∆POM || PART 21∆

82 24 0
                                    

Don't forget to give enthusiasm to this story, guys🤩

♣ ♣

Di ke dalam hutan yang menyeramkan, hari semakin gelap. Bob tidak tahu arah jalan ke mana lagi yang harus mereka lalui, dan juga lelah berlari memutar hutan ini ke arah yang sama. Alice bingung entah kenapa mereka tidak menemukan jalan keluar dari hutan ini, seperti mereka berada di dalam labirin yang susah untuk menemui jalan keluar.

“Alice, aku lelah,” lirih Bob dengan lidah besar yang merah muda itu ia keluarkan, lendir-lendir kental menetes ke bawah tanah berdasar daun kering.

Alice dan yang lain pun turun dari badan Bob, membiarkan anjing manis ini untuk beristirahat.

“Istirahatlah Bob, aku akan mencoba mencari jalan keluar,” ucap Alice yang hendak akan melangkahkan kakinya, namun Starla dengan cepat meraih tangan temannya itu.

Dengan wajah cemas, Starla menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak Alice, hari sudah mulai gelap. Kau jangan pergi sendirian, tetap di sini bersama kami.”

Mulutnya terlihat kaku ketika ingin menjawab perkataan dari Starla, dengan pupil matanya yang melihat orang sekitar. Apalagi Arga yang menatapnya tajam, seolah-olah dia melarang dirinya untuk pergi namun dia tidak berani untuk mengatakannya. Hanya bisa main mata untuk mengintruksikan.

“Iya, ya ...” Silvie mendekati Alice, memegang pundak Alice dari depan. Wajah antara dirinya dan Alice pun sangatlah dekat. “Jangan pergi, Alice. Kami tidak bisa melanjutkan perjalanan ini tanpa dirimu.”

“Jika dia ingin pergi, jangan menghalanginya,” Alena menyahuti.

Silvie menoleh sinis kepada sumber suara tersebut, “Shut up!” pekiknya kesal.

“Apa salahnya, itu keinginan dia sendiri dan ...”

“Alena, kenapa tidak kau saja yang pergi?” potong Samuel berkata dingin seperti wajahnya.

Alena menghela napas kesal, ia pun menghampiri Arga dan langsung merangkul tangan orang yang disukainya. “Baby, kenapa mereka begitu kepadaku. Apakah aku salah berkata?” dengan suara centil, Arga terlihat menolak kehadiran Alena. Merasa tidak nyaman dan risih.

Arga diam-diam melepaskan tangan Alena. “Jangan seperti itu, lepas!” gumam Arga.

“Loh baby .... What the happened?” Alena pun melepaskan tangannya dengan wajah penuh kecewa.

Arga menghembuskan napas berat, dan pergi menjauhi Alena.

“Perempuan seperti dia mana ada yang mau menemani,” gumam Stephan mencibir.

Arga meraih tangan Alice dan menggenggam tangannya begitu erat, seolah-olah pria ini menahannya agar tidak bisa pergi ke mana-mana.

“Tenang saja, Alice tidak akan pergi,” ujar Arga begitu tenang.

“Aku hanya ingin memastikan jika ada jalan keluar.”

“Kita sudah kelilingi hutan ini berkali-kali tapi tidak ada jalan keluar, tempat yang sama, jalan yang sama, mana jalan keluarnya. Dan sekarang kau mau memastikan untuk mencari jalan keluar sendiri, jika kau tersesat bagaimana? Kau beban kita nanti!” jelas Arga yang membuat Alice terperangah mendengarnya.

PORTAL OF MISTERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang