7. Pertengkaran

3.4K 115 3
                                    

"Hmm, kayaknya mencurigakan banget. Tapi apa sebelumnya enggak pernah pakai pin? Baru setelah kalian menikah ini?" tanyanya.

"Iya, bener. Baru kali ini, setelah menikah." ucapku.

"Dan disaat yang sama pula, dia enggak mau berhubungan badan sama lo. Itu mencurigakan banget, apalagi alasannya cuma karena sakit. Itu enggak bisa dijadiin alesan. Ya, itu memang kebutuhan wajib seorang suami istri." ucapnya.

"Tapi sebelumnya juga dia bilang enggak mau punya anak. Katanya punya anak itu banyak pengeluaran, banyak biaya yang harus ditanggung, belum nanti kalo ada permasalahan atau biaya perlengkapannya, atau ini dan itu. Aku tahu sih emang yang dikatakan dia benar. Aku jadi... enggak mengelak saat itu." ucapku.

"Tunggu, ini aneh loh... emang sebelum melakukan pernikahan, kalian pakai surat perjanjian pra nikah? Kayak ada peraturan enggak mau berhubungan badan satu sama lain atau enggak mau punya anak dalam beberapa waktu tertentu?" tanyanya.

"Mana mungkin, enggak ada gitu-gituan. Kita menikah ya nikah... buat melaksanakan kewajiban. Enggak ada aturan ini dan itu." ucapku.

"Dan semua berubah setelah kalian menikah?" tanyanya.

"Iya."

"Ya aneh jatohnya... mencurigakan bagi gue. Semua perubahan terjadi dalam sebulan ini lagi." ucapnya. Aku semakin khawatir.

"Menurutmu gimana?" tanyaku.

"Yang jadi poin meresahkan adalah ada chat yang pakai pin. Aneh. Gue curiga dia..." ucapnya menjeda.

"Dia ada yang disembunyiin, bahkan gue rasa dia punya selingkuhan." ucapnya, kedua mataku melebar sesaat.

Aku merasa sangat cemas. Ia kembali meneruskan perkataannya.

"Dia udah ngerasa gak nyaman menjalani hidup selama sebulan sama kamu, menurut dia kamu enggak sesuai yang dia harapin mungkin.. lalu dia berpaling sama orang yang mengerti dia seluruhnya dan yang sesuai sama harapan dia." ucapnya.

Aku merasa sangat takut. Masa sih seperti itu? Kok aku jadi... makin galau ya?

Huftt..

"Terus aku harus gimana?" tanyaku lirih.

"Pantau dia, ya minimal kamu tahu pin chatnya dia. Minta kasih tahu apa pinnya. Terus sering-sering pergi ke kantornya, ya kalo dia nanya bilang aja mau nganterin bekal makanan atau liat keadaan dia yang lagi sakit. Nah saat di kantor, kamu awasi pergerakan dia, kemana dia pergi di jam-jam sekian, atau dia keluar dari kantor, cari tahu kemana tujuannya." ucapnya.

Aku terdiam menatapnya.

Apakah aku harus menjalani semua sarannya ya?

Esok harinya aku pun mau tak mau mengikuti beberapa saran Rhena. Pertama hal yang kulakukan adalah meminta pin chatnya, akan tetapi Mas Indra justru berdalih seperti ini.

"Buat apa? Memang menurut kamu apa yang aku sembunyikan dari kamu? Kamu dengan sangat konyolnya menganggap aku berselingkuh gitu? Kepercayaan kamu sama aku ternyata secetek itu loh, heran." ucapnya.

Aku hanya bisa menghela nafas setelahnya. Sepertinya aku salah lagi. Jadi tidak yakin untuk melanjutkan penyelidikanku selanjutnya.

Tapi beberapa hari setelahnya semua hal semakin membuatku penasaran. Rhena juga terus memojokkanku untuk segera melanjutkan penyelidikanku.

Hingga pada akhirnya aku pun terpaksa melakukan penyelidikan. Aku mendatangi kantor Mas Indra dengan alasan membawakan bekal makanan untuknya.

Tapi saat itu setelah kutanyakan pada resepsionis untuk menghubunginya, dikatakan Mas Indra sedang bertemu dengan kliennya di sebuah restoran sebelah kantor.

Kuserahkan Istriku Pada Adik Lelakiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang