☆Rahmat Dibulan Ramadham

31 6 2
                                    

Seperti hujan, membuatmu kedinginan meski tetesan airnya tak membasahimu. Bahkan saat ia berhenti pun, rasa dingin darinya masih kan tertinggal padamu beberapa saat.
@hase_riani

Ini adalah kali ke dua aku berkunjung di kota ini -Makassar. Tentu saja, aku kesini bukan tanpa alasan dan juga bukan dengan berbagai macam alasan. Yah, satu-satunya alasan hanya untuk bertemu dia.

Seperti biasa, aku hanya akan mengabarinya jika aku sudah tiba disini. Dan akan mengajaknya bertemu saat aku sudah ingin pulang. Aneh? Tapi begitulah nyatanya

"Assalamu'alaikum Mat, dimana?" Sapaku saat telepon sudah tersambung

"Wa'alaikumsalam di rumah Ra, kenapa?" Jawabnya dengan suara berat, sepertinya baru bangun

"Eh, baru bangun? Saya mengganggu kah?"

"Mmh woaahm, nda ji" terdengar jelas dari suaranya, memang dia baru bangun "Tumbennya nelepon pagi-pagi" ujaran itu lebih seperti sebuah pertanyaan

"Saya di Makassar sekarang" ucapku dengan senyum tertahan membayangkan wajah kagetnya

"Ah, dari kapan? Jadi, kapan pulang?" Tanyanya yang sudah dapat ditebak

"Hehe sebentar ini, maunya ketemu kita dulu sebelum pulang. Tapi kalau nda sempat nda papa ji"

Kata atau istilah kita dalam bahasa Bugis Makassar itu berarti kamu

"E'eh nda betulnya mi iniee. Tungguka, saya mandi dulu nah. Kirim alamatnya sekarang! Assalamu'alaikum"

"Iya, wa'alaikumsalam" jawabku sambil senyum dan segera mengirim lokasiku melalui whatsapp

Tapi sepertinya butuh 30 menit untuk menunggunya mandi dan selesai mengganti pakaian, 30 menit lagi untuk menempuh perjalanan dari Gowa ke Makassar.

'Masih sempat tidur' batinku

Sambil menunggu, aku memilih untuk tiduran sekedar meluruskan tulang punggung.
Namun belum beberapa menit, sudah ada notif WA yang masuk darinya.

Rahmat. R

Didepan ma ini

Oh iye, tunggu dii

Tiba-tiba jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya 'Astagfirullah' batinku memegang dadaku sambil berjalan menuju gerbang. "Aish makin dekat" gumamku

Berjarak sekitar 2 meter darinya, aku berhenti melangkah. Sepertinya ia belum menyadari kedatanganku. Huft

Sebelum gugupnya terpancar dari wajah, aku segera memasang mimik wajah seperti biasa. Tersenyum.

"Eh Ra" sapanya kaget "daritadi kah?" Tanyanya sambil berlari kecil membukakan pintu "ayo masuk"

"Bah iya Mat, biasa saja yah. Jadi nda enak saya ini" ucapku masih menahan gugup

"Kenapa cepat sekali pulang kah? Nda bisa tinggal barang berapa hari lagi?" Tanyanya mengerutkan alis menghadapku sambil menghidupkan mesin mobil dengan lengan kiri yang sudah di setir.

"Mana ada cepat, na saya sudah 3 hari disini" jawabku tanpa menatapnya

"Ooh ini anak, ku pencet ki lama-lama ini hidungnya" katanya gemes sambil mengarakan cubitannya, tapi aku yakin kulitnya tidak akan berani menyentuhku

"Coba mi" ejekku

"Haha nanti pi, ku lapisi dulu tanganku" ucapnya mulai menjalankan mobilnya "jadi, kemana ki dulu ini?" Tanyanya

"Terserah mi kemana, asal sama kita ji hahahaa" candaku, lebih tepatnya hanya menutupi keseriusanku

"E'eh nda lama saya bawa ke rumah ini" ucapnya melirik sinis yang dibuat-buat "toko buku?" Ajaknya bertanya

Sebelum dan SesudahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang