08; TOXIC

1.6K 203 36
                                    

"Yakin nih aku boleh masuk La?" Levi yang lagi berdiri sambil bawa 2 kotak martabak manis kelihatan banget lagi cemas. Dia gigit kuku was-was, dengan badan yang udah tremor kayak jelly.

Sheila yang melihat itu memutar bola matanya jengah, "Udah aku bilang, ortu aku nggak ada di rumah hari ini!"

Levi yang mendengar itupun langsung mengumpulkan nyalinya. Dia menghembuskan nafas pelan, saat sudah bertekad, dia langsung mengikuti Sheila untuk masuk ke dalam rumah pacarnya yang seluas Bandara Ngurah Rai itu.

"Ini aku masuk dalam jajaran anak durhaka nggak sih? Yang bawa pacar pas rumah lagi sepi?" Sheila buka topik pembicaraan saat dia mendaratkan tubuhnya di sofa.

Levi yang dasarnya panikan langsung buru buru bangkit, "Duh aku pulang aja ya. Aku nggak mau ngebuat kamu jadi anak durhaka."

"Ih Levi kamu mah! Udah dibilang aku mau quality time hari ini." Sheila cemberut.

"Iya aku tau kok. Tapi kalo kamu di cap anak durhaka gimana hayo?" Tanya Levi.

"Ya nggak apa apa, durhaka nya 1 hari ini aja."

Levi cuma cengo. Sheila yang greget langsung saja menarik Levi untuk duduk di sampingnya.

Dirinya mulai membuka kotak berisi martabak manis spesial yang tadi sempat ia titipkan pada Levi.

"Papa sama Mama kemana?" Tanya Levi menahan senyum, ngelihat Sheila yang lahap banget makan martabak membuat ia gemas sendiri.

"Heung... nggak tau. Mereka bilang mau keluar aja seharian ini." Ucap Sheila.

"Kok kamu nggak diajak?" Levi bingung, biasanya Sheila selalu membututi orang tuanya kemanapun mereka pergi.

"Nggak dikasi aku ikut." Sahut Sheila seadanya.

Levi hanya mengangguk singkat.

"Btw tuh tadi si Angel diancam lagi sama Arion. Kamu bisa nggak sih nasehatin Arion supaya jangan berlaku kasar ke Angel?" Dumel Sheila.

Tampak Levi menghela nafas samar, "Aku tiap hari selalu nasehatin mereka bertiga. Kayak aku selalu nyaranin mereka untuk bersyukur, hubungan mereka sejatinya baik baik aja kalo mereka mau merubah sikap masing-masing. Nggak kayak hubungan kita yang belum apa apa udah di tentang."

Sheila mengangguk setuju, "Terus tanggapan mereka gimana?"

"Kalo Cakra tetep kekeuh nggak mau minta maaf sama Kei, bahkan dia nyusun rencana untuk balas dendam ke ceweknya sendiri. Kalo Arion--- dia plin plan, bikin aku bingung, kadang dia cuek, kadang juga nyimak sampe minta saran. Tapi kalo tadi sih dia bener bener marah kayaknya, dia sampe nggak dateng ke markas. Dan kalo untuk Daffa, dia yang biasanya bodo amatan, entah kenapa tiba tiba curhat ke aku kemarin."

Sheila tampak makin antusias, "Curhat kenapa tuh??"

"Dia bilang kalo dia sakit hati ngelihat perubahan sikap Adine. Juga merasa terkhianati karena Adine udah jalan sama cowok lain dan bahkan di pamerin ke sosmed."

"Cih bilangin ke Daffa sana, sebelum dia, Adine udah duluan sakit hati!" Ujar Sheila jengah. Tak mengerti dengan jalan pikir Daffa yang selalu mementingkan perasaannya.

Levi mengendikkan bahunya, "Aku bingung sama orang orang kayak gitu."

"Maksudnya?" Tanya Sheila tak paham.

Levi mendekat kemudian mengelus lembut surai milik Sheila sembari berujar,

"Mereka udah punya pasangan, tapi kenapa harus membuka hati ke orang lain. Secara nggak langsung mereka nggak punya rasa tanggung jawab. Mungkin menurut mereka hubungan itu adalah sebuah permainan kali ya? Padahal, Ayah aku selalu bilang kalo hubungan itu adalah tentang keseriusan dan perjuangan kedua belah pihak. Makanya aku bingung sama orang orang yang suka menyakiti perasaan pasangan mereka, dan bingung juga kenapa yang menyakiti itu tetep dipertahankan oleh pihak yang disakiti? Bahkan kadang pihak yang disakiti ini ikut menyakiti balik, atau dengan kata lain balas dendam."

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang