Samuel. Ia berlari untuk menolong teman lainnya.

Alice semakin cemas, ia berharap kepada Starla. “Aku yakin pasti bisa.”

Dewa berlari ke arah Silvie sambil menarik bahu Alena untuk berlari sekencang mungkin. Saat mereka berdua datang, sesosok monster itu lagi-lagi bergaung. Suaranya menggema membuat mereka semua ketakutan.

Secepat mungkin Dewa mengajak keempat perempuan itu berlari ke arah mobil, saat Dewa memegang gagang pintu mobil yang berwarna coklat gelap itu. Pintunya terkunci rapat dari dalam mobil. Di sana, ada satu orang yang sedang tertidur pulas sambil mendengarkan musik menggunakan airphone yang tentunya pihak orang itu tidak bisa mendengar teriakan Dewa dari luar.

Dewa menggetuk-ngetuk kaca mobil sambil berteriak, ia pun berusaha membuka pintu mobil tersebut sebisa mungkin.

Duughh ...
Duughh ...

“BUKA! AKROM!” teriak Dewa berusaha membuka pintu mobilnya itu.

Silvie dan Alena panik, monster itu semakin bergaung keras sehingga para makhluk kecil pun berdatangan. Entah dari mana kabut asap yang menutupi mereka semua sehingga pandangan mereka kabur. Dan sulit untuk melihat satu sama lain.

“Cepat Dewa! Aku takut!” lirih Silvie, semua badannya bergetar. Keringat dingin bercucuran di pelipis nya yang cantik itu.

“INI SANGAT MENAKUTKAN! AKU BENCI SEMUA! shut the fuck'up!” kalimat terakhir yang di ucapkan Alena membuat Silvie menoleh kepadanya. Kalimat yang sedikit memekik itu tidak enak masuk kedalam telinga Silvie.

Merasa tersinggung? Itu mungkin.

Atau Alena mengatakan ini karena monster itu terus bergaung keras sehingga membuat suasana di sana semakin memicu adrenalin. Semakin membuat hatinya tidak enak, jantungnya terus berdebar begitu cepat.

“Alena, apa yang kau katakan itu?” Silvie bertanya dengan tatapan sinis kepada Alena. Sungguh itu mengguncang telinga siapa saja yang mendengarnya.

Alena mengangkat sebelah alis kanannya, “Maksudmu?”

“Itu, perkataan mu itu!” Silvie menunjuk-nunjuk ke arah Alena berdiri.

“Sudah cukup, bukan waktunya buat berkelahi,” sahut Starla. Ia nampak cemas, takutnya asma penyakitnya itu semakin parah dan membuat semua teman-temannya semakin khawatir dan panik.

Semampu mungkin Starla menahan penyakitnya itu, semoga asma ku tidak kambuh. batinnya.

Alice mengambil kayu yang ada di sekitaran tempat itu, ia menyuruh Dewa serta yang lainnya menghindar jauh dari mobil tersebut.

PORTAL OF MISTERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang