28. Kecolongan

1.2K 44 1
                                    

Kakaknya Lisa, Aldi.

Di sebuah pemakaman umum, didepan sebuah tanah kuburan yang masih basah dan dipenuhi bunga.

Lisa terduduk dihadapan batu nisan bertuliskan nama ibunya, memeluknya seakan tidak ingin melepasnya. Ia masih menangis di kala ia mengingat masa-masanya dulu.

Kini yang tersisa hanya kenangan, sejak dulu ia sangatlah dekat dengan ibunya. Bahkan tiap kali dimarahi oleh ayahnya, ia selalu berlindung pada ibunya. Ibunya lah yang paling mengerti dirinya selama ini.

Tiba-tiba seorang lelaki berseragam putih abu-abu mendekatinya. Tidak disangka, itu adalah Rian. Lisa tersentak melihatnya. "Kamu..."

Rian hanya tersenyum dan memberikannya sebuah tisu. Lisa menerimanya dan mengusap air matanya itu dengan tisu.

Ia berhenti memeluk batu nisan itu dan segera menegakkan punggungnya, menghadap Rian.

"Kamu enggak sekolah?" tanya Lisa masih sedikit terisak.

"Sekarang udah pulang." ucapnya.

"Saya turut berduka cita ya Bu." ucapnya.

"Iya, terima kasih, Rian. Kamu juga pakai segala datang kesini." ucap Lisa masih terisak dan mengusap air matanya.

Rian hanya tersenyum melihatnya seperti itu. Ini kedua kalinya... Lisa menunjukkan sosoknya yang tidak mungkin dilihat pada orang lain, hanya bisa dilihat oleh Rian sendiri.

"Ibu besok ngajar gak?" tanya Rian.

"Enggak kayaknya Rian. Ibu masih memerlukan waktu, mungkin sekitar beberapa hari setelahnya ibu akan masuk ngajar lagi." ujar Lisa, yang begitu sangat disayangkan oleh Rian.

"Kenapa memangnya? Kok kayak enggak terima gitu?" tanya Lisa penasaran.

"Karena kalo lama-lama nanti bakal ada yang kangen." ucap Rian.

Lisa terheran. "Siapa yang kangen?" tanyanya balik. Rian tersenyum. "Calon dokter ganteng." jawabnya ngaku-ngaku.

Lisa tersenyum mendengar Rian yang jadi berubah sepede itu. Maksudnya dia mengaku sebagai si calon dokter ganteng gitu?

"Dasar." ucap Lisa tidak heran dengan ketengilannya itu.

Lima hari berselang Lisa masih belum mengajar, Rian merasa hari-harinya cukup kosong saat tidak ada Lisa mengajar di kelasnya.

Padahal selama sekolah hanya jam pelajaran Lisa lah yang paling ia tunggu.

Namun kini itu tinggal kenangan, Rian pun sering mengingat masa-masanya ketika sedang di perpustakaan bersama Lisa atau juga saat berada di halaman belakang sekolah. Sangat menyenangkan kalau diingat-ingat.

Tepat di hari minggu pun Rian memutuskan untuk janjian dengan Lisa. Mengajaknya nonton, ini bukan upayanya untuk pdkt akan tetapi upayanya untuk menghibur Lisa yang baru saja kehilangan ibunya dan masih belum bisa move on.

Barangkali dengan menonton seperti ini, Lisa jadi bersemangat lagi untuk kembali mengajar.

Setelah melakukan berbagai macam bujukan untuk mengajak Lisa nonton, pada akhirnya Lisa pun mau menuruti keinginannya untuk nonton.

Meski terpaksa, karena semua kemungkinan buruk yang akan terjadi kalau mereka ketahuan pergi berdua. Bukan hal yang etis untuk dilakukan guru dan murid.

Rian senang bukan kepalang hingga ia segera memilihkan mana baju yang rapih untuk dipakainya kesana. Ia ingin memastikan baju yang ia pakai terkesan kekinian dan sedap dipandang.

Ah, padahal hanya sekedar untuk menghiburnya saja, kenapa ia harus bertindak sejauh ini ya? Tidak boleh terlalu senang seperti ini.

Tidak boleh.

Kuserahkan Istriku Pada Adik Lelakiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang