∆POM || PART 25∆

66 18 1
                                    

Tinggalkan jejak anda di cerita ini, agar tahu update terkini ceritanya.

♣ ♣ ♣ ♣

Ketiga manusia yang terdiam di tempat melihat para pembantu maupun pelayan istana dan pekerja lainnya tengah mempersiapkan sebuah acara yang mungkin penting di dalam istana ini. Sampai dibuat heran dengan apa yang dilakukan oleh mereka semua, sebenarnya akan ada acara apa sampai mereka semua sibuk mempersiapkannya?

“Mungkin ada acara keluarga yang cukup mengesankan, jadi mereka mempersiapkan sematang-matangnya,” ucap Stephan asal tahu.

Silvie menghela napas, “Ku rasa begitu.”

“Sudah, kita tidak usah ikut campur. Lebih baik kita lanjutkan edisi jalan-jalan mengelilingi istana ini, kita gunakan momen ini sebaik-baik mungkin. Ambil gambar yang bagus untuk menjadi kenangan, bukankah begitu?” ujar Starla lantas berjalan santai.

“Ya, betul apa kata Starla. Tidak usah memikirkan urusan orang lain, ini di negara orang lain juga,” Samuel menyahuti dan ia pun kembali berjalan.

♣ ♣ ♣ ♣

Di sore hari, Alice berjalan sendiri di lorong istana luar yang bermandikan cahaya senja yang lembut, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Bayangan-bayangan panjang terpantul di dinding-dinding batu yang kuno, menambahkan sentuhan dramatis pada pemandangan. Tidak ada rasa aneh yang menggelebu di hati perempuan cantik itu. Ia terus memantapkan langkahnya sembari menikmati suasana yang hangat di tempat ini.

Cahaya senja juga mengubah warna dinding-dinding istana, memberikan nuansa emas dan merah muda yang hangat. Udara pun mulai berubah menjadi sejuk dan segar, membuat Alice bisa menikmati hembusan angin yang lembut. Suara burung-burung yang pulang ke sarang mereka memberikan latar belakang melodi alam yang menenangkan. Disertai senyuman manis terpancar begitu saja dari sang bibir.

Di sepanjang lorong, lampu-lampu temaram mulai dinyalakan, menambahkan kilauan magis pada suasana senja. Lorong istana itu terasa seperti tempat yang cocok untuk merenungkan hari yang telah berlalu, sambil menikmati keindahan alam dan keanggunan arsitektur istana yang megah.

Kaki jenjang perempuan bermata hazel itu pun menemukan segelintir manusia yang tengah duduk santai sembari menyeruput teh hangat di meja bundar dekat dengan lorong yang ia lewati ini. Tepatnya bersampingan dengan yang ia tapaki saat ini.

Alice lihat jika itu adalah Eberardo, sedang apa dia di sini. Dan juga para pelayan yang terus menghampirinya seperti orang sibuk. Alice tak tahu kenapa pelayan-pelayan ini sangat bekerja keras pada hari ini? Apakah ada acara di istana? Jika memang diadakannya acara, Alice sangat senang.

Alice pun menghampiri Eberardo. Pria itu masih berbicara dengan pelayan laki-laki muda.

“Dopodiché, cos'altro dovrei preparare, signore?” (Setelah itu apa lagi yang harus saya siapkan tuan?) tanya pelayan itu tampak kebingungan atas pekerjaan ini, di lapisi oleh mimik wajah menahan rasa takut.

Eberardo yang baru saja meneguk air teh hangat itu, lalu di simpan di atas meja bundar hanya menyimpulkan senyuman.

“Prepara tanto cibo per gli ospiti che verranno, perché questo è il giorno della mia incoronazione a re,” (Siapkan makanan yang banyak untuk para tamu yang datang, karena ini adalah hari penobatan ku sebagai seorang raja) jawab Eberardo lantas membuat pelayan itu pergi seraya mengangguk menyetujui.

PORTAL OF MISTERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang