Hargai! Sebab, ada masa waktu akan membawanya pergi lalu menyembunyikannya dalam ruang, yang mungkin tak dapat kau sentuh.
Ingat! Penyesalan, selalu menungu di akhir
@hase_rianiBukan hanya perempuan, lelaki pun sama. Berkali-kali ia kan melihat pantulan dirinya di depan cermin sebelum benar-benar keluar meninggalkan kamarnya. Dan itulah yang aku dan Ifan lakukan. Sebenarnya aku orang yang simple dan jarang memperhatikan penampilan. Bodoh amat sama tanggapan orang di luar sana. Tapi hari ini, Ifan sudah mempengaruhiku.
Karena hari ini adalah hari terakhir berada di sini -Sulawesi Selatan. Ifan sengaja mengajakku jalan-jalan untuk yang terakhir kalinya sebelum pulang ke Tolitoli -Sulawesi Tengah. Besok, sebenarnya aku masih bisa. Hanya saja, Ifan harus kembali masuk kerja dan besok jadwalnya masuk pagi.
Selama di sini, ia hanya membawaku keliling seputar Bandara dan Perlimaan yang tidak jauh dari kontrakannya. Pagi-pagi, aku ikut ke tempat kerjanya. Menunggu sampai jam istirahat tiba, baru ia mengajakku makan dan terus mengantarkan pulang sebelum kembali kerja.
Entah sudah berapa lama aku berada di kamar Ifan bergantian melihat penampilanku dari kepala sampai ujung kaki. Padahal ini bukanlah tujuanku yang sebenarnya. Tadinya hanya ingin memanggil Ifan untuk segera berangkat.
"Ayo Fan." Ucapku seraya membuka pintu kamarnya
"Tunggu kak, rambutku belum rapih" katanya sambil menyisir rambutnya dengan tangan "eh ini saya gulung atau jangan, kak?"
"Terserah!" Jawabku cuek sebelum meninggalkannya
"Aish kak, kusut" keluhnya yang membuatku hampir stres.
Bagaimana tidak kusut, toh dia sendiri yang menggulungnya tadi dan kembali membukanya dengan alasan panas. Takut lengannya hitam sepotong terkena sinar matahari. Dan sekarang, ia mengeluh kepadaku.
Aku hanya diam menatapnya tanpa berkedip dan tidak tersenyum sama sekali agar dia berpikir aku sedang marah.
"Ya sudah, saya setrika dulu ya kak?!" Ucapnya hendak melangkah ke kamarnya. Namun, lengannya segera kutahan
"Tidak usah. Ayo pergi!" Setelah menahan lengannya, aku langsung membalikkan tubuhnya dan mendorongnya hingga ke depan pintu.
"Tapi kaaak-"
"Tidak ada tapi-tapian" jawabku tegas dengan terus emndorong tubuhnya yang lebih besar dariku
Sampai di ujung tangga. Ia langsung berjalan ke tempat motonya di parkir. Sambil menggurutu ia memberiku helm dan segera memasang helmnya sendiri. Tidak begitu jelas terdengar, tapi aku bisa melihat ia sangat kesal.
Yang aku syukuri, ia tidak pernah benar-benar marah. Paling lama kesalnya akan berlangsung selama 10 menit-an. Setelah itu, ia akan melupakan semuanya dan dijamin dia tidak akan mengungkit lagi. Berbeda denganku, marahnya cepat redah tapi tidak mudah melupakan meski tidak menungkit.
"Kak.. singgah makan dulu, ya?!" Teriak Ifan berusaha melawan bisingnya suara kendaran dan angin
"Iya.. tapi jangan coto lagi" jawabku sedikit tersenyum
"Apa pale?"
Sejenak aku berpikir dan teringat. Dulu, Rahmat pernah janji ketika aku ke sini menemuinya. Ia mau membuatku bosan makan nasi goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum dan Sesudah
Teen FictionCeritanya akan selalu berbeda dari sebelum dan sesudah kita lewati. Karena dalam hidup memang begitu, akan ada beberapa kisah yang menjadi pelengkap ceritamu.