37. Tawaran kerja

1K 44 1
                                    

Rian segera meminum segelas air putihnya lalu beralih menatap Lisa.

"Kenapa kok tiba-tiba nanya begitu?" tanyanya.

"Ada orang yang mau minta titipin lamaran kerja sama kamu. Dia tadi nolongin aku, terus aku dianter sampai ke rumah sama dia. Untung aja ada dia, kalo enggak aku mungkin udah dibawa kabur sama preman." ucap Lisa.

Rian tersentak.

"Maksudnya kamu dibawa kabur sama preman? Kok bisa? Emang kamu pergi kemana tadi? Kamu pergi sendiri enggak bareng Hilya?!" tanya Rian.

"Hilya kan udah mulai kerja sekarang. Ya aku enggak enak minta anterin sama dia." ucap Lisa. Rian terdiam.

"Terus kenapa ada preman?" tanya Rian.

"Pas aku di pasar, kepalaku tiba-tiba pusing kayak vertigo gitu. Terus aku mencoba untuk pulang, tapi pas itu malah ada preman nyamperin aku.
Mereka mau bawa aku kemana gitu. Aku ngelak tapi mereka terlalu kuat dan saat itu aku memang udah setengah sadar karena nahan pusing jadinya aku dibawa aja sama mereka. Terus Karin dateng dan selamatkan aku dari mereka. Dia antar aku pulang jadinya. Terus dia cerita banyak setelahnya kalau dia lagi butuh pekerjaan." ucap Lisa.

Rian terdiam mencerna perkataannya lalu berkata setelah itu.

"Oh yaudah dia suruh pintain surat lamaran pekerjaan aja." ucap Rian.

"Udah, itu suratnya ada di kamar." ucap Lisa.

"Nanti aku baca. Tapi lulusannya S1 kan?" tanya Rian.

"Enggak Mas, dia lulusan SMA. Enggak bisa ya?" tanya Lisa cemas.

"Liat dulu aja deh."

"Usahain ya Mas, kasihan dia anak pertama soalnya. Tanggungan orang tua." ucap Lisa.

"Tapi emang butuhinnya sekertaris sih. Sedangkan kriteria yang diinginkan ya S1 dengan nilai sekian-sekian."

"Ya masa harus tinggi banget kayak gitu kriterianya. Kasihan lah, kalau diajarin pasti bisa kok dia. Ya? Please." ucap Lisa sambil memohon.

"Iya deh, pokoknya nanti aku kasih ke HRD dulu ini surat lamarannya." ucap Rian.

"Yaudah. Makasih banyak." ucap Lisa tersenyum lebar. Rian ikut tersenyum sambil mencubit hidung sang istri. Gemas.

Tujuh hari kemudian, didalam kamarnya. Sekitar pukul 6 pagi, Karin yang sedang ngantuk-ngantuknya berulang kali digedor pintunya oleh sang ibu.

"RIN! BANGUN! ASTAGFIRULLOH LU TIDUR APA PURA-PURA MATI SIH?! KAGAK INGET LU SOLAT SUBUH?!" tandas ibunya itu, ia kembali berteriak.

"BURU! GUE DOBRAK NIH PINTU?! CEPETAN BUKA! ANTERIN GUE NIH KE PASAR!" tandas Mirna, sang ibu yang tak hentinya menggedor-gedor pintunya, hingga Karin pun bangun setelahnya dengan terpaksa.

Dengan mata yang masih sangat lengket dan susah untuk terbuka ia coba membangunkan dirinya meski dengan menguap berkali-kali. "BURU BANGUN! SOLAT ISA DULU!"

Karin langsung menjawab. "SUBUH KALI!" pekiknya dan langsung menggumam.

"Dasar nenek-nenek, nyebutnya aja salah."

Karin segera mengambil ponselnya dan melihat ada pesan yang langsung membelakakkan kedua matanya.

"HAH? ADA PANGGILAN INTERVIEW, OEMJIII?!" pekik Karin tidak menyangka sesaat setelah dirinya membaca sms interview itu.

Ia langsung membuka pintunya dan langsung memeluk ibunya yang ada didepan pintu bahkan saking senangnya sampai menggendong sang ibu.

"HWA EMAK! KARIN DAPET INTERVIEW MAK! YEHAHAHA!"

Kuserahkan Istriku Pada Adik Lelakiku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang