24. Kita sama

1.4K 62 2
                                    

"UDAH SYUKUR GUA BAYARIN SEKOLAH! TAPI MASIH AJA NGESELIN!" tandas Indra. Rian melengos. Indra kembali berkata.

"Lu kira gue sama gitu kayak bapak sama ibu? Lo kira gue bisa sesabar itu ngadepin lo?! Sadar wey! Udah 17 tahun! Bangun! Jangan tidur mulu! Apa susahnya sih cuma sekolah hadir tepat waktu?! Kenapa mesti bertindak sok keren pake jualan-jualan koran! Mau banget dipuji ya lo?!" tandas Indra.

Rian tahu benar, kalau sejatinya... Yang dikatakan dan Lisa maksud adalah ini.

Kakaknya dengan segala kekuasaan yang dimilikinya telah mampu menjadi faktor utama segala perubahan hidupnya.

Saat itu Rian coba melawan, akan tetapi Indra masih lebih kuat darinya, siapa yang bisa mengalahkan si juara satu karate tingkat nasional? Itu pikir Rian.

Di satu sisi, Rian juga merasa ingin sekali melawannya. Ia terus mencoba untuk melawan, tapi sayangnya selalu gagal.

Keributan itu semakin pecah kala sang ibu memergokinya yang baru pulang dari pasar.

"INI APA-APAAN SIH! RIAN! INDRA! CUKUP!" pekiknya.

Mereka masih belum mengakhiri. Saling tinju-tinjuan dan sebagainya.

"LO PIKIR KARENA SIAPA GUA KAYAK GINI?!" tandas Rian pada Indra. Kembali memukulnya.

Mereka terus ribut. Asih mencoba melerai mereka, memisahkan mereka secara paksa.

"Ini apa-apaan sih! Kalian ini apa gak punya malu?! Gak malu diliatin orang?!" tandas Asih.

"DIA DULUAN BU!" tandas Rian menunjuk Indra.

"KALO LO GAK BOLOS GUA GAK AKAN KAYAK GINI!" tandas Indra.

"UDAH!" tandas Asih kembali melerai.

"Kamu juga, Rian. Mas Indra wajar kayak gini ke kamu, dia itu cuma mau kamu belajar yang bener. Sekolah yang rajin. Bukannya malah jualan. Kamu harus mikir ke depannya gimana. Biarin biaya sekolah kita aja yang mikirin. Kamu enggak usah mikirin gituan. Masmu ini capek loh Yan... Kerja banting tulang ngurusin kamu dan ayah kamu." ujar Asih.

"IBU JUGA BELA MAS INDRA?!"

"Bukan gitu, Rian."

"RIAN JUGA CAPEK BU DIANGGAP BENALU SAMA MAS INDRA! DITAMBAH PERLAKUAN ORANG DISEKOLAH!" tandas Rian seraya pergi membawa tasnya.

Berlari yang jauh meninggalkan rumahnya. Sayup-sayup suara Indra dan Asih meneriakinya dibelakang. "RIAN!"

"Mau kemana kamu?!"

Tiga hari Rian tidak masuk sekolah. Lisa sebagai guru BK-nya pun tampak penasaran mengenai ini, ia kembali menelepon Indra.

Dan ternyata kabar mengejutkan ia dengar, Rian kabur dari rumah dan hingga saat ini masih belum pulang ke rumahnya.

Lisa syok mendengar ini, lebih-lebih saat mendengar Indra tidak tahu kemana perginya. Bahkan ketika ditanya pada teman-teman yang pernah dekat dengan Rian seperti Hana, mereka tidak tahu dimana keberadaannya.

Lisa pada akhirnya pun janjian dengan Indra. Untuk mencari Rian. Satu per satu rumah saudara mereka pun didatangi. Namun hasilnya nihil.

Mereka hanya dapat capeknya saja saat itu. "Jadi gimana, Pak. Sekarang?" tanya Lisa.

"Kayaknya memang kita harus membuat kertas selebaran dan tanya satu per satu orang tentang hilangnya Rian. Pakai sarana media sosial juga boleh." ucap Indra.

"Oh gitu, iya kayaknya itu cara bagus Pak." ucap Lisa setuju.

"Oh iya, kamu belum makan kan sekarang? Udah sore." tanya Indra.

Kuserahkan Istriku Pada Adik Lelakiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang