☆Ternyata Dia

5 1 2
                                    

Jika aku tak bisa bersama dengan orang yang kucintai
Maka izinkanlah aku bersama dengan orang yang
mencintaiku
@hase_riani

"Dinginnya tanganmu iniee" katanya seraya menarik kedua tanganku untuk melingkari perutnya.

Aku menurut, memeluknya erat dan perlahan menyandarkan kepalaku di punggungnya. Merasakan kenyamanan yang membuatku sedikit merasa tenang. Kubisikkan pada diriku sendiri bahwa aku sudah aman, dia pasti bisa menjagaku.

"Saya tambah sedikit lajunya, boleh?" Tanyanya sambil terus mengelus punggung tanganku yang sudah memeluknya dengan erat

Aku hanya mengangguk, rasanya terlalu nyaman bersandar. Hanya memejamkan mata ketika merasakan kecepatan motor semakin bertambah. Dulu, aku sangat suka dan bahkan pernah membayangkan betapa senangnya ketika bisa melaju dengan kecepatan tinggi seperti ini bersama pasangan halal. Dan ini lah dia. Laki-laki yang aku anggap hanya teman biasa, ternyata ia telah menjadi sebenar-benarnya teman, teman beribadah dalam hidup, dan semoga sampai kelak di syurga-Nya.

Ini adalah perjalan terjauh pertamaku dengannya. Mengendarai motor dari Sulawesi Tengah ke Sulawesi Selatan. Harusnya menyenangkan, hanya saja kejadian berapa bulan lalu masih terus melekat dalam ingatanku hingga sedikit mengganggu.

Semua kenangan seolah kembali berputar di memoriku. Tentang bagaimana aku yang bisa mengatakan -sebuah penolakan- langsung di depannya,

"Tapi, sudah terlanjur mi saya iyakan Wahyu" jawabku setelah menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan

Aku melihat rona wajahnya seketika berubah, meski senyum masih terus tercetak dibibirnya, tapi jelas terlihat senyum itu tak lagi sampai di matanya. Ia berulang kali mengangguk kecil, mungkin mencoba mengerti dan belajar menerima.

"Tapi, yang namanya jodoh toh. Ada-ada saja jalannya" katanya, lalu kembali menghidupkan motor dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan "ayo lanjut" ajaknya

Namun, belum berapa lama motor meninggalkan tempat parkir. Dari arah yang sama aku melihat mobil itu melaju, lalu sepersekian detik menyerempet motor yang kami kendarai.

"RAHMAT!" aku memekik sebelum akhirnya terpelanting jauh darinya

Dan semua terjadi begitu tiba-tiba. Rasanya hanya seperti mimpi mendengar suara besi yang saling bertumbuk. Aku melihatnya terseret, menyaksikan sebagian tubuhnya tertindih body motor tak berdaya. Setelahnya aku tidak lagi melihat apapun, gelap dan kepalaku sedikit pusing.

"Zahra!"

Aku tersentak dan spontan mengeratkan pelukanku, suara Rahmat ketika memanggilku saat itu terus terngiang. Mataku masih sama, masih memejam dan tak berani terbuka. Sementara itu, kurasakan jemari Wahyu kembali mengelus dengan lembut punggung tanganku. Berusaha menenangkan.

Tidak berapa lama, ia membelokkan motornya. Ternyata kita memasuki area parkiran sebuah rumah makan. Mataku terbuka ketika motor benar-benar berhenti dan terparkir sempurna. Ia menoleh ke belakang melihatku hanya dengan membalikkan setengah badannya.

"Ayo, istirahat ki dulu," ajaknya sembari tangannya membantuku membuka helm "ngeteh ala Wahyu dan istri, toh?" Lanjutnya menggodaku dengan menaikkan kedua alisnya

"Issh.." aku meringis sesaat sebelum tersenyum, dan ternyata matanya begitu jeli untuk melihat

"Kenapa ditahan-tahan? Senyum saja, jangan malu-malu sama suami sendiri"

Suami? Ya Allah aku masih tidak percaya, bisa bersama dengan lelaki yang satu ini. Batinku

Tangannya sudah menggandeng tangangku, menggenggamnya seolah tak ingin melepaskan. Dengan gerakan cepat ia mengangkat tanganku melingkarkan dilengannya sambil terus melangkah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebelum dan SesudahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang