33. Malam berdua

3.4K 87 2
                                    

Flashback off.

Di malam harinya Lisa dan Rian sedang berada di dalam kamar. Rian masih berkutat dengan laptop serta pekerjaannya. Meski tengkuk kanan dan kirinya mulai terasa pegal saat itu.

Lisa menyadari hal itu dan segera berkata padanya. "Udah, Mas. Kalo udah capek mah, dikerjain besok lagi kerjaannya." ucap Lisa.

"Nanggung Mbak. Sedikit lagi selesai." ucap Rian.

"Yaudah, aku tidur duluan ya, Mas. Udah ngantuk." ucap Lisa.

"Iya, Mbak. Mimpi indah." ucap Rian masih tetap terpaku dan mengetik keyboardnya.

"Kamu juga, mimpi indah, Mas." ucap Lisa lalu membaringkan tubuhnya ke atas kasur dan mulai terpejam.

Hingga pukul 11 malam Rian terus mengetik.

Meski sinyal kantuk sudah datang padanya berupa luapan, akan tetapi Rian terus menghiraukannya.

Ia terus mengetik, akan tetapi tiba-tiba saja seluruh kamarnya menggelap. Ternyata mati lampu!

Kebetulan batrei laptop sudah habis dan butuh dicharge. Ia mengeluh karena dengan sangat bodohnya tidak sambil dicharge tadi.

Rian pun dengan terpaksa segera mematikan laptopnya dan menaruh laptop tersebut ke dalam tasnya. Ia segera ambil lilin dari laci lalu nyalakan dengan korek.

Taruh diatas meja lilin itu. Rian segera merebahkan diri di kasur, disebelah Lisa. Tak sengaja ia hadapkan diri didepan wajah Lisa.

Ia pandang wajah lugu sang istri yang tengah tertidur lelap saat itu. Sangat menggoda hingga muncul keinginan di hatinya untuk menyentuh pipinya yang halus itu.

Tidak disangka dirinya kini resmi menjadi suami yang pernah ia anggap sebagai gurunya itu. Jika diingat-ingat telah banyak hal yang terjadi antara dirinya dan Lisa.

Ia bahkan tidak pernah menyangka jika orang yang ia kagumi sejak lama akan berakhir menjadi istrinya.

Semenjak mengetahui Lisa dan Indra ingin menikah, ia selalu mencoba untuk menjaga jarak dari Lisa. Ia mencoba untuk moveon darinya dengan lebih memprioritaskan Fika.

Akan tetapi hasilnya memang sulit. Ia justru secara kebetulan selalu bertemu dengan Lisa. Padahal ia sudah berkesumat dalam hati kalau tidak ingin menemui Lisa lagi.

Yah mungkin itu memang takdir. Pada kenyataannya pun Rian memang tidak bisa melupakan sosok Lisa didalam hidupnya.

Ia sangat bersyukur kali ini ia bahkan berada di satu kasur yang sama dengannya. Hal yang tidak pernah terlintas didalam pikirannya.

Setidaknya ia harus berterima kasih pada kakaknya itu yang telah menyerahkan istrinya padanya.

Ia sangat menyesal telah bersikap buruk pada Indra selama ini.

Rian semakin mendekatkan wajahnya ke depan wajah Lisa, ia berniat mencium pipinya.

Akan tetapi saat bibirnya menyentuh pipi Lisa, wanita itu segera terbangun. Lisa kaget dan tidak percaya dengan hadirnya ciuman spontan itu.

"Kamu ngapain?" tanya Lisa.

"Enggak, cuma sayang aja kalo enggak dicium." ucap Rian tersenyum. Lisa mencubitnya gemas.

"Ini lampu sengaja kamu matikan, Mas?" tanya Lisa.

"Enggak, emang lagi mati lampu." jawab rian.

"Pantes pakai lilin." ucap Lisa.

Tiba-tiba suara petir menggelegar, mengagetkan mereka. Ternyata sedang hujan deras diluar sana.

Suasana pun semakin terasa dingin, kala angin dari luar menyelusup masuk lewat ventilasi diatas jendela.

Kuserahkan Istriku Pada Adik Lelakiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang