Bertemanlah dengan mereka yang sangat cerewet jika sedang mengingatkanmu dalam kebaikan.
Karena darinya kamu akan belajar menilai dirimu sendiri
@Hase_RianiSuara burung yang sedang berkicau, diiringi dengan hembusan angin pagi, biasanya menjadi alarm untuk bangun menunaikan shalat subuh dan lanjut menyiapkan sarapan. Tapi, hari ini rasanya kelopak mataku semakin malas saja untuk terbuka. Suara ayam dan kicauan burung seperti nyanyian yang mendayu merdu memanjakan gendang telingaku.
Terdengar orang di dapur sudah bercakap-cakap sambil memasak berbagai makanan untuk sarapan nanti. Dari menanak nasi, memasak air, lauk hingga membuat pisang goreng. Semua sudah menjadi kebiasan dan tradisi di dapur ini. Ya, aku menamainya tradisi karena itu adalah kebiasan yang sudah turun temurun dari nenek 0 sampai n (rumus dalam matematika)
Sedikit lagi. Ya, sedikit lagi suara yang meneriakkan namaku akan terdengar.
"Ra.. Zahraa!" Teriak nenek. Yang aku pastikan masih di dapur bersama mama dan kedua tanteku
Aku masih menutup mata, menarik selimut lalu kembali mencari posisi nyaman utuk melanjutkan tidurku. Selagi pintu kamar terkunci, mereka bisa apa selain berteriak.
Namun, belum sempat aku menjelajah ke alam mimpi. Hp ku sudah berdering. Sebuah panggilan masuk dari seseorang. "Aish tidak bisa nunggu siang apa?" Batinku sambil meraba sampingku dengan kesal
"Mm halo.."
"Weh, assalamu'alaikum Raa!" Teriak seseorang dari seberang telepon
Mataku langsung terbuka lebar mendengarnya menghilangkan semua rasa ngantukku.
"Wa'alaikumsalam." Jawabku cuek. Aku tau, ia akan mengomeliku lagi. Tapi aku suka, karena dengan begitu, ia semakin menunjukkan rasa sayang dan pedulinya padaku
"Ini sudah pagi Ra.. pasti kamu belum meninggalkan tempat tidurmu?!" Jedanya, aku tidak menjawab. Lebih asik mendengar suaranya. "Kamu tau ga, Ra?"
"Tidak." Jawabku spontan dan aku siap mendengarnya
"Tidur setelah shalat subuh itu-" Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya
"Rezeki mu di patok ayam" aku langsung menyambungnya dan tentu saja itu membuatnya kesal. Aku membayangkan wajahnya di seberang sana yang gregetan ingin mencakarku. Ah, memikirkannya saha aku sudah menahan tawa, bagaimana jika aku menyaksikannya
"Bukan!" Suaranya terdengar sedikit cuek, sesaat menghela napas. Sepertinya ia mencoba meredam emosinya. "Tapi, kata Rasulullah jika kita tidur setelah shalat subuh itu bisa meningkatkan risiko pikun. Memang kamu mau?" Lanjutnya bertanya
Aku hanya menggelengkan kepala dengan cepat sebelum menjawab "Issh, kamu ini" ucapku memanyunkan bibirku. "Eh tapi, saya kan tidak habis shalat subuh" babtahku cepat
"Astagfirullah Zahra.. otak kamu ini bisa di upgrade sedikit kah?"
"Ya, kan memang betul. Tadi kamu bilang tidur SETELAH SHALAT SUBUH, kan?" Tanyaku dengan menekan kata setelah
"Yang dimaksud setelah shalat subuh itu sama aja dengan setelah waktu subuh Ra. Dan kamu tau? Tidur di waktu itu pun bisa menyebabkan rezekimu tersangkut." Jeda sesaat, mungkin memastikan bahwa aku masih mendengarnya "Rasulullah juga pernah berpesan ke anaknya Siti Fatimah untuk bangun menyaksikan rezekinya. Karena di waktu subuh Allah membagikam rezekinya sampai matahari terbit dan disaat itulah Rasulullah berdo'a Allahumma barik liummati fi bukuriha. Dan ketika dia konsisten tidak tidur setelah subuh sampai syuruq dan menutupnya dengan shalat dhuha maka ia akan mendapatkan keberkahan." Jelasnya dan aku masih diam menyimak penjelasannya sambil menggangguk pelan "makanya, ayo bangun langsung mandi biar tubuh dan perasaanmu segar. Barangkali otakmu juga bisa lebih segar nanti" lanjutnya sedikit meledekku diakhir kalimatnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum dan Sesudah
Teen FictionCeritanya akan selalu berbeda dari sebelum dan sesudah kita lewati. Karena dalam hidup memang begitu, akan ada beberapa kisah yang menjadi pelengkap ceritamu.