Chapter 17

345 50 6
                                    

Hari yang tak ditunggu itu pun sekarang telah tiba. Mungkin hari ini adalah kesempatan terakhir Seungmin untuk dapat melihat Chan terakhir kalinya.

"Chan, semua barang nya sudah dibawa kan?"
"Sudah"
Chan keluar dari kamarnya sambil menarik 2 koper yang akan dia bawa nanti.

Tadi Minho telah menghubungi Seungmin dan dia bilang kalau dia akan menjemput mereka. Seungmin terus menolak Minho, tapi entah kenapa, Minho terus memaksa Seungmin kalau ia yang akan menjemput nya. Mau bagaimana lagi, kalau Minho sudah ingin membantu seseorang, pasti akan sangat susah untuk menolaknya.

Sekitar menunggu 5 menit di lobby apartemen nya, Minho pun kemudian tiba bersama Jisung dan Felix.

"Terima kasih Minho atas tumpangannya"
"Tidak apa, anggap saja ini ucapan terima kasih dari ku karena telah membantu projek kali ini"
Seungmin hanya mengganguk² kecil.

"Kenapa Jisung ikut?"
Seungmin cukup bingung, buat apa Jisung ikut, bukan kah justru dia akan membuat mobilnya sempit?

"Aku yang mengajaknya, kita mungkin akan membutuhkan Jisung nanti dan juga hari ini adalah hari libur, jadi yah..................." Minho menjelaskannya kepada Seungmin.

"Membutuhkan Jisung?"
Seungmin mengernyitkan dahinya dengan bingung sambil melihat Minho.

"Kita lihat saja nanti"
Minho menjawab Seungmin sambil menatap ke arah Jisung.

Seungmin sebenarnya kurang paham dengan maksud Minho, tapi tidak mungkin juga kan tiba² mereka menurunkan Jisung di tengah² perjalanan.


















Sepanjang perjalanan, pikiran Seungmin hampir 90% kosong. Dia tak bisa merasakan apa².

Sedih, Marah, Gugup, Tegang, Takut. Dia tidak merasa kan semua itu sama sekali. Dia hanya berulang kali menatap ke arah Chan.

Mungkin Chan menyadari nya, tapi dia tidak masalah dengan hal itu. Dan sepertinya kedua insan ini sedang memikirkan hal yang sama sekarang.

"Aku berharap pertemuan kita dapat bertahan lebih lama"
































Tak lama kemudian, mereka pun sampai di bandara. Setelah itu Minho pun mengantarkan mereka ke pintu masuk sesuai dengan pesawat mereka.

"Kau paham kan Lix?"
Minho bertanya kepada Felix, memastikan kalau mereka dapat melakukan nya semua intruksi sendiri.

"Iya iya, aku paham"
Felix mengatakan nya sambil mengangguk berkali².

"Baiklah, kalau seperti itu"

Percakapan antara Felix dan Minho terasa seperti percakapan seorang kakak yang sedang mengkhawatirkan adiknya, berbeda dengan percakapan dua orang disebrangnya.

"Tak terasa yah Chan, disinilah perpisahan kita"
"Hem, aku akan merindukan mu Seungmin"
Chan langsung memeluk badan mungil Seungmin dengan pelan.

"Aku juga Chan, aku berharap suatu saat nanti kita dapat bertemu lagi"

"Pasti, kalau bisa nanti akan ku pahat kan foto kita dan menggantung nya dikamar ku"
Chan mengatakannya sambil sedikit melonggarkan pelukan mereka berdua.

"Tidak usah, terima kasih banyak Chan"
"Terima kasih juga Seungmin"
Seungmin pun melepas pelukan Chan, lalu ia menunduk.

"Hmmmm, Chan?"
"Iya?"

"Kalau kau sudah menjadi pemimpin desa nanti, apa kau akan tetap mengingat ku?"
Seungmin mulai mengangkat wajahnya dan menatap Chan lagi, tapi kali ini dengan mata yang sedikit basah.

Chan menangkup wajah Seungmin dengan kedua tangannya dan Chan mulai mengusap pipi Seungmin dengan ibu jarinya.

"Pasti, aku tidak akan melupakan seorang Seungmin yang begitu baik hati dan penyabar. Seorang manusia sempurna yang telah banyak membantu ku"
Seungmin merespon Chan dengan sebuah anggukan dan senyuman kecil di wajahnya.

"Ingatlah Chan, apa pun hal yang kau pilih, aku yakin itu adalah pilihan yang tepat, karena kau adalah Chan. Aku akan selalu percaya padamu"

"Terima kasih Seung"

Mereka berdua pun kembali berpelukan. Pelukan diantara mereka, terasa hangat dan nyaman. Tapi sayang, pelukan ini tak dapat bertahan begitu lama.

"Kak, ayo"
Felix akhirnya memanggil Chan. Chan pun melepas pelukan nya perlahan.

"Baiklah Chan, sepertinya sampai disini saja"
"Iya, sampa jumpa Seungminie"
"Ehm, sampai jumpa Chanie"

Percakapan mereka berdua pun diakhiri dengan sebuah jabatan tangan, hingga akhirnya Chan melepas jabatan tangan itu dan berjalan ke arah Felix.

Mereka pun melambaikan tangannya ke arah Chan dan Felix yang semakin lama semakin menjauh. Seungmin telah menahan tangisnya cukup lama, bahkan matanya sudah sangat merah sekarang akibat menahan tangis.

Setelah mereka tidak melihat sosok Chan dan Felix, Seungmin langsung berbalik arah dan berjalan pergi. Jisung dan Minho hanya saling menatap, bingung dengan tingkah Seungmin yang seperti ini.

"Hei Seungmin, kau baik² saja?"
Jisung mengejar Seungmin dan bertanya padanya.

"Ya, ya, tentu, aku baik² saja"
Seungmin bahkan tidak menoleh ke arah Jisung saat menjawab, dia hanya terus berjalan.

Langkah jalan Seungmin cukup cepat, bahkan Jisung bisa saja tertinggal kalau dia tak menyamakan kecepatan nya dengan Seungmin.

Sesampainya mereka di mobil, Jisung langsung memegang pundak Seungmin. Dan, ya benar saja perasaan Jisung, Seungmin menangis.












Jisung langsung memeluk tubuh Seungmin dan mengelus pundaknya.
"Aku tau Seung, aku tau"

Tanpa perlu Seungmin jelaskan mengenai perasaannya, Jisung sangat mengerti dengan perasaan Seungmin.

Saat Minho melihat mereka, dia tidak menyangka kalau Seungmin akan menangis se-emotional ini. Seungmin tidak mengeluarkan suara, hanya saja, dia terlihat sedikit seperti kejang².

Seungmin menenggelamkan wajahnya di pundak Jisung dan mencengkram bagian belakang dari baju Jisung.

"Sudah ku bilang kan, kita pasti akan membutuhkan Jisung"
Minho mengatakan nya sambil membuka kan Jisung pintu.

Tangis Seungmin masih belum mereda, bahkan sepertinya dia menangis semakin kencang saat masuk kedalam mobil.



"Hei, Seung"
Seungmin tidak menjawab Jisung. Jisung sepertinya sebentar lagi akan ikut menangis, dia tak sanggup melihat Seungmin menangis sampai seperti ini.

"J-jisung, "
Seungmin tak dapat melanjutkan ucapannya, dia bahkan tidak dapat mengatur nafasnya dengan benar.

Jisung semakin sedih mendengar suara Seungmin yang memanggil nama nya seperti itu.

Seungmin biasanya adalah orang yang santai, ceria, bahkan sedikit pedas omongannya. Jisung tidak menyangka kalau dia akan melihat sisi Seungmin yang seperti ini.

Minho masih belum menjalankan mobilnya, dia juga menahan tangis nya mendengar tangisan kedua orang dibelakang nya. Tapi pastinya dia tak ingin membuat kondisi semakin memburuk, jadi dia tetap menahan tangis nya.





























"Chan, kalau kau nanti sudah berkeluarga, jangan pernah melupakan kisah kita, ok?"

















-Love "Language"-

Love "Language" (Chanmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang