38. Kesemsem

1.3K 52 0
                                    

"Seperti yang aku katakan kemarin. Sekertaris." ucap Rian. Lisa tersentak.

"Oh, jadinya kamu beneran nempatin dia jadi sekertaris?" tanya Lisa.

"Ya habis maunya kamu begitu kan? Aku sih manut aja apa kata kamu." ucap Rian. Lisa mencubitnya lagi, gemas.

"Dasar." Mereka saling tertawa saat itu.

"Kamu mau jadi tipe suami takut istri ya?" tanya Lisa.

"Tahu deh haha." tawanya.

"Syukur deh kamu udah nerima dia." ucap Lisa.

"Ini juga karena kamu aku nerimanya. Kalau diluar-luar sih enggak bakal dilolosin." ucap Rian.

Lisa menatapnya manja dan menyandarkan kepalanya diatas pundak Rian. Ia bertingkah seperti anak kecil. "Makasih ya Mas." ucap Lisa.

"Iya, sama-sama. Tapi emang kamu enggak cemburu saya punya sekertaris perempuan? Masih muda lagi." ucap Rian seakan memancing.

Lisa menatapnya datar. "Terus kamu berniat mau selingkuh gitu?" tandas Lisa. Rian tertawa geli. Lisa gemas hingga dirinya memukul-mukul Rian.

"Ngeselin banget sih kamu! Yaudah sana selingkuh! Cari yang lebih muda, lebih segar, lebih cantik dari aku!" Lisa kesal. Rian masih tertawa.

"Tuh kan ngambek, orang cuma bercanda juga. Malah masukin ke hati." tawa Rian.

Lisa masih cemberut, mencebik. Layaknya anak kecil. Rian mencubit pipinya gemas.

"Bumil ngambek mulu nih, nanti anaknya jadi ambekan loh." tawa Rian. Lisa mendesis.

"Gara-gara siapa aku begini!"

Rian merasa sangat puas, padahal dirinya hanya mengetes sang istri apakah akan cemburu atau tidak.

Dan ternyata hasilnya jadi seperti ini.
Istrinya pencemburu juga ternyata, sekalipun usia mereka cukup berbeda.

Esok harinya di kantor. Karin sudah sampai kantor pukul 06.30, dirinya bela-belain bangun tidur masih dalam keadaan ileran yang jalan pun bahkan sampai kepentok segala macem.

Ia duduk di lobby sampai pukul 7 pagi, lalu diarahkan oleh HRD untuk menuju lantai 15, tempat dimana ruangan kerjanya berada.

Ketika sudah sampai didepan meja kerjanya, ia disambut oleh beberapa karyawan yang juga berada didalam satu ruangan itu, duduk disebelah kanan dan kirinya.

Disana ada satu ruangan besar yang terpisah, ruangan yang masih tertutup rapat pintunya itu adalah ruang kerja Rian, sang direktur di perusahaan tersebut.

Beberapa orang memperkenalkan dirinya seraya mengajaknya bersalaman. Menyebut namanya.
"Gue Rani. Salam kenal ya."

"Riko, salam kenal."

"Sella, semoga betah ya disini."

Karin merasa senang rekan-rekannya ini sangat ramah padanya. Harapannya ke depan, semoga saja ia bisa cepat beradaptasi dan betah diperusahaan itu.

Waktu kerja pun dimulai, Karin sudah banyak diberi tugas oleh salah seorang pengawasnya yang tak lain adalah senior disana, Sella.

Akan tetapi dirinya hanya menjelaskan apa yang harus Karin kerjakan saat itu dan cara mengerjakannya, namun hanya sedikit daripadanya pekerjaan itu dipahami oleh Karin.

Ia mungkin diajari, tapi beberapa hal kadang membuat Karin harus memecahkan masalahnya sendiri. Ia merasa tidak enak untuk terus menanyakan hal ini.

Jujur Karin merasa sangat bingung karena ini pertama kalinya ia bekerja didepan komputer, apalagi banyak rumus-rumus yang tidak ia mengerti.

Kuserahkan Istriku Pada Adik Lelakiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang