∆POM || PART 16∆

107 35 4
                                    

⚠️Warning⚠️
Terdapat adegan k**ss

♣ ♣ ♣ ♣

Akhirnya, Silvie dan Samuel bisa menghirup udara dengan tenang tanpa ada rasa sakit yang menjulur ke seluruh permukaan kulit mereka. Dengan penuh air mata, Silvie memeluk Alice dan juga Starla. Ketiganya senang bisa saling menolong dalam keadaan genting seperti ini. Tidak ada kata mementingkan diri sendiri bagi mereka bertiga. Yang terpenting, bisa di lakukan dan selamat.

“Alice, i’m so scary ....” Silvie terus menangis mengatakan bahwa ia takut ketika berada di atas. Digantung layaknya mayat tak bernyawa dan dijadikan Tuhan itu mimpi terburuk bagi Silvie saat ini.

“Aku juga sangat takut di dalam perut ular raksasa, awalnya aku berpikir jika aku akan mati. Tapi, untung saja aku bisa menaklukkan perut ular raksasa yang bau sampai selamat,” lirih Starla, cairan kental yang masih melekat di wajahnya tak melunturkan kecantikan wanita blasteran Australia ini.

Alice mengusap kedua punggung sahabatnya itu, “Aku pastikan kalian tidak akan kenapa-napa dan tentunya selamat.”

♣ ♣ ♣ ♣

Musik klasik di mainkan dengan sangat baik, di ruang makan yang super megah dan mewah. Para keluarga kerajaan kurcaci mengajak Alice dan teman-temannya untuk makan dan beristirahat sejenak sebelum mereka diharuskan untuk pergi. Tidak mungkin selamanya akan tinggal di sini, mereka manusia dan harus mencari rombongan kawan lainnya. Alice sangat bersyukur bisa bertemu dengan Jazy dan keluarga kurcaci yang tentunya sangatlah baik. Berbagai cobaan mereka hadang telah terlalui dengan sempurna. Kini, tinggal menikmati makanan yang sudah terhidang di atas meja panjang berlapis emas di depan mata.

Stephan menganga tak percaya, sungguh ini adalah emas yang pastinya jika dijual sangatlah mahal, “Ini menakjubkan. Apakah kurcaci bisa sekaya ini?”

“Mereka para bangsawan, wajar saja, bodoh!” Samuel menyahuti, dengan ekspresi datar dan tentunya menguras emosi Stephan yang mendengarnya.

“Fuck Samuel!” desis Stephan, mendelikkan matanya tak suka.

Sebagai besar makanan sudah ada dan tersusun rapih di atas meja. Jazy duduk berhadapan dengan Alice. Para pelayan berhamburan di setiap sudut istana, mereka sibuk melayani para tamu.

Jazy tersenyum sekilas sebelum berbicara kepada teman-temannya ini, “Jika kalian membutuhkan sesuatu, jangan segan-segan untuk mengatakannya. Karena kami akan melayani keinginan kalian.”

“Oh tentu, terima kasih,” balas Arga tersenyum tipis, di sisinya ada Alice yang menoleh kebingungan dengan sikap Arga kali ini. Entahlah, dari awal dia ingin terus dekat dengannya. Alice muak, apalagi Alena terus menyoroti dengan mata yang menyala tak suka kepadanya.

“Ini luar biasa, setelah banyak masalah yang kita hadapi. Akhirnya aku bisa makan juga, jujur aku sangat lapar,” ujar Silvie. Mendapatkan tawaan dari semua teman-temannya karena omongan nyelenehnya itu.

Kini semuanya sudah siap, Jazy mempersilahkan mereka semua untuk makan, “Ayo tunggu apa lagi, nikmati hidangannya.”

Semua menikmati hidangan yang begitu lezat. Suasana damai tak ada kebisingan sama sekali, hanya ada suara deringan sendok dan garpu saling bertabrakan di atas piring.

“Enak juga makanan yang dibuat sama kurcaci ini, tak di sangka,” gumam Stephan, menyantap lahap dengan mulutnya yang mengembang penuh dengan lauk pauk di dalam mulutnya.

Jazy mendorong sedikit piringnya ke depan karena sudah kenyang dan tak sanggup untuk makan lagi. Melihat jika Alice pun sama. Ini menjadi kesempatan Jazy untuk mengajak Alice berbicara hanya berdua. Asalnya ragu-ragu dan tak berani untuk mengajaknya. Tapi, ini sangatlah penting ketika pupil matanya itu membesar setelah melihat kalung hijau tua yang terpasang di leher jenjang wanita itu.

PORTAL OF MISTERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang