21. Anak yang baik

2.1K 70 3
                                    

Enam tahun yang lalu.

-POV 3-

Seorang siswa berkacamata hitam sedang sibuk belajar bersama teman perempuannya, mereka saling duduk bersebelahan saat itu didalam kelasnya. Mereka adalah Rian dan Hana.

Teman perempuannya itu adalah siswi paling pintar seantero kelas. Mereka tampak serius mengerjakan soal-soal tersebut, sesekali Rian mengajak Hana bercanda.

"Serius amat sih liatnya? Nanti bukunya jadi salting loh diliatin begitu." ucap Rian menggombal. Hana tertawa dan tersipu malu.

"Dasar, aku tuh lagi mikir gimana caranya ngerjain soal ini. Emang kamu sendiri bisa apa ngerjainnya?" tanya Hana.

"Gampang ini mah, emang lupa lagi? Kan kemarin udah gue ajarin?" tanya Rian heran.

"Iya, aku lupa hehe." ucapnya. "Beuh jangan keseringan lupa, nanti tumbuh uban loh di kepalanya." tawa Rian, Hana merasa sebal ia memukul pundak belakang Rian gemas.

Seorang siswa yang melihat mereka lantas marah, tidak lain itu adalah Sapto, yang merupakan kekasih Hana. Sekaligus preman di sekolahnya. Ia langsung menghajar Rian saat itu hingga Rian terjatuh ke lantai.

"NGAPAIN LO SAMA CEWEK GUA! NYARI RIBUT LO!" pekiknya. Rian mendecih.

"Apaan sih, stres dia." gumam Rian.

Sapto mendengarnya dan langsung menendang kaki Rian berkali-kali.

Hana mencoba melerainya dan menghentikannya akan tetapi Sapto terus tidak mau dikalahkan begitu saja.

Ia kembali akan melempar bogem mentah pada Rian, akan tetapi Hana mencegahnya.

"INI APA-APAAN SIH! SAPTO KAMU GILA YA?!" pekik Hana menjauhkannya dari Rian. Hana mendekati Rian.

"Kamu enggak apa-apa Rian?" tanya Hana segera menyodorkan tangan padanya, akan tetapi Rian langsung menepisnya dan bangun dengan sendirinya.

Rian segera pergi dari sana dengan kaki pincang serta memegang wajahnya yang luka, ia segera menjauh dari mereka, keluar dari kelas.

Hana sangat merasa bersalah pada Rian. Ia langsung menepis tangan Sapto yang hendak memegang tangannya.

Hana terlihat sangat marah saat itu dan segera pergi keluar menyusul Rian.

Rian berjalan melintasi koridor dengan kaki pincang dan pipi yang sedikit membiru, ia terus menutupinya dengan tangan.

Tiba-tiba seorang guru wanita melihatnya saat itu dan menegur Rian."Loh, kamu kenapa itu mukanya?" tanya guru bahasa indonesianya yang tidak lain adalah Lisa.

Rian melengos pergi, mengabaikannya begitu saja. Lisa merasa tidak terima dirinya diacuhkan begitu saja.

Ia pun mengejar Rian. "Hey, Rian! Kamu enggak dengar Ibu barusan ngomong?" tanya Lisa mencoba mengejarnya.

Rian tetap terus berjalan mengacuhkannya, Lisa memegang tangannya dan pada saat itu pun berhasil menghentikan jalannya.

"Kamu sama gurumu sendiri kok gitu sih Rian? Kamu lupa kalau saya itu gurumu?" tanya Lisa. Rian menghela nafas.

"Iya Bu, maaf. Saya lagi kesal soalnya." ucapnya.

"Kesal kok lampiasinnya ke Ibu? Memang kesal sama siapa kamu? Ah, atau kamu habis berantem ya barusan?" tanya Lisa.

"Menurut Ibu apa saya punya tampang suka berantem sama orang?" Rian berbalik tanya seraya tersenyum.

"E-enggak sih." ucap Lisa, ia kembali berkata.

"Ya terus karena apa pipimu biru begitu?" tanya Lisa penasaran.

"Karena dipukul sama Sapto. Cuma saya enggak ngelawan. Saya langsung pergi." ucapnya. Lisa jadi merasa kasihan dengan Rian.

Kuserahkan Istriku Pada Adik Lelakiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang